MANDARNESIA.COM, Mamasa — “Maaf, Saya menulis ini dengan sedikit menangis,” tulis Pj. Bupati Mamasa Dr. Zain kepada mandarnesia.com, Ahad (10/3/2024) melalui Tim Media Center Bupati.
Pernyataan tersebut dilontarkan Dr. Zain kepada timnya ketika melakukan perjalanan menuju Desa Wisata Balla Tumuka’. Menurutnya jalan tersebut tampak seperti tidak terurus.
“Kami berangkat pukul 10.00 Wita di hari Minggu, 10 Maret 2024, suhu cukup menusuk tulang di ketinggian 1300 mdpl. Jalanan becek bergelombang sisa hujan yang tak henti. Barisan pepohonan menjulang tinggi diterangi matahari lembut temaram tertutup awan,” sebutnya.
Mobil Pj Bupati Mamasa, Dr. Zain berguncang melewati jalan terjal, mendaki dan menurun di tanah yang tidak rata tanpa aspal dan beton. Empat kali mobil tertahan di tanjakan becek sedikit berlumpur, membuat Pj Bupati harus turun tangan menutup lubang jalan. Meski berjarak kurang lebih 10 Km dari kota, namun waktu tempuh kian lama.
Sekitar pukul satu siang, Pj. Bupati dan rombongan tiba di pasar Dusun Gallarapa, di sudut pasar terlihat seorang nenek sedang berdiri melihat-lihat barang, Pj Bupati spontan menghampiri dan mengajaknya bercengkrama, “Pilih barang yang nenek suka,” kata Pj Bupati DR. Zain sambil menunjuk barang.
Raut wajah seorang ibu bernama Tiku Mangngemba, terlihat bahagia bercampur haru saat mengetahui Pj Bupati memeluk dirinya di tengah pasar yang tidak begitu ramai. Di sisi kanannya sang anak dan warga lainnya tersenyum lepas menyaksikan kedekatan sosok pemimpin dengan warganya.
“Sampaikan salam rinduku kepada Pj Bupati nak,” demikian pesan terakhir Tiku Mangngemba.
Kemudian pada persimpangan jalan terlihat dua orang tua memanggil-manggil, spontan Pj. Bupati turun dan memberi hormat, percakapan pun dimulai. Sang kakek bernama Pampang Dika dan Demmamusu seolah berbicara dengan teman karib yang sudah lama tak dijumpainya. Bahagianya terjewantah dalam lantunan lagu perjuangan, dipersembahkan untuk sang Pj Bupati.
Hadiah sarung didapatkannya. “Semoga bermanfaat,” singkat Pj. Bupati sembari memeluk mereka.
“Bersyukur, Bupati sudi bercengkrama dengan kami. Kami merindukan pemimpin yang dekat dengan warga, semoga panjang umur,” do’a mereka terlantun saat itu juga.
Katanya, sudah lama tidak berjumpa dengan pemimpinnya, kerinduan itu meluap di derap-derap pedalaman Mamasa.
Pampang Lotong Kepala Desa Balla Tumuka’ dan aparatnya menyambut dengan hangat dan sederhana.
“Terima kasih Pak, Honor kami sudah terbayarkan, ada 373 KK dengan jumlah 1449 jiwa merindukan pemimpin seperti bapak,” ujarnya sembari meneguk segelas kopi.
Permintaan terakhir desa Balla Tumuka’ adalah akses jalan. Balla Tumuka’ adalah Desa Wisata yang terabaikan, objek wisata Buntu Mussa dikenal secara nasional dikunjungi para wisatawan lokal dan mancanegara.
Buntu Liarra, sebagai objek wisata negeri di atas awan di Desa Balla Tumuka, serta lebih 200 rumah adat juga ada di sana.
Satu per satu warga menyalami pemimpinnya sebelum beranjak, mengisahkan persahabatan, persaudaraan, dan kekeluargaan terajut benang kasih.
Nyanyian perjuangan Pampang Dika terlantun di detik-detik perpisahan. “Lagu ini terakhir, syaratnya semoga bapak ingin jadi Bupati selanjutnya,” harap Pampang Dika.
Pj. Bupati tertawa lirih sambil menerawang ke langit biru yang diselimuti awan. Sejurus kemudian, Pj. Bupati, anak petani itu menyentuh lembut punggung sang kakek. (Rls/WM/*)