Digital Minimalism untuk Kesehatan Otak

Oleh: Fiqram Iqra Pradana

(CEO Manabrain Institute)

Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan hubungan sosial. Hubungan itu terjadi karena berbagai kebutuhan pribadi yang dapat terpenuhi jika sesama manusia saling berinteraksi dan berkomunikasi. Semakin tinggi level kebutuhan kita, maka hubungan sosial semakin kita butuhkan.

Dalam teori piramida kebutuhan Maslow dalam hal hubungan sosial, disebutkan bahwa kita sebagai manusia memerlukan kebutuhan ‘pengakuan dari orang lain’ atau lebih dipertegas oleh psikolog McCleland, kita memerlukan kebutuhan diterima (need of affiliation) untuk memperoleh kebutuhan berprestasi (need of achievement).

Hal itu semakin difasilitasi oleh perkembangan tekhnologi yaitu smartphone dengan memanfaatkan internet. Internet hadir menjadi kebutuhan baru untuk berbagai penggunaan. Terutama salah satu penggunaan internet yaitu media sosial atau medsos.

Kita ketahui bersama bahwa medsos menciptakan sebuah dunia baru yaitu dunia virtual yang dinamakan dunia digital atau dunia maya. Dunia Maya ini bahkan menjadi lifestyle. Kita merasa ketinggalan zaman atau kurang gaul jika kita tidak ikut mengaksesnya.

Medsos menempati urutan teratas penggunaan internet. Bukan hanya di Indonesia, melainkan seluruh dunia. Yang termasuk dalam aplikasi medsos ini adalah Facebook, Instagram, dan Twitter. Ada pula yang menambahkan aplikasi chatting seperti WhatsApp, Line dan FB Massenger, ke dalam kelompok aplikasi medsos.

Menurut penelitian Global Digital Snapshot pada tahun 2017, Angka pengguna medsos diseluruh dunia lebih dari 76 % terhadap penggunaan total internet. Yakni, sebanyak 2,9 miliar orang dibandingkan pengguna internet dunia yang berjumlah 3,8 miliar orang. Dan menariknya, sekitar 2,7 miliar di antaranya mengakses medsos dengan menggunakan hape.

Di Indonesia sendiri, data tahun 2015 menunjukkan pengguna WhatsApp di Indonesia sebesar 24 juta. Tapi, melihat pertumbuhan penggunaannya yang sedemikian besar, diperkirakan akhir tahun 2018 sudah mencapai tiga kali lipatnya.

Pihak WhatsApp belum mengeluarkan data resmi seberapa besar pengguna WhatsApp di Indonesia.

Dengan penjelasanya di atas, dapat dikatakan bahwa dunia terkhusus Indonesia sedang mengalami euforia medsos yang tentunya selain membantu memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, juga memberi sejumlah efek dan ekses negatif terhadap perilaku dan bahkan kepada otak sebagai organ yang mengontrol tubuh kita.

Bahkan sekarang bisa dikatakan, kita sudah kehilangan kontrol dalam peggunaan handphone kita karena keasikan scroll di beranda media sosial.

Efek Medsos Terhadap Perilaku

Selain memiliki efek positif, medsos lebih banyak memiliki efek negatif. Hanya satu efek positif medsos yaitu dalam hal komunikasi jarak jauh –membantu mendekatkan yang jauh- dan tentunya itu sangat menolong bagi keluarga atau handai taulan yang rindu. Berikut saya paparkan efek dan ekses negatif medsos.

Pertama, bermedsos dalam hal komunikasi, membantu mendekatkan yang jauh namun sekaligus menjauhkan yang dekat dan ini adalah fakta yang bisa kita rasakan masing-masing. Kita sangat intens melakukan chatting dengan teman jauh kita yang berada di tempat lain, akan tetapi kita mengabaikan teman yang ada dihadapan kita.