MANDARNESIA.COM, Mampie — Festival Penyu Mampie 2024 yang dihelat tanggal 19-21 Juni 2024 berlangsung meriah dengan kehadiran wisatawan mancanegara.
Wisatawan yang hadir di kawasan rumah penyu pantai Mampie diantaranya dari Amerika Serikat dan Kanada. Sejumlah wisatawan ini mengaku sengaja datang hanya untuk hadir di festival yang semakin dikenal luas ini.
Hanna, warga Amerika, menyatakan kegembiraannya bisa hadir di Festival Penyu. “Saya senang hadir di sini karena banyak ilmu yang saya dapat dan festival ini sangat keren,” kata Hanna.
Dia menambahkan, “Bukan cuma penyu yang bisa kita lihat di sini, tapi ada banyak kegiatan yang bisa kita saksikan selama Festival Penyu.”
Ketua Panitia Festival Penyu Mampie 2024, Askar Al Qadri, menjelaskan bahwa festival tahun ini adalah yang kelima kalinya dilaksanakan, yang konsisten digelar bulan Juni setiap tahun.
Tujuan utama festival ini mengampanyekan isu lingkungan dan pariwisata berkelanjutan.
“Berbagai kegiatan di Festival Penyu ini kami laksanakan untuk mengolaborasikan antara pariwisata dan konservasi,” kata Askar.
Selama festival berlangsung, kawasan rumah penyu dipadati ribuan pengunjung, baik lokal maupun internasional, yang antusias mengikuti berbagai kegiatan yang ditawarkan.
Festival ini tidak hanya menjadi ajang edukasi tentang penyu dan lingkungan, tetapi juga menjadi daya tarik wisata yang berkontribusi positif terhadap ekonomi lokal.
Dalam FGD Komunitas dengan bahasan Lintas Sektor Pariwisata Berkelanjutan yang masih rangkaian kegiatan Festival Penyu 2024 Muhammad Yusri Ketua Sahabat Penyu menceritakan inspirasi dari pelaksanaan festival ini.
Yusri menceritakan awal festival penyu ini dihelat, menurutnya berawal dari kecemasan, bagaimana memasyarakatkan penyu, isu lingkungan yang hampir belakangan ini kurang dilirik. Menurutnya salah satu cara mengampanyekan isu lingkungan adalah dengan menggelar festival.
“Bukan karena tidak ada aturan, tapi karena tingkat kesadaran di masyarakat masih sangat kurang. Untuk menghadirkan semua kalangan harus menghadirkan satu even yang disebut festival,” sebut Yusri.
“Kami bersama teman-teman komunitas awalnya memberikan tema Bermain bersama Penyu,” kisahnya.
Dia menyebut bahwa untuk mencegah kerusakan lingkungan mungkin sesuatu yang mustahil tapi memperlambatnya bisa dilakukan.
Saat festival pertama dijalankan even pertama hanya lomba mewarnai untuk tingkat anak-anak. “Kenapa harus anak-anak? Biasanya kalau melibatkan anak-anak kakak atau mamanya juga pasti ikut. Itu salah satu teknik kami mengajak pertama kali,” kenang Yusri.
Jadi di Festival Penyu ini yang kami jadikan kegiatan adalah aktifitas masyarakat. “Itu semua kebiasaan masyarakat jadi ndak perlu mengubah lagi.”
Muhammad Yusri yang telah meraih penghargaan Kalpataru ini, sebuah pernghargaan tertinggi di bidang lingkungan di negeri ini menyebut bahwa festival ini harus ada dampak ke masyarakat.
“Seperti sewa perahu, rumah masyarakat disewakan sebagai tempat tinggal pengunjung, jadi full semua ke masyarakat manfaatnya.”
Kemudian pelibatan komunitas yang lain, “kita buat kemah konservasi, entah itu pecinta lingkungan dan lain-lain, dan pada malam hari kita buat bincang komunitas dan pematerinya dari kementerian.”
“Ini bisa menelorkan rekomendasi, salah satu hasilnya tahun ini kementerian kelautan memberikan bantuan untuk kelompok,” cerita Yusri dalam FGD. (Rls/WM/*)