FPRT (Front Pembebasan Rakyat Tertindas) | Narasi Perjuangan Yang Tersobek | Bagian 4
Catatan Muhammad Munir
SELAMA ini, pembacaan kita atas keberadaan Andi Selle dan pasukannya terkesan dibentuk dan ditugaskan langsung ke Mandar. Tentara Bn. 710 sesungguhnya adalah pasukan resmi yang dibentuk berdasarkan hasil konferensi Patjekke 20 Januari 1947.
Organisasi militer adalah adalah pasukan tingkat divisi TRI Persiapan Sulawesi Selatan dengan 3 resimen, diantaranya Resimen I pimpinan Andi Selle Matolla dengan wilayah operasi Parepare dan Mandar.
Seiring berjalannya waktu, kesatuan yang terdiri atas 3 kompi itu diresmikan dan dilantik menjadi Batalyon 710 pada tahun 1951. Selain tentara resmi, batalyon tersebut mempunyai banyak tentara tidak resmi yang tergabung dalam Tjadangan Bantuan Operasi (TBO). TBO ini jumlahnya lebih banyak dari tentara resmi (batalyon 710) yakni sekitar 10.000 orang.
Para TBO itu direkrut dengan pendekatan keluarga dan pertemanan. Sebelum bertugas, mereka diberikan latihan militer secara singkat, kemudian dapat mengenakan simbol-simbol dan pakaian (layaknya) militer. Perekrutan tersebut awalnya sebagai “jalan tidak resmi” untuk menjadi tentara resmi kelak.
Seiring lahirnya gerakan DI/TII bentukan Kahar Muzakkar di Mandar dibawah komando MT. Rachmat dan Sunusi Tande, pasukan Bn. 710 ditugaskan memulihkan keamanan di Mandar. Tugas tersebut ternyata juga dijalankam oleh TBO bentukan Andi Selle. Pasukan ini mulai bertugas pada 1956 menggantikan kesatuan lain (pimpinan Kapten Palar) sebagai penguasa militer di Mandar.
Pada saat bertugas di Mandar, Andi Selle mulai memutar otak untuk membiayai pasukan TBOnya. Kondisi keuangan Negara saat itu belum memadai untuk membiayai operasional tentaranya. Negara memberikan kewenangan kepada semua pimpinan pasukan untuk mencari usaha sendiri dalam melaksanakan tugas, sepanjang tidak mengganggu kehidupan masyarakat umum.
Andi Selle kemudian mendirikan sebuah perusahaan bernama PT. Pembangunan yang berpusat di Majene. Ia tergiur dengan potensi sumber daya alam di Mandar khususnya kelapa, kopi dan lainnya. Kopra menjadi salah satu komoditas PT. Pembangunan milik Andi Selle. Ia menjadikan perusahaannya sebagai satu-satunya pembeli kopra dan hasil kebun warga Mandar lainnya untuk diekspor langsung ke Singapura.
Andi Selle membuat kebijakan itu dengan mengandalkan jumlah pasukannya. Harga miring dan monopoli diterapkan secara sepihak dan rakyat harus patuh pada kebijakan ini. Kehidupan rakyat Mandar, mulai tertindas dengan keberadaan pasukan Andi Selle. Mereka yang kedapatan menjual hasil kebunnya di luar jaringan PT. Pembangunan akan diberi hukuman bahkan ditembak langsung.
Bisnis Andi Selle berkembang pesat. Pasukan dan TBOnya diberikan seragam dan senjata api untuk melancarkan gerakan monompoli hasil keringat rakyat.
Tiga tahun kemudian, Andi Selle merayakan ulang tahun Batalyon 710 yang ke-8 (sewindu) di Kota Polewali. Acaranya digelar selama seminggu dengan berbagai macam kegiatan. Acara ini dihadiri ribuan orang, termasuk Gubernur A.P. Pettarani dan petinggi militer Sulawesi Andi Mattalata. Acara dimeriahkan dengan berbagai perlombaan olahraga.