Oleh Adi Arwan Alimin
Perjalanan residensi ini digawangi Muhammad Fauzan, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mamuju. Ada 100 orang anggota rombongan termasuk Paskibraka Mamuju 2024 dan tim dari Kesbangpol Mamuju.
“Agenda ke IKN berupa residensi atau program kepenulisan bagi adik-adik Paskibraka, kita ingin memberi nilai tambah bagi mereka. Bahwa Paskibraka Mamuju tidak hanya berkutat pada keterampilan baris-berbaris,” ujar Fauzan di depan Istana Negara, Senin (9/9) siang.
“Untuk mendukung program Ibu Bupati Mamuju dalam pengembangan literasi. Beliau sangat respek pada agenda ini,” jelas Fauzan.
Catatan perjalanan program residensi yang melibatkan anggota Paskibraka 2024 ini bertujuan untuk memperkenalkan peserta pada lokasi paling banyak dibicarakan di Indonesia saat ini: Ibu Kota Nusantara.
Selama program, peserta mendapatkan kesempatan mengikuti sesi pelatihan mengenai metode menulis dan pentingnya kekayaan imajinasi dalam sebagai generasi muda yang lahir dan tumbuh di era digital ini.
Pada Senin (9/9) sebelum bertolak ke IKN, peserta berkesempatan mengunjungi kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kota Balikpapan yang berdiri megah. “Laskar Pelangi” ini berada di sini sekitar satu jam lebih.
Sebagai mentor, penulis hadir membagikan pengalaman dan pengetahuan, serta mendorong peserta untuk aktif berkontribusi dalam pengembangan literasi di Mamuju.
Saat tiba di Adika Bahtera Hotel Balikpapan Ahad malam, tim residensi langsung melakukan brifing awal untuk menjelaskan peta dan konsep program ini.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran peserta tentang pentingnya peran literasi melalui karya yang ditulis langsung dari lokasi residensi.
“Anggota Paskibraka Mamuju diharapkan dapat mengembangkan keterampilan menulis mereka, menciptakan karya yang mencerminkan pengalaman dan perspektif mereka sebagai generasi muda dalam memandang IKN. Jadi bukan hanya menguasai keterampilan baris berbaris,” terang Fauzan saat live moment di depan Istana IKN via akun YouTube DengAdi Podcast, Senin siang.
Program ini pun bertujuan untuk memperkenalkan keragaman peserta yang datang dari berbagai latar belakang. Sehingga mereka dapat mengintegrasikan elemen-elemen tersebut dalam karya tulis atau laporan perjalanan yang dibuat peserta.
Perjalanan via feri “Laskar Pelangi” dari Mamuju-Balikpapan penulis lihat melahirkan interaksi produktif antara peserta dan pihak Perpustakaan dan Kearsipan Mamuju serta Kesbangpol Mamuju. Mereka sangat kompak.
Muhibah melintasi Selat Makassar akan dikenang sebagai pengalaman mengesankan peserta. Sebagian besar peserta baru kali pertama datang Benua Kutai dan langsung menginjakkan kaki di IKN.
“Saya bercita-cita jadi anggota Paskibraka sejak kecil, alhamdulillah saya lolos. Itu obsesi yang awalnya serasa tidak mungkin. Ke IKN ini seperti mimpi bagi saya,” sebut Hamdani, anak pulau Balabalakang dalam draf tulisannya yang dikirim Kamis pagi. Dia peserta pertama yang mengirim catatan residensi.
“Hasil dari residensi ini diharapkan dapat dibukukan dan diterbitkan untuk memberikan kesempatan kepada peserta menunjukkan karya mereka kepada publik. Juga untuk mengapresiasi dedikasi mereka sebagai Paskibraka 2024,” sebut Fauzan.
Saat catatan ini penulis buat, di grup WA Residensi peserta meruarkan semangat untuk menyelesaikan tugas menulis. Beberapa diantaranya sudah rampung, dan mereka cukup meyakinkan memiliki bakat menulis.
Bila sepanjang Agustus lalu mereka sibuk olah mental dan fisik, sepulang dari Balikpapan peserta menguras energi dan emosi karena dibekap “tenggang-tenggang feri” yang mengguncang selama 17 jam.
Kini peserta program sedang mendaras kemampuan olah imajinasinya untuk membabarnya sebagai karya kreatif.
“Menulislah seperti kalian sedang bercerita pada teman-temanmu,” itu motivasi penulis pada orang per orang di atas feri.
Rencana Kipan untuk membuat coaching di kapal batal, ombak terlalu kencang Kapten! Pop Mie pun jadi teman perjalanan pulang paling mengenyangkan. (*)