Laporan: Sudirman Syarif
WABAH berkepanjangan Covid-19 telah menimbulkan kesulitan bagi semua, tak hanya berdampak pada kesehatan, namun juga merambah ke sektor ekonomi. Pedagang kaki lima, yang mata pencahariannya bergantung pada ruang publik sangat terpukul. Namun di Mamuju, Sulawesi Barat, seorang penjual nasi kuning bertahan dengan menjaga jajanan yang dijualnya di harga lima ribu per porsinya. Covid-19 telah menuntutnya berinovasi dalam situasi sulit.
Pagi itu, di sebuah sudut Jalan Andi Makkasau, Kelurahan Binanga, Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, simpang empat menuju arah Kantor Bupati Mamuju, satu persatu kendaraan roda dua maupun empat, berhenti di depan warung yang dibagun sederhana itu, mereka pergi dengan beberapa bungkusan plastik, lalu disusul warga lain yang masuk ke warung itu.
Para pembeli datang dengan seragam yang berbeda-beda, seragam kantor, anak sekolah, mahasiswa lalu para buruh bangunan yang sedang mencari makan seusai bekerja keras.
Setelah virus corona mewabah di Sulbar awal Maret lalu. Semua terasa berubah. Kepanikan akan virus ini terasa, pemerintah mulai mengambil sikap, melakukan pembatasan aktifitas dan memperketat pintuk masuk di setiap perbatasan. Dampaknya, harga barang kebutuhan pokok sempat naik, akibat stok yang terbatas, beberapa warung makan di Mamuju memilih tutup, merugi atau mungkin menutup kontak fisik dengan dunia luar.
Jutaan manusia menganggap, hidup mungkin tak akan sama setelah Covid-19. Akan tetapi warung yang dibangun September 2019, ini berdiri di tengah gempuran kekhawatiran akan wabah Covid-19. Warung yang dikelolah bersama anak dan istrinya, tetap percayaan diri untuk berjualan, memperjuangkan hidup, karena pembeli di Warung Nabila tak pernah sepi, meskipun wabah Covid-19 masih jadi momok bagi pemerintah,
“Alhamdulillah ramai terus, awal-awal memang terasa karena Covid-19. Namun setelah itu, ramai terus,” kata Ismail yang banyak melayani pembeli menggantikan peran orang tuanya, Selasa (22/12/2020) malam. Ismail beberapa hari terakhir sedang menjalani cuti kerja di kantornya.
Keberadaan warung Nabila menjadi penting bagi kota seperti Mamuju. Banyak orang yang mengandalkan warung ini, sekadar memenuhi kebutuhan dasar untuk mengisi perut, apalagi mereka para perantau yang berkantong tipis. Warung ini seperti penyemangat, menjadi alasan banyak orang tetap berjuang bertahan hidup.
“Ini warung sebelum pindah ke sini, dulu di sana, tidak seramai ini,” demikian Ismail menjelaskan dan menunjuk arah ke Kantor KPU Sulawesi Barat. Kepindahannya di simpang empat seperti membawa angin segar, di bagunan itu, kemudin warung milik orangtuanya, terus menerus didatangi pembeli.
Lambat laun warung yang awalnya hanya menjual nasi kuning, mulai menawarkan nasi putih. Pembeli diberi keleluasaan memilih menu makan. Porsi reguler dengan harga Rp5 ribu, harga Rp8 ribu untuk porsi medium dan porsi jumbo dengan harga Rp10 ribu. Untuk urusan lauk, pembeli juga diberi pilihan, pakai ikan atau ayam. Sementara untuk lauk seperti sarundeng, tempe, sambal, dan mie goreng menjadi menu wajib.
Warung ini dibuka sejak pukul 8 pagi, hingga 11 malam, semuanya bergantung pada stok makanan yang disediakan, jika cepat habis, warung akan ditutup lebih awal, begitupun sebaliknya.