Laporan: Wahyu Santoso
MANDARNESIA.COM, Mamuju — Yayasan GEMA (Gerakan Mandiri) Difabel telah melangkah maju dengan mengembangkan Forum Layanan Inklusif, sebuah inisiatif yang bertujuan untuk membongkar batasan layanan publik bagi penyandang disabilitas.
Pertemuan yang dilaksanakan di Ruang Rapat Zoom Kabupaten Mamuju mempertemukan Dua SHG (Self-Help Group) yaitu Binanga Sehat Jiwa dan Bone Pute Karampuang, OPD, serta pemangku kepentingan ini telah mengubah diskusi menjadi aksi nyata, menandai langkah konkret dalam upaya mendekatkan layanan publik bagi difabel. Akankah suara disabilitas akan didengarkan di Sulawesi Barat?
Menuju Keterlibatan Aktif Difabel
Dalam forum ini, Syafaruddin Syam (Shafar Malolo), Direktur GEMA Difabel Sulbar menekankan pentingnya keterlibatan aktif difabel dalam setiap kebijakan yang menyangkut hidup mereka. Dengan Forum Layanan Inklusif, GEMA Difabel Sulbar berupaya untuk semakin mendekatkan layanan publik bagi difabel, “Kami tidak ingin hanya menjadi objek, tapi subjek yang dilibatkan sejak awal dalam setiap kebijakan yang menyangkut hidup kami,” tegas Shafar Malolo.
Komitmen OPD dan Stakeholder dalam Mewujudkan Inklusi
Perwakilan dari Dinas Sosial, Jamaluddin, menyampaikan sebuah janji “Insya Allah tahun depan mudah-mudahan ada item pelayanan yang bisa disiapkan.
” Saat ini, tersedia alat bantu dengar, kursi roda, dan tongkat. Namun, Jamaluddin juga menyadari bahwa alat bantu saja tidak cukup, sehingga perlu dipersiapkan aksesibilitas bagi kelompok rentan.
Firmawaty Sewang, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Mamuju, dalam diskusi tersebut menegaskan komitmennya “Penyandang disabilitas harus mendapatkan akses yang setara terhadap layanan kesehatan” tegas Firma.
Membuka Pintu Kesempatan Kerja bagi Difabel
Debby Fachrunnisa Sumardi, Fungsional Pengantar Kerja Disnaker Provinsi Sulawesi Barat, telah mengusulkan anggaran untuk akses pelayanan disabilitas. “Kami juga mengupayakan ke perusahaan-perusahaan untuk menyediakan 1% hak disabilitas untuk mendapatkan pekerjaan. Langkah ini menunjukkan komitmen untuk membuka pintu kesempatan kerja bagi difabel.” Ungkap Debby.
Keterlibatan Difabel dalam Pengusulan Kebijakan
Amiruddin, aktivis sosial Gema Difabel, menekankan pentingnya keterlibatan difabel dalam pengusulan kebijakan, “Kami mengharapkan saat pembicaraan SOP layanan kami dilibatkan untuk menyampaikan terkait aksesibilitas.” pinta Amir.
Debby melemparkan senyum merespons dengan energi positif, “Usulan teman-teman akan kami tampung dan dalam penyusunan rencana strategis terkait SOP layanan dan diskusi program kerja Disnaker teman-teman Difabel juga akan dilibatkan”. Dengan demikian, difabel dapat menyampaikan aspirasi dan kebutuhan mereka secara langsung.
Perubahan yang Dimulai dari Keterbukaan
Maya Sarmila, CO (Committee Organization) SHG Binanga Sehat Jiwa, menambahkan bahwa pengalaman mereka dalam diskusi SOP layanan disabilitas di Dinas Perpustakaan menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari keterbukaan dan kemauan mendengar. “Saat itu, Perpusda memberi kami ruang menyampaikan aspirasi dalam diskusi tersebut.” Dengan demikian, difabel dapat merasa lebih dihargai dan terlibat dalam proses pembuatan kebijakan.
Menuju Era Baru Inklusi di Sulawesi Barat
Shafar Malolo menutup, langkah awal ini harus diikuti dengan eksekusi nyata, dari kebijakan hingga pelibatan dalam SOP dan program kerja. Dengan demikian, Sulawesi Barat dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mewujudkan layanan inklusif yang bukan hanya mimpi, tapi keniscayaan. Difabel dapat hidup mandiri dan berdaya, serta memiliki akses yang setara dalam berbagai aspek kehidupan. (WM)