Palu yang Kini Notumangi

Ilustrasi : Times Indonesia
Ilustrasi : Times Indonesia

[perfectpullquote align=”left” bordertop=”false” cite=”” link=”” color=”” class=”” size=””]GEMPA yang disertai tsunami di Palu-Donggala juga Sigi menyisakan nestapa. Inilah peristiwa yang membuat kita berurai air mata setelah melihat dan mendengar bagaimana korban selamat berusaha tetap tegar setelah amuk bencana. Tulisan di bawah ini mandarnesia.com sitat dari akun FB Mohammad Mahdi Mahdin. Apa yang ditulisnya cukup menguras simpati.
…[/perfectpullquote]

Sejak hari pertama di kota Palu pasca bencana, saya berusaha untuk tegar.

Saya berhasil melakukannya pada saat seorang Bapak datang meminta roti dan bilang bhw anaknya semalam kelaparan dan menangis sambil berkata: “Lapar Abiii.. lapar abiii”.

Saya pun tetap tegar saat seorang kawan yg kehilangan putri kecilnya memeluk begitu erat dan bercerita, bhw sesaat setelah rumahnya diamuk dan ditelan tanah, ia mendengar suara putrinya memanggil namanya: “Abiii, abii” dari bawah reruntuhan rumah dan tanah.

Namun kemarin, ketegaran saya jebol saat seorang Ibu dengan mata berkaca2, mengiba meminta bantuan makanan untuk ratusan warga pengungsian, krn sejak 5 hari pasca bencana, tak sedikitpun mereka tersentuh bantuan dari pemerintah. Saya terpaksa memakai kacamata hitam, untuk menutupi mata yg mulai membasah.

Dan hati ini tambah remuk, saat seorang bapak yg kami antar ke posko evakuasi warga Touna, menangis tersedu-sedu di sepanjang perjalanan menuju posko. Biasanya, laki itu anti airmata dan benci tangisan. Namun jika ia melakukannya, maka di sana ada duka yg tak terperih dan ada luka yg tak terobati.

Saat menulis status ini, seorang bapak dari Tawaili menelpon meminta bahan makanan, krn mereka tinggal makan pisang dan tak tahu harus makan apa besok, padahal ini hari ke 6 pasca bencana.

Gempa dan tsunami Palu tak hanya merobek dan menghancurkan tanah Kaili, ia jg memanggil nurani kita untuk peduli dan berbagi.

Segera salurkan bantuan Anda ke posko2 penggalangan dana terdekat, agar palu tak lagi notumangi, tapi kita buat Palu Nongiri (Tersenyum).

*Notumangi (menangis) bahasa Kaili.