Resensi Novel : Layla dan Majnun

Oleh: L i s n a

Pada suatu masa di Jazirah Arab, tinggal seorang pria, tepatnya seorang raja besar bernama Sayyid, yang menjadi pemimpin sebuah suku yang dikenal sebagai suku Banu Amir. Tak ada penguasa lain yang menyamai kemakmuran serta kesuksesannya, dan keberaniannya sebagai pemimpin telah dikenal di seluruh pelosok wilayahnya. Bagi kaum miskin, ia adalah seorang dermawan,pintu-pintu gudang.  hartanya selalu terbuka dan ikatan dompetnya tak pernah tertutup. Sifatnya yang ramah kepada para pendatang asing pun sangat terkenal. Ia sangat dicintai oleh rakyatnya. Begitu besar hasratnya untuk memiliki anak hingga ia melupakan hal-hal lainnya.

Demi mendapatkan satu hal yang sangat didambakan namun tak dimilikinya, ia mengabaikan karunia Tuhan yang telah diberikan kepadanya – kesehatan, kekayaan, serta kekuasaannya. Sayyid berdoa dan berpuasa dan terus member sedekah hingga hampir saja ia mengakui kekalahannya, pada saat itulah Allah mengabulkan permintaannya. Ia diberikan seorang bayi laki-laki, seorang anak yang sangat tampan. Di hari kelima belas, kedua orangtuanya memberikannya nama Qais. Setahun berlalu, dan ketampanan sang bayi berubah menjadi kesempurnaan. Ia tumbuh menjadi seorang anak yang ceria dan aktif.Karena menyadari perlunya pendidikan bagi sang anak,

Sayyid mempekerjakan seorang terpelajar yang sangat terkenal sebagai guru. Pria ini menjadi kepercayaan banyak orang untuk mengajar keturunan seluruh bangsawan Arab agar mereka mendapatkan kebijaksanaan serta keahlian yang dibutuhkan untuk hidup di daerah gurun..Qays adalah anak yang rajin dan antusias menerima pelajaran Ia paling unggul dalam pelajaran membaca dan menulis.

Suatu hari, seorang gadis bergabung dalam kelasnya. Gadis itu memiliki kecantikan yang luar biasa yang membuat Qays dan bocah-bocah lelaki lainnya langsung terpukau. Yang bernama Layla. Sesuai dengan namanya, rambutnya hitam legam dan di balik rambutnya, wajahnya memancarkan kecantikan yang luar biasa.

Ia telah memberikan hatinya kepada sang gadis bahkan sebelum ia menyadari apa sebenarnya yang ia berikan. Namun Qays tidak sendirian karena Layla pun merasakan hal yang sama. Api telah menyala dalam kedua hati mereka, dan api itu saling menerangi satu sama lain. Perlahan, kedua bocah yang sedang dilanda cinta itu menyadari betapa butanya mereka selama ini. Semua orang telah melihat mereka berduaan, mendengar mereka berdua saling berbicara, melihat mereka tertawa dan bersembunyi dalam kepompong cinta, mereka berdua tak menyadari hal tersebut.

Hati Qays bertentangan dengan logika, dan seberapa pun beratnya ia berusaha menyembunyikan cintanya untuk Layla,Qays tak menemukan jalan keluar dari kesulitan ini dan ia semakin larut dalam kebingungan. Selain telah kehilangan hatinya, kini ia juga kehilangan akal sehatnya. banyak orang yang menatapnya dan menunjukkan jari ke arahnya, tertawa-tawa mencemoohnya dan berkata, “Ini dia si orang gila, si ‘majnun’!’.

Tak ada yang dapat dilakukan atau diucapkan oleh Layla untuk mencegahnya. Ia harus menyembunyikan kesedihannya–kesedihan yang mengancam akan merobek hatinya menjadi dua. Perpisahan itu membuat Qyas mengjauhkan diri dari sanak saudara serta teman-temannya, orangtua  serta Semakin lama penderitaannya, semakin pula ia menjadi sosok yang diteriakkan semua orang kepadanya: Majnun, si orang gila.  Ia memang telah menjadi gila, namun ia juga seorang penyair. Akibat perpisahannya dengan Layla –perpisahan yang membuatnya menjadi budak bagi gadis itu– membuatnya tergerak untuk menciptakan ode dan soneta terindah yang berisikan namanya, dan bait-bait sajak yang belum pernah didengar oleh siapapun juga.

