Belasan orang mendeklarasikan diri sebagai “Jubir Milenial” bagi pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Mereka berasal dari berbagai bidang antara lain mantan aktivis kampus, santri, aktris, hingga pengusaha muda. Para jubir Milenial ini berharap dapat menjadi jembatan dalam mengakomodir aspirasi generasi milenial kepada Jokowi. Salah satu jubir tersebut yaitu Muhammad Pradana Indraputra yang juga pemilik start-up Akusewa.com.
“Kita melihat Pak Jokowi sebagai pemimpin yang tahu arus perubahan, tahu arus perkembangan terutama teknologi. Nah kita bisa melihat bahwa capres mana yang punya pengetahuan teknologi lebih baik,” jelas Pradana di Posko Cemara, Jakarta, Selasa (26/2/2019).
Jubir Milenial menyebutkan ada sejumlah program Jokowi-Ma’ruf yang menunjukkan kepedulian terhadap generasi milenial, antara lain Kartu Indonesia Pintar Kuliah, Balai Latihan Kerja Komunitas di pesantren-pesantren ,dan Kartu Pra Kerja.
Sementara juru bicara milenial Jokowi-Ma’ruf lainnya yakni Rina Saadah menuturkan pasangan calon nomor urut 01 juga memiliki kepedulian terhadap generasi muda petani. Salah satunya, kata Rina, dengan memberikan mereka akses pasar untuk memaksimalkan pendapatan mereka.
“Kita memberikan support kepada mereka, bagaimana petani bisa menjadi keren dan kaya. Dengan cara apa? dengan cara memberikan akses pasarnya. Memberikan mereka pelatihan bagaimana cara bertani dengan baik. Intinya mereka butuh akses saja, kalau mereka tidak punya akses modal, kita kasih akses lahan. Kalau tidak punya akses modal kita kasih akses modal,” jelas Rina.
Rina yang juga Ketua Umum Pemuda Tani HKTI menjelaskan telah memberikan pendampingan terhadap petani muda di belasan wilayah Indonesia, antara lain di Jawa Barat, Jawa Timur, Sumatera Utara dan Sumatera Selatan.
Menanggapi deklarasi jubir milenial Jokowi-Ma’ruf, Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan, keberpihakan yang sama terhadap generasi milenial juga dilakukan pihaknya. Salah satunya yaitu dengan menunjuk Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden Prabowo Subianto.
“Yang paling penting simbolisasi yang paling mudah dipahami Pak Prabowo memilih capresnya adalah anak muda dari sisi politik. Artinya keberpihakan beliau terhadap masa depan, artinya politik pro masa depan, pro anak muda dan milenial,” jelas Dahnil.
Dahnil Anzar menambahkan Prabowo Sandi juga memiliki juru bicara dan relawan dari kalangan anak-anak muda. Salah satunya yaitu Gerakan Milenial Indonesia. Dengan modal tersebut, Prabowo-Sandi menargetkan dapat meraup sekitar 75 persen dari 42 jutaan suara milenial di Indonesia.
Pendiri lembaga survei KedaiKOPI, Hendri Satrio menilai strategi yang dilakukan kedua pasangan calon itu belum cukup untuk meraup suara dari kalangan milenial. Sebab, menurutnya, keberpihakan tersebut belum tergambar dari 2 pasangan calon pada 2 debat Pilpres yang digelar KPU. Termasuk tidak ada panelis yang diundang KPU dari generasi milenial.
“Milenial juga harus diapresiasi. Artinya dalam pekerjaan mereka dihargai dihargai. Kedua, dihormati artinya mendapat tempat tersendiri dalam program capres-cawapres. Saat ini yang belum dilakukan contohnya dalam dua debat yang kita saksikan, tidak ada program yang menyasar milenial. Jangankan programnya, bahasanya saja tidak masuk,” jelas Hendri Satrio kepada VOA, Rabu (27/2/2019).
Hendri Satrio juga mengingatkan agar kedua pasangan calon tidak hanya terfokus pada milenial. Menurutnya, pilihan dari milenial kerap masih dipengaruhi oleh orang tuanya. Karena itu, kedua pasangan calon juga perlu menggandeng para orang tua dalam memperebutkan suara milenial. [Ab/ab]
VOA Indonesia