Dari ke-3 sub program “MR” tersebut, sektor industri (UMKM), jasa pariwisata (transportasi, hotel, restoran, ekonomi kreatif, transportasi dll) termasuk dalam sub program ke-3, yakni pemulihan ekonomi, karena dari sekian banyak sektor industri, pariwisata yang paling terdampak pandemi COVID-19, kemudian berimbas kepada sektor lain.
Kota Makassar dikenal dengan julukannya kota “Angin Mammiri”, berbatasan dengan Kabupaten Maros di sebelah Utara dan Timur, di sebelah selatan dengan Kabupaten Gowa dan di sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar. Ada 15 kecamatan dengan 153 kelurahan yang menjadi wilayah kerja administrasi Kota Makassar. Di antara 15 kecamatan tersebut terdapat satu kecamatan kepulauan yaitu Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, disebut juga sebagai Kepulauan Spermonde atau Kepulauan Pabbiring. Pulau-pulaunya yaitu Pulau Barrang Caddi, Pulau Barrang Lompo dan Pulau Kodingareng berserakan di lepas pantai barat daya Sulawesi, di Segitiga Terumbu Karang, antara lengkungan selatan Sulawesi dan Selat Makassar. Ketiga pulau ini merupakan destinasi pariwisata bahari Kota Makassar.
Selain ke-3 pulau tersebut, Kota Makassar juga memiliki beberapa pulau kecil lainnya yang indah dengan pantai pasir putih alami, seperti Samalona, Kapoposang, Langkai, Lanjukang, Lumu-lumu, Bone Tambung, Kayangan, Lae-lae dan Gusung Tallang. Pulau dan gusung ini memiliki kombinasi keindahan bentang alam dengan kondisi terumbu karang yang masih baik. Keseluruhan gugus pulau ini menjadi etalase industri wisata bahari dan berpotensi sebagai tujuan wisata bahari berskala internasional.
Makassar memang memiliki banyak “atraksi wisata” yang sangat menarik. PP kecilnyanya eksotis dan pesisir pantainya indah serta menawan. Didaratannya terdapat peninggalan sejarah, budaya dan tradisi orang Bugis-Makassar-Toraja, kesenian multi etnik yang atraktif, hiburan dan kuliner khas Makassar yang terkenal seperti Coto Makassar, Sop Konro, 5-P (Pallu Basa, Pallu Butung, Pallu Ce’la, Pallu Kaloa’, Pallu Mara), Mi Titi dll. Semua kuliner ini dapat dinikmati oleh wisatawan dalam wilayah administrasi Kota Makassar.
Makassar memilik tujuh kecamatan lainnya yang berada di pesisir pantai berbatasan langsung dengan Selat Makassar, yaitu Tamalate, Mariso, Wajo, Ujung Tanah, Tallo, Tamalanrea dan Biringkanaya. Sementara tujuh lainnya yakni Mamajang, Rappocini, Makassar, Ujung Pandang, Bontoala, Panakukkang dan Manggala merupakan hinterland yaitu daerah yang letaknya di belakang pesisir (coastal).
Kondisi fisk Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 Mdpl dari permukaan laut. Topografi kotanya dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama yaitu bagian Barat-Utara relatif rendah, dekat dengan pesisir pantai. Kedua di bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit. Dalam kotanya mengalir beberapa sungai besar seperti Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang yang kesemuanya bermuara ke dalam pusat kotanya yang terletak di daerah bawah. Kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan bersamaan dengan naiknya air pasang. Di daratanya pada daerah ketinggian ± 25 Mdpl di kecamatan Manggala terdapat 2 waduk yang menjadi obyek wisata masyarakat Kota Makassar, yaitu Waduk Borong Antang dan Waduk Balang Tonjong.
