Tim Perpusnas RI Alihmediakan Naskah Kuno di Majene

Lebih jauh Leni menjelaskan bawah mereka melakukan pengurangan asam pada bahan untuk penetralan zat asamnya karena itu mempercepat pelapukan dan korosi pada bahan naskah karena umumnya bahannya kertas.

“Dari Ibu Nursam kemarin kita agak lama karena bahannya memang berbeda, sangkanya kami itu daun lontar ternyata seperti daun pandan yang halus tapi kuat sehingga kita berikan zat tertentu agar lebih awet terus kita buatkan boks penyimpanan sehingga tidak terlalu terpengaruh dengan suhu yang ada,” ungkap Leni.

Menurut Leni bahan kertas dari daluan atau kulit kayu lebih tahan dari pada kertas, “sehingga kita netralisir dengan beberapa campuran kimia dan tisu jepang agar tidak lembab.”

“Beberapa naskah kita jilid ulang dan wadah penyimpanan serta terus kita alihmediakan yang kita simpan dalam format baru. Salinannya kita serahkan ke Ibu Nursam, Kepala Museum Mandar dan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Majene,” jelas Leni Sudiarti, Ketua TIM Konservator Perpusnas RI.

Leni Sudiarti juga menyebut agar terus dilakukan pendataan naskah, pendampingan dan pelestarian khusus naskah kuno.

“Insya Allah bisa kolaborasi dengan Tim Preservasi dan Alihmedia Perpusnas RI. Jujur alat yang kami bawa ini pertama kali digunakan di Majene. Semoga kami bisa kembali lagi untuk melakukan pelestarian naskah kuno Kembali,” pungkas Leni.

Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Majene Hj. Najmah M. Bachhyt Fattah, S.Ag., MM. pada pendampingan Tim Perpusnas RI di kediaman Ibu Nursam menyampaikan ucapan terima kasih kepada tim Preservasi dan Alih Media Perpusnas RI atas program yang dilakukan.

Menurutnya hal ini sangat penting demi menjaga koleksi tetap bisa utuh agar pesan moral di dalamnya bisa tersampaikan kepada generasi selanjutnya.

Hal senada juga disampaikan Kepala UPTD Museum Mandar Majene Susanna, S.Sos. pada konservasi naskah kuno dan naskah tua di Museum Mandar bahwa sangat bersyukur pihak Perpusnas RI berkenan melakukan Preservasi 19 naskah yang ada di Museum Mandar lengkap dengan wadah dan alihmedianya.

“Kami juga bisa mendapatkan ilmu tentang pelestarian naskah kuno yang begitu detail. Kami berharap semoga ke depan Pemda Majene bisa mengusulkan SDM khusus untuk Museum Mandar baik Filologi dan Konservator Naskah yang bisa ditempatkan di Museum Mandar Majene,” harap Susanna.

“Lestarikan Naskah Nusantara, Melindungi Perjalanan Kata.” (Rls/WM/***)