Mengenal Otak, Si Lunak Pembuat Keajaiban

Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)

Di otak manusia ada bagian yang di sebut Prefrontal Cortex (PFC). Letaknya pas di belakang dahi apabila kita memegang dahi kita. PFC ini adalah bagian yang sangat penting bagi manusia karena memuat beberapa fungsi vital seperti moralitas, pengambilan keputusan, perencanaan ke depan, penilaian sosial sampai pembentukan kepribadian. 

PFC ini masuk kategori otak baru yang dinamakan neokorteks, maksudnya bagian otak yang hanya berkembang pada otak manusia. 

Diantara semua fungsi yang dipaparkan di atas mengenai PFC, fungsi yang paling utama adalah eksekusi atau penentuan pilihan. Dalam hidup ini kita sering diperhadapkan pada pilihan. Fungsi untuk memilih itu diatur atau dijalankan oleh PFC di dalam otak kita. 

Kalau bagian itu rusak, maka kita menjadi sulit melakukan pilihan yang baik. Jadi sangat penting untuk menjaga agar PFC tersebut tetap baik.

Salah satu yang merusak PFC adalah pornografi atau istilah lainnya adalah narkolema (narkotika lewat mata). Ternyata menurut penelitian para ahli, dampak fisik pornografi merusak 5 bagian otak. 

Hal ini ternyata lebih parah dari efek benturan keras kecelakaan yang hanya merusak 3 bagian otak saja. Bukan cuma dampak fisik, efek yang lain adalah dampak psikologis yaitu menjadi bermental lemah. 

Ciri yang paling nampak ialah perasaan malu yang tidak beralasan. Pernahkah kalian mengalami? Jika iya, maka ubah kebiasaan Anda dan mulailah kebiasaan baru yang lebih menyehatkan otak.

Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)

Amygdala, Si Pengatur Emosi

Menurut riset neurosains, bagian otak emosilah yang pertama kali difungsikan ketika kita masih bayi hingga beranjak masuk sekolah dasar. Otak emosi biasa disebut sebagai otak mamalia. 

Menurut Paul McLean, otak emosi yaitu sistem limbik. Letaknya dimana? Yaitu di bagian tengah otak. Cobalah visualisasikan buah kelapa, maka bagian tengah kelapa itulah bagian tengah otak.

Sistem limbik dapat menerima dan mengirim sinyal emosi. Jika Anda berada di sebuah ruangan yang di dalamnya banyak orang yang sedang tertawa maka Anda dipastikan ikut tertawa walaupun diawali dengan senyum tipis. 

Begitupun berlaku jika kita berada pada orang yang sedang marah, maka perasaan kita juga ikut marah. Inilah bukti bahwa sistem limbik bersifat receiver terhadap emosi manusia.

Kemampuan mengendalikan sistem limbik ini membawa Daniel Kahneman mendapatkan Nobel tahun 1906 dibidang ekonomi. 

Ia mengajukan teori sistem berpikir 1 dan sistem berpikir 2. Sistem berpikir 1 adalah kerja sistem limbik yang biasa disebut decision making reflex dengan ciri-ciri: responsif,cepat dan tanpa usaha. Sistem berpikir 2 adalah kerja cortex prefrontal yang biasa disebut decision making with rationality dengan ciri-ciri: lambat, perlu usaha keras, dan membutuhkan analisis rasional. (Untuk pembahasan lebih dalam perihal ini, silahkan baca buku yang berjudul Thinking, Fast and Slow karya Daniel Kahneman).

Sistem berpikir 1 adalah sistem berpikir yang dominan dimiliki oleh manusia yang mengambil sebuah keputusan tanpa ada jeda untuk berpikir. Pengambilan keputusannya langsung dibajak oleh sistem limbik dan limbik memberikan keputusan refleks berupa respon emosional. 

Namun sistem berpikir 2 bekerja sebaliknya dan memberikan respon rasional namun sangat lambat. Gabungan dari sistem berpikir inilah yang perlu dilatih. Daniel Goleman menyebut gabungan sistem berpikir ini sebagai kecerdasan emosi.