MAMUJU – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), melaksanakan Sitammu Uju. Hal itu dilakukan dalam rangka menjaga kebudayaan lokal.
“Yang dibicarakan eksitensi – eksitensi rumah adat atau fungsi rumah adat itu sendiri, dan kedua, kita tidak sempat bicarakan karena waktu yang tidak memungkinkan. Tapi, Insya Allah kita akan lanjutkan di seminar hari Jumat di Maleo,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Mamuju, Sahari Bulan yang ditemui usai kegiatan di Rumah Adat Mamuju, Rabu petang kemarin.
Menurut Sahari, yang menjadi poin dalam pelaksanaan ini adalah memberikan pin kepada beberapa pemangku adat.
“Kita ingin membuat pin untuk raja dan pemangku adat, tapi kita tidak serta merta membuat. Tapi lebih bagusnya kita lakukan lewat Sitammu Uju untuk memberikan masukan model apa, bentuk apa yang kita inginkan bersama karena kalau sepihak hanya Dinas Pariwisata kan jelek kesannya. Ini untuk kita bersama adalah Mamuju, adalah lambang maka kita butuh masukan dari pemangku adat, dan budayawan,” jelasnya
Rangkaian kegiatan sudah dimulai jauh-jauh hari, dan akan dilanjutkan sampai pada perayaan Kabupaten Mamuju.
“Tanggal 12 ada pengukuhan adat, 13 sossor manurung, 14 hari, jadi, malamnya Manakarra Fair dan kita akan sematkan itu pada 14 Juli di Hari Manakarra, sempat sebelum hari H itu ada pengukuhan raja yang sebelumnya kita laksanakan di sini rapatnya. Yang jelas tiga hari yang lalu kita rapat di sini untuk pengukuhan galaqgar pitu, memang ada tiga galaqgar pitu yang lengser atau meninggal sehingga perlu digantikan,” imbuhnya.
“Untuk pin ini, untuk sementara hanya kita anggarkan lima gram yang akan kita sematkan untuk galaqgar pitu, Raja dan Bupati Mamuju. Ini dari APBD, tidak menutup kemungkinan dari lima gram bisa menjadi 10 atau 15 gram kalau itu ditambahkan dari para galaqgar pitu,” ungkap Sahari Bulan. (*)
#AyubKalapadang-BusriadiBustamin