Melihat anknya yangsemakin memburuk sayyid memberanikan diri menemui ayah layla untuk melarnya demi anaknya namun itu hanya siapa sia karna ayah layla menolak lamaran itu. Atas kegagalan sayyid meminang layla untuk outranya dia meminta kepada teman-teman qays untuk membujuknya agar melupakan layla. Qaystau betul maksud baik dari teman-temN nya namun api cinta yang majnunsemakin besar. Kini tidak ada lagi yang bergaul dengannya karna itu qays meniggalkan keluarga dan teman-temannya. Majnun tak lagi tau mana baik dan buruk.

Hasrat Majnun tumbuh berkembang seiring dengan berlalunya hari, dan dengan berkembangnya hasrat itu, reputasinya di antara keluarga dan teman-temannya pun merosot.sayyid mengadakan pertemuan dengan para tetua untuk masalah ini, memutuskan untuk mengajak qays ke makka untuk berdoa untuk meminta petunjuk dan menyembuhkan peyakitnya. Dan ditempat tersebut dia bisa dapat hiburan untuk meluapakn semua masalah dan obsesinya.

Di hari yang sama, saat Layla berjalan pulang dengan kedua matanya yang sembab karena terlalu banyak menangis. Ia berpapasan Dengan Ibn Salam, seorang pria muda dari suku yang dikenal dengan Banu Asad. Ibn Salam adalah seorang pria yang sangat kaya dan terkenal. Ia dihormati oleh semua orang yang mengenalnya. Begitu ibn salam melihat layla saat itu dia tau klau dia harus memilikinya. Dan begitulah, dengan tradisi Arab Ibn salam mengutus seorang kepercayaan nya ntuk meminang layla. Dan bersedia memberikan emas yang berlimpah jika menerima pinangannya. Dan ayah layla menerimah pinagan itu. Setelah Qays mengetatahui pernikahan layla ia merasa sangat terpuruk dan semakin kehilangan arah.

Sayyid yang sudah semakin tua, ia menyadari bahwa ia tidak akan lama lagi. Sayyid tidak takut akan kematian dia hanya takut jika ia mati tidak dapatmelihat putranya sekali saja sebelum pergi, akhirnya ia mencari anaknya munkingkah ia dapat membujuk anaknya untuk melepas obsesinya.sayyid menemukan ankanya disuatu tempat yangbukan seharusnya dia tinggali dengan kondisinya yang begitu mengkhawatirkan.Qays yang melihat ayahnya yang sudah tua yang memintanya untuk kembali ia pun menuruti permintaan ayahnya itu. Dan kini mereka sudah mendapatkan kembali ketenangan itu.  Namun semuanya hanyalah kebohongan sedari awal hingga akhir. Majnun sangat ingin membahagiakan ayahnya sehingga ia bersedia melakukan apa saja. Namun pada akhirnya, rasa malu karena kebohongannya membanjirinya. Ia menatap ayahnya dan berkata, “Ayah adalah hembusan napas yang memberikan kehidupan pada jiwaku, dan masih terus memberikan kehidupan kepadaku. Aku adalah pelayan ayah, siap untuk mematuhi setiap perintah ayah. Namun hanya ada satu hal yang tak dapat kulakukan. Aku tak dapat mengubah apa yang telah digariskan oleh takdir. Dan disitu sayyid sadar bahwa majnun bukan lagi miliknya.Setelah kematian ayahnya, Majnun semakin merasa bergantungpada alam liar dan kehidupan dalam isolasi. Bagaikan singa pegununungan, ia memanjat bebatuan terjal dan membelah ngarai serta lembah berbahaya di mana tak satupun manusia pernah menapakkan kakinya.seakan sedang mencari sesuatu, layla yang selama inidia cari.

Di antara sanak saudara Majnun ada seseorang yang kebijaksanaan serta integritasnya membuatnya sangat dihormati dan dihargai oleh siapa pun yang mengenalnya. Salim Amiri adalah paman Majnun dari pihak ibunya, dan ia sangat mencintai putra saudaranya sebesar ia mencintai putranya sendiri. Yang ingin dilakukan Salim saat ini adalah membantu keponakannya, namun bahkan dirinya  yang tahu pengobatan dari segala hal yang berbau kejahatan dan biasanya tahu cara meloloskan diri dari sudut sekecil apapun gagal menangani kasus Majnun. Dan dia pergi mencari keponakannya itu dengan harapan dia dapat membujuknya untuk kembali. Tatkala memandangi putra kakak perempuannya dari atas hingga ke bawah, Salim merasakan malu dan kesedihan mengalir di hatinya. Bagaimana mungkin tragedi ini bisa terjadi? Dan Sekali lagi Salim memaksanya dan lagi-lagi Majnun merasa tak punya pilihan lain selain menuruti kemauan pamannya.

