Andi Depu, Nasionalisme Pemuda dan Nelayan Mandar (Bagian 10)
Catatan Muhammad Munir
Masuknya Andi Depu dalam organisasi Kelaskaran Kris Muda Mandar, telah menarik banyak orang untuk ikut bergabung di dalamnya. Tidak saja kelompok bangsawan tinggi, tetapi juga para ulama yang memiliki pengaruh yang cukup besar dalam masyarakat. Orang-orang Mandar yang selama ini dikenal sebagai pelaut ulung yang tersebar di luar Mandar, juga melibatkan diri sehingga Kelaskaran Kris Muda memiliki cabang di wilayah Kalimantan.
Para pejuang yang tergabung dalam Kelaskaran Keris Muda Mandar dan GAPRI 5.3.1 dalam setiap kesempatan yang memungkinkan, akan melakukan usaha untuk memberi tekanan psikologis kepada tentara NICA. Seperti yang dilakukan oleh 3 orang anggota Kelaskaran Kris Muda Mandar yang merencanakan untuk membakar rumah-rumah makan kepunyaan Sangkala dan Haji Haris yang dianggap sebagai kaki tangan NICA. Ketiganya juga berusaha untuk membakar gedung bioskop yang ada dalam arena pasar malam itu. Meskipun usaha itu akhirnya digagalkan oleh penjaga keamanan pasar malam itu, akan tetapi yang terjadi menjadi catatan penting bagi NICA. Para pemuda pejuang yang ada di wilayah Mandar tidak tinggal diam dalam usahanya mempertahankan kemerdekaan.
Fase perjuangan semaikin klimaks setelah Ratulangi bersama stafnya diasingkan ke luar Sulawesi, Andi Depu meminta kepada jajarannya untuk melakukan ekspedisi ke Jawa guna mendapatkan alat perlengkapan dan memberitahukan kepada para pemuda pejuang yang lebih dahulu sudah berangkat. Untuk merealisasikan kehendak Andi Depu, maka beberapa anggota pimpinan membagi tugas untuk melaksanakan perintah Andi Depu tersebut. Abu Syamsi dan Andi Karim Pua Mustari ditugaskan mencari dana dan alat-alat perlengkapan yang dapat digunakan dalam pemberangkatan. Pencarian dana diusahakan dengan sangat rahasia lewat para anggota dan partisipan.
Tugas untuk mengatur pemberangkatan lewat darat dan laut dipercayakan kepada Tjoling Pua Rompis. Tugas untuk mengatur surat izin yang diperlukan dalam perjalanan dipercayakan kepada Haruna Pua’ Hayati yang ketika itu bekerja sebagai pegawai kantor di Majene. Koordinator dalam tugas itu dipercayakan kepada Abdurrahman Haddad. Tugas utamanya adalah memastikan semuanya berjalan baik, selain juga bertugas untuk mencari dana.