Seni Budaya Jawa Wonomulyo Melawat ke Tanah Jawa (3)

Lawatan Muhibah untuk Merawat Wasiat Moyang

Laporan: Wahyudi Muslimin

PERTEMUAN Sanggar Tari Kawulo Bantarangin dengan para pelawat seni budaya dari Wonomulyo merupakan momentum penting bagi pelaku kesenian dari Kappung Jawa ini. Di studio utama itu terjadi pertukaran ilmu, saling silang pengetahuan.

Pertemuan bagi pegiat seni budaya Jawa dari Wonomulyo ini merupakan momentum penting, pasalnya mereka rindu dengan saudaranya di Tanah Jawa. Hal tersebut diungkapkan Rizal Wahyudi dalam sesi dialog.

“Kami ini rindu dengan saudara saudara kami di tanah Jawa, dan ini adalah awal silaturrahmi kami. Kami berterima kasih sedulur Kawulo Bantarangin yang sudah menerima kami, kami adalah saudara-saudara Jawa di Sulawesi mohon arahan untuk kemajuan seni dan budaya kami di Sulawesi,” harap Rizal kepada Sanggar Tari Kawulo Bantarangin, Rabu, 13 Desember 2023 di Studi Utama Sanggar KaBa di Kecamatan Kauman, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur.

Rizal Wahyudi lebih lanjut berharap semoga setelah samuh ini jalinan komunikasi lebih terbangun, minimal dalam bentuk group WhatsApp. “Karena ke depan kami perlu banyak belajar ke sini, sepulang dari sini apa yang kami timba akan kami tularkan ke anak-anak kami di Wonomulyo,” sebut Rizal seraya menjelaskan bahwa mereka murni keturunan Jawa.

“Mbah kami dibawa ke Sulawesi tahun 1937, kami cucu-cicit memiliki warisan yang dititipkan. Kami berusaha untuk menjaga dan mencintai seni dan budaya di Wonomulyo sebagai pusat beradaban Jawa di Sulawesi Barat. Kami menghadirkan sesepuh kami dari Bumiayu, Reog dan Klenengan. Dan dari Desa Wonosari ada Jaranan, juga dari Desa Sidorejo, Sidodadi dan Sugihwaras,” jelasnya.

Menurutnya ke depan pegiat seni di Wonomulyo akan mengadakan rembukan bagaimana mengemas tampilan, sehingga kita bisa berenegerasi seperti apa yang diharapkan.

“Satu kesyukuran datang hari ini mendapat dukungan langsung dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulbar juga aktivis kebudayaan yang mensuport dan peduli kepada kami, serta dukungan dari bapak Abdul Halim, Wakil Ketua DPRD Sulbar dari Wonomulyo. Hari ini kami jadikan sebagai spirit awal lagi,” jelas Rizal.

Muhammad Fajrin pegiat seni budaya di Wonomulyo yang ikut mendampingi kelompok ini berharap, bagaimana sanggar harus bisa bertahan dalam segala problematika dan perkembangan zaman, atau dapat survive.

Dalam sesi dialog dengan Sanggar Tari Kawulo Bantarangin Fajrin mempertanyakan trik apa yang dipakai sehingga anak-anak usia dini ataupun para pemuda di Ponorogo ini mau belajar seni budaya?

Miftah, kemudian menjawab bahwa memang dari sejak anak-anak sudah mencintai budayanya. “Musik ini sudah mengalir ke nadi mereka. Reog ini sudah menghidupi kami, bisa untuk masa depan mereka. Kami menghidupkan reog dan kami dihidupi reog. Kami tidak pernah berharap lebih, kami hanya berkesenian terus mengembangkan seni budaya, dan akhirnya memberikan manfaat kepada kami.”

Kesenian bagi mereka bukan hanya soal finansial. “Tapi lebih kepada makna silaturrahminya,” tutup Miftah.

Lawatan atau perjalanan sanggar seni budaya dari Kampung Jawa ke Tanah Jawa ini merupakan sebuah rangkaian penting untuk terus merawat tradisi. Ide ini merupakan kepanjangan dari histori mengapa eksistensi generasi Kolonis Mapilli terus dipelihara dan dicintai warganya.

Tahun 2023 ini Wonomulyo merayakan Hari Jadi yang ke-86. Sebuah perjalanan dari masa silam untuk menatap masa depan generasi mudanya, selamanya… (*)