Majnun mendengarkan cerita Salim dengan penuh perhatian. Ketika pamannya telah menyelesaikan kisahnya, Majnun tampak sangat senang. Ia tertawa lebar seperti sebelumnya, melompat-lompat naik turun dengan ceria, berbicara riang tentang teman-teman hewannya serta petualangan yang telah mereka lalui bersama.Salim memutuskan untuk membuat keinginan Majnun terpenuhi lagipula, mungkin ibunya dapat membujuk putranya yang pembangkang ini untuk kembali pulang ke rumahnya dan juga kembali ke perlindungan sukunya. Meskipun Majnun hidup bagaikan hewan liar, ia tetaplah manusia  dan bukankah manusia sepatutnya berkumpul dengan sesama manusia? “Baiklah, akan kubawakan ibumu kemari,” kata Salim begitu ia pergi.Tak membutuhkan waktu lama bagi si wanita tua itu untuk mengenali putranya.

Tapi pada saat itu pula hatinya hancur. Melihat anak tesanyanya seperti it. Ibunya meminta dia untuk kembali tapi Majnun hanya menunduk mencium kaki ibunya dan minta maaf karna ia tidak bisa kembali. Tak ada yang bisa dilakukan ibunya hanya dapat mengucapkan selamat tinggal kepada anaknya.

Waktu berlalu, namun perpisahan bukanlah sesuatu yang dapat dihadapi dengan mudah oleh perempuan tua itu. Perlahan, ia menjadi sosok asing di rumahnya sendiri. Baginya, rumah itu bagaikan penjara seperti  yang telah diucapkan oleh Majnun kepadanya. Hasratnya untuk hidup semakin melemah hingga di suatu malam, jiwanya terlepas dari penjara keberadaan duniawi dan terbang menyusul suaminya ke dunia lain. Salim memegang bahu keponakannya dan dengan pelan berkata, “Selama hidupnya, ibumu telah menderita karena kesedihannya dan kini ia telah meninggal dunia. Ia sudah mempersiapkan kematiannya, karena itu ia telah mengucapkan selamat tinggal kepada penderitaan untuk menuju tempat yang lebih baik. Kau tidak berada di sisinya ketika ia pergi, namun pikirannya hanya tertuju kepadamu.

Menjelang kematiannya, ia sangat merindukanmu, sama seperti yang dirasakan oleh ayahmu sebelum ia meninggal.Majnun merasa perutnya bergejolak oleh hantaman tak terlihat dan ia menahan napas. Lalu dengan tekanan di hatinya, ia mencakar wajahnya dengan kuku-kukunya yang bergerigi. Ia melompat-lompat sambil berteriak bagaikan banshee, dan bergegas menuju makam ibunya yang berada di sebelah makam ayahnya. Keluarganya sangat menginginkan Majnun kembali namun, Majnun hanya dapat menanggapinya dengan sebuah rengekan. Dengan suara kecil, ia berterima kasih kepada semua orang atas kebaikan mereka. Namun ia menolak tawaran tersebut, dan mengatakan bahwa ia hanyalah seorang tamu di sana.

Tak ada sesuatu maupun seorang pun yang dapat menahannya. Tempat itu bukanlah rumahnya lagi; keluarga serta teman-temannya kini adalah sosok asing baginya. Ia mengucapkan selamat tinggal kepada mereka dan kembali ke pegunungan tempat temanteman sejatinya berada dan menantinya.

Layla mengerti betul apa yang ada dalam benak kekasihnya. Ia tidak merasa sakit Dengan kecurigaan tersebut; ia justru mmenantinya dengan kenyataan bahwa Majnun telah melukai dirinya sendiri Dengan begitu parahnya.Ia juga merasa sakit karena cemburu, ia mencemburui kebebasan Majnun. Kekasihnya yang berada di belantara gurun dapat melakukan apa saja yang dikehendakinya, sementara dirinya menjadi tawanan. Telah begitu lama ia menjadi seorang tawanan hingga ia tak ingat lagi. awalnya ia menjadi tawanan ayahnya, kini ia adalah tawanan suaminya.  Segala sesuatu yang terjadi dalam hidup kita tentulah ada maknanya, meskipun terkadang makna itu sulit untuk diukur.

Setiap halaman dalam Buku Kehidupan, yang sama besarnya dengan kosmos itu sendiri, memiliki dua sisi. Pada satu sisi, kita menuliskan rencana-rencana, mimpimimpi dan semua aspirasi kita; di sisi lain, sisi yang tak dapat kita lihat, dipenuhi oleh takdir, yang ketetapannya jarang sejalan dengan keinginan kita.Bagi suaminya, keadaan itu sudah tak dapat ia hadapi lagi, namun bagi Layla semuanya adalah siksaan. Bukankah ia bak sebuah permata berharga yang terperangkap di dalam sebuah batu? Senjata apa yang dimilikinya selain kesabaran dan kebohongan.

