Roem Insist: Tetaplah Konsisten Pada Pilihan Hidupmu

Oleh Adi Arwan Alimin (Insight Mandarnesia)

“WE are living in bad times again, and good books are as important as ever.” – Tariq Ali. Tulisan ini dipasang pada dinding batu bata merah di pendopo Insist, Yogyakarta. Kutipan ini melekat pada dinding berbatu bata merah di Perdikan Insist, Yogyakarta.

Rombongan pegiat literasi dari Mamuju sampai di sini sekitar jam 09.00. Lokasi ini berjarak delapan kilometer dari Gunung Merapi. Suasananya seperti desa pada umumnya begitu kita melewati gerbang luas Insist, halamannya dipenuhi undakan sawah dan kolam ikan. Di sisi terasnya mengalir air bening dari pegunungan.

Satu adat di Perdikan Insist, setiap tamu yang berkunjung langsung disuguhi teh atau kopi yang mesti diseduh sendiri. Saya memilih kopi tanpa gula, beberapa genggam rebus kacang tanah. Pisang rebus hangat menemani.

Pegiat literasi Mamuju saat memasuki pendopo kecil langsung disuguhi dinding atau rak yang dipenuhi buku-buku produk Insist. Judul-judul amat kritis menggugah keindonesian segera merubung tatap mata pengunjung lebih lekat. Buku-buku ini juga ada di toko-toko besar, tapi di sini kita seolah menghirup adonan tinta cetaknya, dan wangi kertas.

Dialog pun dimulai. Moderatornya mas Budi salah seorang editor Insist. Disampingnya duduk sosok lelaki memakai blangkon dan kumis memutih. Oblongnya merah pupus. Dialah Roem Topatimasang, pria asal Masamba Luwuk, pendiri Insist.

Usai Budi mengisahkan bagaimana Insist beroperasi sebagai penerbit buku-buku yang banyak mempengaruhi wawasan tentang tanah dan air di Indonesia, bicaralah Pak Roem. Sosok ini amat dekat dengan tetamunya, hingga tak berasa canggung bercerita banyak hal mengenai Mandar Sulawesi Barat yang tak dapat dipisahkan dari tradisi budaya Bugis-Makassar.

“Insist memiliki sedikitnya 18 organisasi di Indonesia, mulai dari Sumatera, Kalimantan, NTB, Maluku, NTT, Sulawesi dan Papua. Insist memiliki ceruk pembaca tersendiri, di sini kami memiliki pengelola yang sedikit tapi efektif dan efisien. Tidak perlu banyak,” kata Roem sambil mengisahkan mengenai Baharuddin Lopa yang dikenal sebagai manusia sangat jujur.

Roem menerbitkan buku terakhirnya, Pancaroba Nusantara: Sketsa-Sketsa Perubahan Lingkungan dan Masyarakat Pedalaman Indonesia (2024). Buku yang mengurai Bab Hijau Tunggal, Biru Payau, Kerah Coklat sebuah riset dari kondisi hutan di Silopo, Kecamatan Binuang Kabupaten Polewali Mandar. Roem tinggal selama tiga pekan di Mirring untuk penelitian mendalam ini.

“Inilah yang kita pikirkan dan terus diskusikan. Bagaimana pihak Perpustakaan dan Kearsipan juga dapat meningkatkan kompetensi dan kapasitas pegiat literasi di Mamuju secara khusus, agar mereka memiliki kualitas bagus dengan pendekatan riset dalam menulis di hari-hari berikutnya,” ujar Muhammad Fauzan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mamuju saat berdialog di pendopo Insist yang eksotis itu, di bus Pariwisata Selasa (10/12/2024).

Insist salah satu tempat yang dipandang penting dikunjungi pegiat literasi Mamuju. Lokasinya tak jauh dari lereng Merapi. Menurut Fauzan semua titik kunjungan kali ini berdasarkan riset bersama stafnya agar relevan dengan pengembangan komunitas literasi Mamuju.

Penulis sesekali menengok jam dinding yang hampir menjejak pukul 12.00. Hampir tiga jam rombongan pegiat literasi berada di sini. Berbincang langsung dengan pihak Insist yang diterima punggawanya, Roem Topatimasang. Salah satu aktivis senior lingkungan yang telah menginisiasi banyak organisasi penggerak generasi muda di berbagai pulau.

Pengetahuannya tentang tradisi dan kearifan lokal di Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan cukup tebal. Roem juga menyebutkan bagaimana hubungan tradisi dan budaya Mandar dengan Tobelo dan pulau-pulau terluar di Maluku Utara.

“Diseminasi kebudayaan amat penting terus dilakukan bagi generasi muda. Kita juga mesti terus mempertanyakan apa yang telah membentuk pikiran hingga orang dahulu dapat melahirkan kearifan-kearifan itu,” katanya lagi.

Dia menitipkan pesan pada pegiat literasi Mamuju, “Tetaplah konsisten dan fokus pada apa yang telah anda pilih. Ilmu dan harta itu berbeda, jadi jangan pernah pelit tentang ilmu.” (*)

Insist, 10 Desember 2024