Baik kecamatan yang berada di bagian Barat-Utara Kota Makassar maupun di bagian Selatan-Timur kotanya memiliki sejumlah lorong di kelurahannya. Menurut KKBI, lorong adalah jalan kecil (terutama yang ada rumah kiri-kanannya) dan di sepanjang lorong itu banyak orang berjualan. Jumlah lorong atau gang di Kota Makassar mencapai 7.520 lorong, yang didiami oleh multi etnik. Ada empat suku utama yang tinggal di kota terbesar ke-5 Indonesia ini, Makassar, Bugis, Toraja dan Mandar.
Mereview masa kepemimpinan DP sebagai Wali Kota Makassar di periode pertama (2014-2019), untuk menata Kota Makassar DP menganalogikan secara sederhana mengenai kota. Kota itu seperti tubuh manusia. Di tubuh manusia itu ada dua hal penting, yakni otak dan sel. “Lorong itu seperti sel dalam tubuh”. Dalam perkotaan, lorong tempat rakyat tinggal yang paling miskin. Lorong adalah sel-sel kota Makassar, maka saya konsentrasi dulu di sel-nya supaya sehat. Tidak ada gunanya otak sehat jika sel tidak sehat. Akhirnya, lorong-lorong Kota Makassar yang dulunya kumuh, gelap, gersang dan sering menjadi sumber penyakit sosial telah berubah menjadi lorong yang bersih, asri, segar dan sejuk, aman, nyaman dan indah dipandang mata. Lorong Tidak Rantasa, Lorong Garden (LONGGAR) hingga Badan Usaha Lorong (BULO) telah berjalan saat “DP” menjadi Wali Kota Makassar periode pertama.
“DP” Wali Kota Makassar, kembali memimpin Kota Makassar bersama “Fatmawati” wakilnya, membawa nuansa baru untuk LONGGAR Kota Makassar. Satu dari enam tahapan sub program ke-3 pemulihan ekonomi, yaitu tahap V Bangkitkan Ekonomi Baru, Total Pemberdayaan Masyarakat, akan menghidupkan kembali pariwisata Kota Makassar yang terjun bebas akibat Pandemi COVID-19.
Penambahan LONGGAR menjadi recovery pariwisata baru di Kota Makassar didukung oleh Badan Usaha Lorong (BULO) yang menjadi bagian dari pemberdayaan masyarakat. Jadi ke depan, stake holder pentahelix Destinasi Pariwisata Kota Makassar tentunya akan berperan aktif bersama BULO dalam melakukan Recovery Pariwisata Baru Kota Makassar. Startup Lorong dengan membenahi dan menata 5000 Lorong Wisata yang terpilih sebagai Lorong Pariwisata. Bersimbiosa dengan Ojol Day disetiap hari Selasa, akan menciptakan rantai ekonomi hulu hilir dan menjadi bangkitan ekonomi baru di kota makassar yang dikontrol dan dimonitoring melalui Sombere dan Smart City.
Protokol Kedaruratan
LONGGAR yang kemudian menjadi Lorong Wisata, tentunya tidak terlepas dari protokol kedaruratan melawan COVID-19. Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability (CHSE) adalah penerapan “protokol kedaruratan” yang berbasis pada Kebersihan, Kesehatan, Keamanan dan Kelestarian Lingkungan. Sertifikasi CHSE akan diberikan kepada para pelaku usaha pariwisata dan ekonomi kreatif, menjadi bukti bahwa pelaku usaha telah memiliki, menerapkan hingga meningkatkan protokol kedaruratan di usahanya masing-masing. Selain itu, wisatawan dan masyarakat pun dapat merasa terjamin dengan pemenuhan standar protokol kedaruratan.
Lima ribu lorong wisata yang merupakan recovery pariwisata baru di Kota Makassar adalah destinasi pariwisata hasil buatan. Jenis atraksi/daya Tarik wisata seperti ini tertuang dalam UU No. 10/2009 tentang pariwisata. Daya Tarik Wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Di dalam kawasannya terdapat fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya Lorong Wisata.
