Laporan: Ihsan Zainuddin dari Kairo, Mesir
DI tengah upaya global keluar dari pandemic Covid-19, tiga hari lalu atau tepatnya Selasa (4/8/2020), dunia dihebohkan tragedi kemanusiaan lain yang super dahsyat.
Ledakan bak bom nuklir itu menelan ratusan korban meninggal dunia dan ribuan yang mengalami luka-luka. Puluhan lainnnya masih dalam proses pencarian.
Melalui platfrom medsos, berita tersebut begitu cepat menyebar sejagad raya. Kecepatannya jauh melampaui media konvensional baik stasiun televisi apalagi media cetak.
Di Kota Kairo misalnya, pada Rabu pagi sama sekali belum ada koran yang memuat berita ledakan di gudang yang menyimpan ribuan ton zat kimia jenis amonium nitrat itu.
Kejadian tersebut terjadi setelah koran-koran ini sudah naik cetak. Hanya ada beberapa koran yang memiliki edisi sore hari yang berhasil melaporkan duka dari negeri paling damai dan toleran di Jazirah Arab ini.
Melalui pesan singkat, saya bertanya kepada kolega Dr. Mahmoud Samhoun, Direktur Al-Imam As-Syatibi, salah satu lembaga Tahfiz Al-Qur’an di Beirut Lebanon tentang kondisi ril di sana.
Sejumlah rekaman video beliau share yang diperoleh langsung dari teman dan kerabat yang saat itu berada di lokasi kejadian.
Selain mengirimkan gambar dan video yang sebagian besar sudah beredar di medsos, Dr. Mahmoud juga menceritakan hal lain via voice note. Bahwa setidaknya terdapat 5 masjid besar yang terletak di sekitar pelabuhan Tripoli yang merupakan pelabuhan terbesar kedua di Lebanon.
Adalah Masjid Mohamed Imam Al-Amin, menurut Dr. Mahmod yang mengalami dampak yang sangat parah. Seluruh atap masjid roboh. Jendela kaca masjid semua pecah berantakan.
Yang menarik dari penjelasan Dr. Mahmoud bahwa beruntunglah titik ledakan ini berada di pinggir laut, sehingga dua pertiga efeknya itu menuju ke laut. Andai saja berada di pusat kota, maka kemungkinan kami semua tidak ada yang tersisa.
Info lain yang diceritakan bahwa, awal ledakan dipicu oleh proses perbaikan salah satu pintu gerbang gudang di lokasi tersebut. Namun pijaran api yang ditimbulkan itu, begitu cepat meledakkan isi gudang yang rupaya menyimpan barang-barang ilegal.
Barang-barang yang yang tidak bisa diproses tersebut akhirnya menumpuk di gudang bertahun-tahun. Dan tanpa diketahui publik, di gudang tersebut terdapat zat kimia untuk bahan peledak milik salah satu faksi politik di sana.
Peristiwa ini benar benar memukul kondisi fisik dan psikis warga Beirut. Lebanon yang tampaknya tak kunjung keluar dari krisis ekonomi, jauh sebelum isu Corona, kini harus menghadapi situasi yang memperburuk kondisi sosial dan ekonominya.
Terlepas dari spekulasi yang ditimbulkan dari perisitiwa ini, seluruh negara Arab serentak merespon untuk menawarkan bantuan. Terutama dari negara-negara teluk yang kaya akan minyak bumi.
Presiden Mesir, El-Sisi langsung mengirim satu unit pesawat berisi bantuan, dan memerintahkan untuk mendirikan rumah sakit lapangan. Dengan tegas mantan Kepala Intelijen Mesir ini mengatakan bahwa Mesir siap membantu segala hal yang dibutuhkan untuk masyarakat Lebanon yang terdampak.
Demikian pula Grand Syaikh Al-Azhar, Dr. Ahmed Tayeb memerintahkan insituti agama paling tua di dunia ini untuk mengirimkan bantuan ke negeri Syam tersebut. (*)