Ramadan ke#3: Ikhlas itu Membahagiakan

Oleh: Hajrul Malik, M.Pd.

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ…

“Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya semata, dengan mengikhlaskan ketaatan itu kepada-Nya semata…” (QS. Al-Bayyinah: 5)

Dalam kehidupan yang penuh dengan berbagai tantangan dan cobaan. Seringkali kita merasa frustasi atau kecewa ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan kita. Namun, jika kita mampu melihat segala sesuatu dengan ikhlas, kita akan menemukan bahwa keikhlasan adalah kunci untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.

Ikhlas bukanlah sekadar tentang menghadapi situasi dengan pasrah tanpa usaha atau perjuangan. Sebaliknya, ikhlas adalah sikap hati yang mampu menerima segala sesuatu apa adanya, tanpa rasa kebencian atau kesedihan yang berlebihan. Ikhlas membantu kita untuk melepaskan diri dari beban pikiran yang tidak perlu, sehingga kita dapat fokus pada hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat.

Dengan ikhlas, kita belajar untuk bersyukur atas apa yang kita miliki. Daripada terus-menerus mengeluh tentang hal-hal yang belum kita capai. Kita juga belajar untuk menerima kegagalan atau kekecewaan sebagai bagian dari proses pembelajaran dan pertumbuhan pribadi. Dengan demikian, ikhlas membantu menjaga keseimbangan emosional dan mental, bahkan di tengah-tengah kesulitan.

Selain itu, ikhlas juga membawa kebaikan dalam hubungan sosial. Ketika kita bertindak dengan ikhlas, kita tidak lagi memperhitungkan keuntungan pribadi atau motif tersembunyi dalam interaksi dengan orang lain. Sebaliknya, melakukan segala sesuatu dengan tulus dan penuh kasih, yang pada akhirnya akan memperkuat ikatan kita dengan sesama dan menciptakan lingkungan yang lebih harmonis.

Dalam agama Islam, konsep ikhlas sangatlah penting. Allah SWT mengajarkan umat-Nya untuk bertindak dengan ikhlas dalam segala aspek kehidupan, baik dalam ibadah maupun dalam hubungan sosial. Dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5, Allah berfirman, “Dan mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan mengikhlaskan ketaatan itu kepada-Nya semata.”

Dari ayat ini, kita dapat belajar bahwa keikhlasan adalah fondasi utama dari ibadah yang diterima oleh Allah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ikhlas adalah kunci untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan sejati dalam hidup. Kita dapat melepaskan diri dari beban pikiran yang tidak perlu, bersyukur atas segala yang kita miliki, dan memperkuat hubungan sosial kita dengan orang lain. Oleh karena itu, mari tingkatkan kesadaran akan pentingnya ikhlas dalam setiap aspek kehidupan, agar hidup lebih bermakna dan bahagia.

“Jangan mencari kebahagiaan di luar dirimu. Kebahagiaan berasal dari dalam diri dan didasarkan pada keikhlasan.” – Dalai Lama. (*)

Patiddi, 3 Ramadhan 1445 H.