Air Mata Palestina, Duka Kita: Aliansi Mahasiswa dan Pemuda di Hari Perlawanan Internasional Al-Quds

Laporan Netizen: Wahyu Santoso

MANDARNESIA.COM, Mamuju — Jumat terakhir Ramadan 2025 (28/3/2025) pada sore hari, di tengah hiruk pikuk Jalan Yos Sudarso, Mamuju, Sulawesi Barat, puluhan mahasiswa dan pemuda yang tergabung dalam sebuah aliansi berkumpul.

Mereka datang bukan untuk sekadar mengisi waktu, melainkan untuk menyuarakan kepedulian yang mendalam terhadap Palestina. Hari Perlawanan Internasional Al-Quds, yang diperingati setiap Jumat terakhir bulan Ramadan, menjadi momentum bagi mereka untuk mengekspresikan kemarahan dan keprihatinan atas ketidakadilan yang dialami rakyat Palestina.

“Boikot Produk Israel!” teriakan lantang itu memecah keheningan sore, diiringi kibaran poster-poster yang menggambarkan penderitaan rakyat Palestina. Di tengah-tengah orasi yang berapi-api, seorang demonstran berteriak lantang, menirukan lirik legendaris Iwan Fals, “Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata!” Teriakan itu disambut gemuruh semangat dari peserta aksi lainnya.

Orasi-orasi dan puisi-puisi perlawanan terus mengalir, menggetarkan hati setiap yang hadir. Aswar, sang koordinator lapangan, dengan suara lantang menegaskan bahwa ini bukan sekadar isu politik, tetapi panggilan kemanusiaan.

“Ini tentang saudara-saudara kita yang teraniaya,” ujarnya, matanya berkilat penuh semangat. “Kita harus berdiri bersama mereka, menunjukkan bahwa kita tidak akan tinggal diam.”

Aksi ini bukan hanya tentang kata-kata. Para peserta aksi juga membawa simbol-simbol kuat. Bendera Merah Putih, kebanggaan Indonesia, dikibarkan berdampingan dengan bendera Palestina, seolah menyelimuti tanah yang berduka itu. “Merah Putih Menghapus Air Mata Duka Palestina,” begitu bunyi seruan mereka, sebuah janji solidaritas dari jauh.

Halimah Isfahany, perwakilan perempuan dalam Aliansi Sulbar Menghapus Air Mata Duka Palestina, menambahkan, “Bersuara untuk kemerdekaan Palestina ialah pernyataan ketegasan sikap dimanakah kita berpihak. Apakah kita berada bersama dalam barisan pengawal fitrah kemanusiaan ataukah penjahat kemanusiaan?”

Jalan Yos Sudarso menjadi saksi bisu solidaritas yang tulus. Saat matahari mulai terbenam, mereka duduk bersama, berbuka puasa, dan memanjatkan doa. Doa untuk para syuhada, kedamaian di tanah Palestina, dan kekuatan bagi mereka yang terus berjuang.

Di Mamuju, di ujung timur Indonesia, suara-suara kecil bersatu, mengirimkan pesan yang jelas: perjuangan Palestina adalah perjuangan kita semua. Merah Putih, simbol keberanian dan persatuan, menjadi saksi bisu bahwa Indonesia tidak akan pernah melupakan saudara-saudaranya di Palestina.

Aksi ini bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan bara api yang terus menyala, mengingatkan dunia bahwa keadilan dan kemanusiaan tidak mengenal batas geografis. Dari Mamuju, suara lantang ini bergema, menuntut tindakan nyata dan mengakhiri penindasan.

Sebab, seperti yang diteriakkan seorang demonstran, “Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata!” dan kata-kata itu harus diwujudkan dalam aksi nyata, sampai Palestina merdeka! (WM)