Kebahagiaan apa yang dimilikinya selain cinta Majnun, cinta yang dipeliharanya secara rahasia, cinta yang disembunyikannya dari semua mata, terutama mata suaminya. Namun roda dunia berputar dan kala ia berputar takdir pun terkuak. Akhirnya Ibn Salam kehilangan seluruh harapannya. Layla jarang menemuinya, karena setiap pertemuan terasa lebih menyakitkan daripada sebelumnya. Apa yang dapat dilakukan seorang pria ketika ia mencintai  seorang wanita namun tak mendapatkan cinta sebagai balasannya? Kesedihan yang terjebak dalam jiwanya telah meradang dan meracuni dirinya.Tubuhnya dihancurkan oleh demam, napasnya hangat dan kering bagaikan angin gurun. Karena menderita sakit, Ibn Salam hanya terbaring di tempat tidurnya.penyakit yang dialaminya membuat jiwanya meninggalkan dunia yang penuh penderitaan baginya.

Kini layla bebas sma bebasnya dengan kekasihnya majnun walaupun kebebasanya berbeda.  Sesuai dengan adat yang berlaku pada masa itu, setelah kematian suaminya, seorang wanita harus menutupi wajahnya Dengan kerudung dan tak diperbolehkan melihat siapapun. Selama dua tahun wanita itu harus mengurung diri di dalam tendanya, menutup diri dari dunia dan sendirian dengan kesedihannya.

Dulu api kehidupan menyala terang di dalam dirinya; kini yang ada hanyalah kerdipan kecil, menjadi sebuah alat permainan angin yang dapat padam sewaktu-waktu. Dulu Layla bersinar bagaikan bulan purnama. Kini yang ada hanyalah bulan sabit yang pucat; sikapnya yang dulu diibaratkan pohon cemara kini yang dapat dilihat hanyalah bayangan lemah.Tubuhnya diserang oleh dema, ruam-ruam serta bintik-bintik muncul pada wajah serta lengannya.

Kelelahan yang dirasakannya begitu besar sehingga ia hanya dapat berbaring di atas tempat tidur. Ia menyadari bahwa keberadaannya di dunia ini takkan lama lagi.sebelum terlambat layla menceritakan kepada ibunya siapa selama ini orang yang sangat ia cintai. Layla mengatakan pada ibunya jika ia mati ia meminta agar dipakaikan baju pengantin layaknya sorang pengantin dan menunggu Majnun datang. Karna layla yakin Majnun pasti datang. Bibir Layla bergetar dan dengan airmata mengalir di kedua pipinya. Ia memanggil nama kekasihnya untuk terakhir kali.

Begitu suaranya memudar, cahaya di matanya mengecil dan akhirnya jiwanya terlepas. Ibu Layla memeluk putrinya yang telah tiada, mendekapnya Dengan begitu keras seolah memaksakan agar kehidupan kembali merasuki tubuhnya. Ia menekankan bibirnya ke pipi pucat putrinya dan membelai rambutnya, sepanjang waktu membisikkan namanya dan menangis penuh kesedihan dan belas kasih.dugaan Layla ternyata terbukti,begitu majnun mendengar berita krmatian Layla, ia segera berlari menuju makannya.ketika keatian Layla mulai meresap kedalam dirinya,ia hanya memandang makan Layla mulai berkaca-kaca.ia tampak solah tak sadarkan diri oleh mentera-mentera.bebrapa saat ia hanya duduk disana,tak sanggup berbicara.majnun berdiri memandang sekelilingnya semua orang telah pergi,namun dia tidak sendirian teman-teman hewannya yang selalu mengikutinya.sedikit demi sedikit ia melemah hingga suatu hari ia menyadari bahwa ia telah sampai diakhir hidupnya.untuk terakhir kalinya ia menyeret dirinya menuju makam Layla, majnun menutup matanya dan berbaring di makam Layla, menekankan tubuhnya di tanah dengan segala kekuatan yang tersisa dalam tubuhnya.beberapa orang bilang bahwa jenazah majnun beradadi atas makan Layla, selama sebulan,beberapa orang yang melihatnya disana bersumpah bahwa dia hanya tertidur dengan para teman-teman hewanya.orang-orang takut karna hewan-hewan itu selalu mendekat ke makam Layla dan hanya melihat dari kejauhan.begitu para hwan itu pergi oran-orang baru berani mendekati makam Layla.para anggota dari suku Layla dan Majnun menagis melihat pasangan kekasi yang mereka sanyangi itu teraring,yang pada akhirnya bersatu dalam kematian.

Judul buku : Layla & Majnun, Pengarang : Nizami, Penerbit: Ilman Books