Reporter: Sudirman Syarif
POLEWALI MANDAR, mandarnesia.com — Pembukaan lomba segitiga Sadeq Race 2019 di Pantai Bahari Polewali Mandar berlangsung meriah. Lomba yang menjadi penanda dimulainya pelaksanaan event sandeq juga dimeriahkan tampilan tarial tradisional enam negara peserta Polewali Mandar Internasional Folk and Art Festival (PIFAF) 2019.
Perahu cahaya mandar milik Pemkab Mamuju keluar sebagai juara, disusul Merpati Putih milik Sekretaris Provinsi (Sekprov) dan posisi ketiga direbut mandala bintang timur milik Kemenpora.
Kepala Dinas Pariwisata Sulawesi Barat Farid Wadji meyampaikan ada 21 sandeq yang ikut dalam lomba. Jumlah peserta sandeq 21 dikarenakan joki yang tidak ada,bukan sandeqnya yang tidak ada.
“Dari 21 itu datang dari Majene, Karama, dan Pambusuang. Tamu-tamu asing yang hadir kita ingin supaya Sandeq Race dan PIFAF ini berkesinambungan. Supaya mereka melihat ini sebuah peristiwa kebudayaan, juga menjadi kegiatan kepariwisataan untuk kita,” kata Farid, Rabu (8/8/2019).
Masih kata Farid, sebenarnya kalau bicara soal terkenalnya sandeq, sandeq sudah sangat dikenal di dunia. Poin Sandeq Race agar kebudayaan bahari masyarakat Mandar awet. Kedua peristiwa kebudayaan bisa menjadi aktivistas pariwisata. Di dalam pariwisata harus ada yang dilakukan, harus ada yang dilihat, dan harus ada yang dibeli.
“Ke depan bagaimana peristiwa budaya bahari dimanfaatkan masyarakat untuk menjadikan peluang ekonomi. Misalnya banyak hal yang bisa dilakukan, bagaimana peristiwa sandeq menambah pendapatan dan penghasilan masyarakat,” jelasnya.
Nah bagaimana cara, sambung Farid, ini terus dipikirkan apa yang harus dilakukan agar sandeq tidak berlalu begitu saja, ada nilai manfaatnya. Minimal warung makan penjual-penjual yang menikmati.
Star Sandeq Race etape Polewali Mandar-Majene dimulai, Kamis (8/8) . Panitia menyediakan uang pembinaan sebanyak Rp30 juta untuk juara pertama, juara kedua Rp25 juta hingga 10 besar, dan peserta yang berada di posisi 11 sampai 21 mendapat uang Rp10 juta.
“Sebelumnya kita sudah rawat perahunya, kita sudah berikan cat, kita berikan uang perbaikan perahu, kita berikan lauk-pauk dan uang untuk kebutuhan selama kegiatan,” kata Farid.
Tim Percepatan Pengembangan Bahari Kementerian Pariwisata Ratna Suranti menyampaikan, sandeq harus tetap dilestarikan. Karena sandeq akan punah kalau rakyat tidak gunakan lagi.
“Pemerintah Daerah tetap dijaga (sandeq). Kedua melestarikan yang sudah terkenal. Kalau di-google-ng apa itu sandeq? sudah ada di dalam. Kita harus bangga karena sandeq berpotensi untuk mempromosikan daerah, karena terkenal di dunia,” kata Ratna.
Disampaikannya, wisatawan sekarang mencari pengalaman. Mungkin bisa dilakukan pelatihan, agar pelaut dunia bisa masuk ke Polman. Misalnya bagaimana kapal satu layar bisa keliling untuk mencari ikan.
“Barangkali ketertarikan itu akan ada pelatihan, lalu banyak orang asing yang datang, sehingga ketika ada reli mereka bisa ikut, bukan hanya rakyat sini. Pendatang yang suka perahu layar bisa ikut, banyak di seluruh dunia yang suka perahu layar. Nanti dibuat paket dan harus ada produk yang akan dikunjungi,” ungkapnya.
Direktur Ekuador Mr. Jhony Faican mengaku sangat senang datang di Polewali Mandar dan melihat perahu sandeq di Mandar.
“Terima kasih warga Polewali Mandar telah menunjukkan kami beberapa tradisi. Salah satu Sadeq Race sangat luar biasa. Ada beberapa kesamaan dengan negara kami. Tapi di sini sangat luar biasa layarnya,” kata Jhony berdasarkan traslate, (ADV).