Laporan: Wahyudi Muslimin
WONOMULYO menyimpan banyak keistimewaan. Selain kerukunan, kedamaian dan ketentraman yang terjaga dengan baik. Juga harmoni kesenian dan kebudayaan tetap terawat oleh para pegiatnya.
Kesenian Jawa yang ada di Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar merupakan sebuah warisan yang dibawa ketika Kolonis Mapilli ditempatkan sejak tahun 1937.
Seiring dekade kesenian dan kebudayaan yang mereka jaga sebagai warisan itu perlu ‘diperbarui’, salah satunya dengan cara melakukan lawatan ke tanah leluhur mereka. Sehingga mereka tetap memperoleh perkembangan pengetahuan, seperti apa kebudayaan dan kesenian di tanah moyang itu tetap lestari.
Perjalanan pun dimulai dari Wonomulyo. Kami berangkat Senin, 11 Desember 2023 sekitar pukul 22.00 dengan menggunakan bus menuju bandara Hasanuddin Makassar. Selanjutnya Selasa pagi terbang ke Yogyakarta sebagai destinasi pertama yang juga merupakan titik tengah antara Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Titik pertama dimulai Selasa, 12 Desember 2023 langsung dari Bandar Udara Internasional Yogyakarta disingkat Bandara YIA menuju Candi Prambanan untuk penambahan pengetahuan sejarah dan kebudayaan masa lalu.
Rabu, 13 Desember 2023 muhibah dilanjutkan ke Kota Reog, Ponorogo, Jawa Timur dengan berkunjung ke Sanggar Tari Kawulo Bantarangin. Pada Kamis, 14 Desember 2023 tim bertandang ke Kraton mengunjungi seni wayang dam gamelan, dari Kraton Yogyakarta langsung bertolak ke bandara Kulon Progo untuk kembali ke Sulawesi Barat.
Lawatan ini juga didampingi pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Barat menggunakan jasa travel CV. Mass Tri Utama dibawa komando Muh. Tri Warjiman.
“Semoga kegiatan kunjungan studi banding ini para pelaku seni yang berada di daerah Sulawasi Barat khususnya di Wonomulyo bisa lebih berkembang,” sebut Tri Warjiman.
Rombongan pegiat seni budaya dari Wonomulyo terdiri dari kelompok kesenian Kuda Kepang yang tersebar di beberapa desa, kemudian kesenian Reog, juga Klenengan. Mereka berharap semoga dengan lawatan ini kesenian mereka bisa lebih baik dan berkembang.
“Senang dengan adanya kunjungan ini bisa menjejakkan kaki kami ke tanah leluhur, moyang kami,” ujar Jefri Jafar pendamping kesenian Kuda Lumping.
Seni Reog Ponorogo “Soponyono” yang beranggotakan 35 orang terdiri dari tingkat, SD, SMP SMA pernah ‘mati suri’ selama 5 tahun, kemudian diperbarui kepengurusan dan sudah lebih 10 tampil di acara kabupaten.
Menurut Nur Huda Adi Wijaya, Ketua Paguyuban Reog Ponorogo “Soponyono” mereka sering diundang pada hajatan dan penjemputan tamu.
“Kami pernah tampil di Kabupaten Pangkep saat ulang tahun BLK Pangkep dalam rangka penjemputan kepala BLK pusat,” sebut Nur Huda.
Nur Huda juga menyampaikan terima kasihnya kepada Abdul Halim selaku Wakil Ketua DPRD Sulbar yang telah merealisasikan aspirasi mereka untuk melakukan kunjungan ke Tanah Jawa.
“Terima kasih kepada bapak Abdul Halim, selaku Wakil Ketua DPRD Sulbar yang telah merealisasikan aspirasi kami selaku masyarakat pegiat seni dan budaya Jawa, di Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulbar. Semoga ke depan alat kesenian yang saat ini kami miliki bisa diperbaharui,” harap Nur Huda.