Pemberangkatan para pemuda ke tanah Jawa, meskipun dilakukan secara rahasia, tetapi juga akhirnya diketahui oleh pihak NICA. Setelah melakukan pengecekan dan mencari tahu yang bertanggung jawab dalam pengiriman itu, akhirnya Abdurrahman Haddad dan Baddolo ditangkap. Selain itu, karena para pemuda yang berangkat kebanyakannya dari Desa Binanga, maka beberapa orang pemuka agama dan masyarakat ditangkap. Selain Kepala Kampung Binanga, Baharuddin Aco dan Halang Radjab sebagai jurutulisnya juga ditangkap. Termasuk menangkap Mansyur adik dari Kepala Kampung Binanga yang dianggap berperan penting.
Selain Kris Muda, organisasi-organisasi perjuangan yang telah dipersiapkan mulai dari September 1945 hingga pada awal Januari, dianggap sudah mantap dan siap untuk membela tanah air Indonesia. Jumlah anggota sekitar 800 orang yang tersebar di seluruh wilayah Polewali dan sekitarnya ini meliputi kurang lebih 10 daerah, yaitu: Polewali, Tonyaman, Takatidung, Anreapi atau Kelapa Dua, Darma, Madatte, Binuang, Kanan, Paku, Patampanua, Matangnga, dan Messawa yang mencakup daerah pegunungan Lembang.
Selain itu para pejuang juga melakukan aksi aksi pengrusakan kawat telepon, pengrusakan mesin listrik, pengrusakan jembatan, dan lain sebagainya. Oleh karena rentetan peristiwa penyerangan dan penghadangan serta aksi-aksi sabotase tersebut, tentara koninklijk nederlandschindische leger (KNIL) dan polisi NICA semakin meningkatkan operasi-operasi penangkapan terhadap para pejuang.
Dari operasi-operasi yang dilakukan oleh serdadu Belanda itu, tertangkaplah antara lain Andi Hasan Mangga, Alex Pattola, Pene Daeng Pasanre, H. Ummarang, La Hamma, Pangiu, Tammalino, Nongngo, Salempang, Pinnikai, Pama, dan Kati. Para pejuang yang terdiri atas para pemimpin dan anggota pasukan laskar pejuang yang tertangkap tersebut, sebagian besar dipenjarakan dan bahkan ada yang ditembak mati. Meskipun demikian, Andi Depu, Riri Amin Daud dan para pejuang lainnya dengan semboyang bahwa sekali berjuang tetap berjuang, merdeka atau mati demi bangsaku yang telah meresap dalam jiwa sanubari mereka.
Terpaksa mengundurkan diri masuk hutan sehingga aktivitas gerakan Laskar KRIS Muda Mandar tetap berjalan menurut rencana. Termasuk mengutus pengurus organisasi, misalnya Abd. Malik dan seorang pengikutnya untuk ke Kalimantan dan selanjutnya ke Jawa untuk mengadakan hubungan dan permintaan bantuan berupa senjata. Dengan adanya jalinan kerjasama antara pemimpin gerakan perlawanan suatu daerah dengan daerah lainnya, bahkan seluruh Indonesia (Mandar, Kalimantan, Jawa, dan Sulawesi pada umumnya), maka terbukalah kesempatan perlawanan rakyat secara menyeluruh. Hal itu bisa dilihat ketika pada bulan Februari 1946, berangkatlah perutusan Abd. Rahman Tamma menuju Makassar dan pada 12 April 1946, Abd. Malik dan Abd. Rauf menuju Yogyakarta. Kepada perutusannya ini Andi Depu menugaskan untuk aktif mengambil bagian dalam perjuangan kemerdekaan RI; Bekerjasama dengan kelaskaran atau badan badan perjuangan lainnya untuk mencapai suatu kesatuan komando; Mengembangkan dan meningkatkan gerakan KRIS Muda di luar daerah Mandar; dan secara periodik mengadakan hubungan dengan pemimpin pusat KRIS Muda di daerah Mandar (Bersambung)