Oleh: Hafid Pratama, Kader Golkar Sulbar
SUASANA di tubuh Partai Golkar Sulawesi Barat kini terasa seperti tenang di permukaan, tapi bergolak di dalam. Instruksi dari DPP untuk segera melaksanakan Musyawarah Daerah (Musda) sudah lama turun, namun hingga kini, tak ada tanda-tanda roda organisasi itu benar-benar bergerak.
Banyak yang bertanya-tanya ada apa sebenarnya dengan Golkar Sulbar?
Di warung-warung kopi, di grup WhatsApp kader, hingga ruang-ruang rapat kecil, satu nama kini paling sering dibicarakan: SAMSUL MAHMUD, Ia disebut sebagai figur kuat yang digadang-gadang lima Ketua DPD kabupaten untuk memimpin beringin di level provinsi. Dukungan yang begitu solid membuat peta kekuatan politik Golkar Sulbar tiba-tiba bergeser dan di sanalah cerita ini mulai mengeras.
Kalangan kader menyebut, penundaan Musda bukanlah karena persoalan teknis, melainkan strategi politik. “Perintah dari DPP itu jelas, tapi DPD Sulbar seperti pura-pura tidak dengar. Ini bukan soal administrasi, ini soal keberanian menghadapi kenyataan politik,”
Dugaan pembangkangan pun mulai menguat. Di tengah derasnya desakan agar Musda segera digelar, tak sedikit yang menilai bahwa Aras Tammauni, Ketua DPD Golkar Sulbar, seolah enggan melepas kursi kepemimpinan yang sudah lama ia duduki. Padahal, dalam partai pun: regenerasi adalah keniscayaan.
“Golkar ini partai besar, bukan milik personal. Kalau memang yakin didukung, hadapilah Musda dengan jiwa besar,”
Kisah ini kemudian bergulir menjadi bola panas. DPP kini diharapkan turun tangan langsung untuk mengurai kebuntuan yang kian menebal di Sulawesi Barat. Para kader di akar rumput resah sebab waktu terus berjalan, sementara konsolidasi tak pernah berjalan.
Lalu muncul pertanyaan yang semakin bergaung di kalangan internal: Apakah Musda Golkar Sulbar sengaja ditunda karena ada kekhawatiran akan kalah di forum Musda?
Sementara publik menunggu jawaban, satu hal menjadi jelas semakin lama Musda ini tertunda, semakin tampak bahwa Partai Golkar di Sulawesi Barat sedang berada di persimpangan: antara taat pada perintah partai, atau tersandera oleh kepentingan segelintir elitnya sendiri.