Menghargai Pejuang, Sebuah Kepatuhan

Catatan:  Shaifuddin Kadir

SENIN pagi 18 September,  pukul. 10.15. Saya menjadi saksi sebuah suasana haru,  pertemuan Dr. Yundini Husni. Djamaluddin,  dengan. H. M. Zikir. Sewai, salah seorang pejuang pembentukan Provinsi Sulbar.

Pertemuan terjadi di kediaman. H.M. Zikir,  kompleks. Perum Griya Fajar Mas,  Makassar.  Yundini,  akrab disapa Yuyun, dipersilahkan langsung masuk ke kamar,  di mana H. Zikir masih terbaring. Tokoh ini langsung menerawang dan berkisah beberapa penggal peristiwa, ketika situasi jelang terbentuknya Sulbar, masih berada dalam episode episode rawan.

Suatu hari, Husni Djamaluddin, ayahanda dari Yundini, datang menemui H. Zikir.
Husni dengan nada masygul memberitahu,  tentang bakal adanya kunjungan tim yg terdiri dari beberapa anggota DPR RI.
Masalahnya,  kelompok pejuang sedang kekurangan dana, padahal, untuk menjemput kedatangan tim itu jelas butuh anggaran yang tidak kecil.

“Inggaqta na masiriq tau puayi, [rupanya kita akan tertimpa malu pak haji],
” kata Husni kepada Zikir Sewai ketika itu.
Dalam beberapa helaan nafas,   H. Zikir berucap, “Muwaq namasiriq mi tau,  andiang mi tuu tau namasiriq, [jika tiba saatnya kita akan malu, maka kita tidak akan malu] jawab. H. Zikir kepada Husni.
Saat itu, H. Zikir sedang membenahi setumpuk sertifikat (bangunan dan tanah).

Dia bilang ke Husni, “Nadziapai immai sertifikaq e,  muwaq andiangi mala dipassamboang siriq [apa gunanya ada tumpukan sertifikat ini,  jika tak bisa dipakai mengatasi masalah krusial kita].

Tak menyebutkan tahunnya,  tentang rencana kedatangan tim DPR RI itu. Tapi di kesempatan lain, H. Zikir memberi info ke penulis, kedatangan wakil rakyat dari Senayan, adalah bagian hasil lobi Syahrir Hamdani. Tak heran bila sosok dermawan ini mempunyai apresiasi khusus pada figur Syahrir Hamdani.

“Berbulan bulan Syahrir tinggalkan anak isterinya,  demi melobi di Senayan, ” kenang H. Zikir. Sewai.

Penulis yang menemani DR. Yundini membezuk H. Zikir, diliputii rasa haru,  meski ketika perjuangan berlangsung,  penulis sama sekali tak punya kontribusi,  setetes peluh pun.

Yuyun, mengatakan,  kedatangannya menemui H. Zikir, untuk tiga hal. Pertama, untuk mengenang dan menghargai sejarah. Kedua, kunjungan seorang anak bersilaturahmi dengan orangtuanya. Ketiga, untuk berterimakasih kepada para pejuang pembentukan  Sulbar, sebab beberapa hari lagi,  hasil perjuangan beliau beliau, akan diperingati dengan penuh takzim.

Selamat kepada pejuang,  dan selamat kepada rakyat yg menikmati perjuangan.  Bravo! (*)