Oleh: Riri Gosse, Penulis Buku Segiti Emas Destinasi Pariwisata Sulbar Marasa
Jadi, berdasarkan catatan sejarah tersebut, awal masuknya pendatang dari luar ke Sulawesi Barat melalui pelabuhan Napo yang ada di kerajaan Balanipa waktu itu, karena jalur daratnya belum terkondisikan seperti sekarang ini.
Banyak teori tentang pintu gerbang sebuah wilayah. Menurut S. Yuliue, 1984 “Pintu adalah jalan untuk keluar masuk ruangan. Gerbang adalah bagian paling depan/muka – gapura/pintu besar di halaman”. Jadi menurutnya, pintu gerbang bisa diartikan sebagai gapura/pintu besar di bagian muka yang selalu dilewati oleh kegiatan keluar masuk dari suatu ruang ke ruang lain.
Kruys Kamp mengartikan fungsi dari pintu gerbang sebagai “titik lintas-titik perpindahan-titik perubahan situasi-titik awal perubahan”. Dari pendapat di atas bisa disimpulkan bahwa pembentuk citra pintu gerbang meliputi adanya “akses titik lintas dan arah masuk – titik kontrol (keamanan) – kesan welcome – tempat peristirahatan sejenak – landmark – ada batasan fisik (edge) – mempunyai identitas – titik awal perpindahan ke fasum/titik-titik tujuan yang lain – titik perpindahan dari luar ke dalam dan sebaliknya – perubahan situasi – adanya pelayanan umum – kenyamanan microclimate”.
Dalam skala konsep wilayah perkotaan, citra pintu gerbang menuju pada “pembentuk ruang luar yang menyatu dengan bangunannya, yang bisa menghidupkan suatu kawasan menjadi lebih menarik agar terjadi peningkatan kualitas di lingkungan kawasannya”. Sedangkan dalam konsep skala bangunan mengarah pada “hubungan bangunan dengan lingkungan dalam wujud fisiknya yang merupakan gerbang bagi kawasan tersebut”.
Saat ini Sulawesi Barat terhubung dengan wilayah lain melalui jalur laut, darat dan udara. Jalur daratnya hanya dilintasi oleh Bus, Mobil, Motor, Becak, Sepeda dan Bendi. Jalur kereta api trans Sulawesi baru direncanakan oleh pemerintah pusat pada tahun 2015. Sejarah perkeretaapian di Indonesia diawali dengan pencangkulan pertama pembangunan jalan kereta api di Semarang pada Jumat, 17 Juni 1864, oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, LAJ Baron Sloet van den Beele. Selain di Jawa, pembangunan rel KA juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891). Sedangkan di Pulau Sulawesi pembangunan kereta api dilakukan pada tahun 1922 sepanjang 47 kilometer antara Makassar-Takalar dan dioperasikan pada 1 Juli 1923. Sisanya Ujungpandang-Maros belum sempat diselesaikan.
Dalam sejarah perkembangannya, jalur laut memperlihatkan pelabuhan-pelabuhan yang ada di Sulawesi Barat adalah sama tuanya dengan keberadaan permukiman pesisir pantai yang saat ini telah tumbuh dan berkembang dengan berbagai kegiatan untuk memenuhi kehidupan dan penghidupan masyarakatnya.
Kesadaran pemerintah akan adanya era “waterfront”, menjadikan pesisir pantai Sulawesi Barat sebagai etalase perkembangan sosial, budaya dan ekonomi masyarakatnya yang dinamis dan berpeluang untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bahari, dengan pelabuhan/dermaganya yang menjadi gerbang atau pintu masuk ke Destinasi Pariwsata di Sulawesi Barat melalui jalur laut. (bersambung)