Salah satu rujukan atau pendekatan sebuah destinasi pariwisata adalah komponen 5-A, yang terdiri dari attraction, activity, accessibility, accommodation, dan amenity. Hal ini juga dilakukan dalam recovery Lorong Wisata sebagai destinasi pariwisata baru Kota Makassar tentunya dengan berlandaskan pada Makassar Recovery, dengan slogan “Makassar Pulih, Makassar Sehat, Makassar Selamat”.
Atraksi (Daya Tarik) Wisata Lorong Wisata
Attraction (atraksi) merujuk pada sesuatu yang menjadi daya tarik sebuah tempat yang membuat orang ingin untuk berkunjung ke tempat tersebut. Atraksi Lorong Wisata memiliki keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman “hasil buatan” warga Lorong yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Sebagai wisata buatan dan budaya (mand mad and cultural) tentunya memanfaatkan halaman pekarangan dan taman-taman yang dibuat dalam lorong tersebut. Penataan permukimannya bersih dan sehat. Terdapat hiasan dan ornamen dinding serta akses/jalan. Lorong wisata bebas sampah dan genangan air. Jika malam, lorongnya bermandikan cahaya buatan yang berjejer disepanjang Lorong. Atraksi lainnya dalam lorong wisata bisa berupa bangunan tua peninggalan masa lalu, atraksi budaya dan tradisi yang dijadwalkan sewaktu-waktu dan menjadi event pariwisata Lorong Wisata.
Aktivitas Wisatawan di Lorong Wisata
Banyak pilihan aktivitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di Lorong Wisata. Berjalan-jalan di lorong sambil foto selfie. Naik sepeda rental atau mengayuh becak di lorong. Ikut memasak dan menikmati kuliner khas Kota Makassar. Ikut mengecat dan membersihkan lingkungan lorong. Wisatawan bisa menari dan bernyanyi bersama warga Lorong, jadi wisatawan tidak hanya sebagai penonton tetapi bisa terlibat langsung dengan dengan berbagai aktivitas atraksi atau event yang diselenggarakan. Jika seorang turis bergembira, merasa aman, nyaman dan puas, membuat wisatawan betah dan semakin lama tinggal, sehingga akan semakin banyak uang yang dibelanjakan.
Aksesibilitas menuju Lorong Wisata
Lokasi Lorong Wisata tentunya mudah untuk dijangkau/dikunjungi oleh wisatawan, karena salah satu fungsi dari lorong adalah sebagai jalan penghubung. Dengan demikian Lorong Wisata memiliki jalan yang dapat diakses dan dilalui baik secara secara individual maupun rombongan. Tersedia moda transportasi seperti ojol, mini bus, sedan, sepeda, bentor atau becak. Moda transportasi tersedia secara on line/off line.
Amenitas di Lorong Wisata
Di dalam atau berdekatan dengan Lorong Wisata terdapat usaha/fasilitas lain yang terkait dengan kepariwisataan, meliputi pusat informasi wisata, tempat penjualan oleh-oleh dan cinderamata, warung kopi, café, rumah makan/restoran, toilet umum, dan usaha atau fasilitas lain yang terkait pariwisata seperti kantor pos/kantor pos pembantu, gerai ATM, puskesmas/klinik/rumah sakit dan toko souvenir.
Akomodasi di Lorong Wisata
Terdapat tempat untuk bermalam dan beristirahat yang layak, aman dan memenuhi persyaratan kesehatan/sanitasi yang sehat, di dalam ataupun disekitar Lorong Wisata. Saat ini dibeberapa Lorong Wisata terdapat fasilitas rumah penduduk ataupun homestay yang diperuntukkan akomodasi bagi wisatawan dengan harga murah.
“DP-Fatmawati” melalui “Makassar Recovery akan merangsang warga Lorong Wisata yang mau membangun tempat-tempat penginapan berukuran kecil dan sedang dirumahnya. Pelibatkan masyarakat untuk menyediakan kamar-kamar yang tak mereka pakai atau membuat home stay untuk disewakan kepada turis pada akhirnya akan meningkatkan perekonomian warga Lorong Wisata.