Oleh: Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)
JIKA dalam perspektif ilmu otak (neuroscience), akibat yang ditimbulkan dari proses imajinasi dan realita adalah sama. Otak tidak membedakan respon yang terjadi dari proses imajinasi dan realita yang terjadi. Misalnya ketika seseorang menonton film.
Film yang ditonton akan direspon otak seperti otak merespon kejadian sesungguhnya. Maka dari itu perlu selektif dalam menonton film, karena itu akan berpengaruh terhadap otak seseorang. Bisa jadi akan ikut membentu biologis otak.
Orang-orang Yahudi sudah dibiasakan melakukan imajinasi sejak kecil. Hal itu seperti dijelaskan dari buku berjudul “Menguak Rahasia Cara Belajar Orang Yahudi”. Hal ini selain membiasakan anak-anak dikalangan Yahudi untuk melatih otaknya dan bermimpi atau menyusun mimpinya di masa depan, imajinasi juga merangsang otak untuk kreatif.
Imajinasi adalah salah satu mukjizat dari fungsi otak selain abstraksi. Dengan imajinasi, kita dapat memvisualisasikan impian kita sehingga dapat menimbulkan semangat. Imajinasi juga merangsang kita untuk terbiasa berpikir diluar kebiasaan.
Berbeda dengan realita, ia adalah kejadian nyata –sesungguhnya- yang dialami seseorang pada waktu dan tempat tertentu. Sehingga secara biologi kejadian itu akan membentuk biologis otak seseorang. Kita dapat mengontrol realita yang akan terjadi dengan berhati-hati dalam berpikir.
Karena berpikir adalah landasan dalam bersikap dan dalam jangka yang panjang dapat membentuk nasib seseorang.
Jika kita studi kasus langsung misalnya pada seseorang yang sudah melakukan hubungan seks pra nikah dan seseorang yang sering menonton film porno, apakah yang terjadi pada otaknya?
Ternyata berdasarkan penelitian para ahli, hal itu berdampak pada biologis otak seseorang dan ternyata keseringan seseorang menonton film porno atau biasa disebut narkolema (narkotika lewat mata) menimbulkan 6 kerusakan berat di bagian otak, lebih parah dari kecelakaan berat yang menghantam kepala yang hanya menimbulkan 4 kerusakan berat pada otak.
Selain itu hormon dan neurotransmitter di produksi secara berlebihan seperti dopamin yang diproduksi berlebihan akibat respon yang diberikan otak terhadap kebiasaan menonton film porno. Hal ini akan mengakibatkan kerusakan bagian otak yaitu prefrontal cortex yang sangat vital fungsinya bagi seorang manusia.
Pernah juga diadakan sebuah penelitian tentang kerusakan otak berkaitan dengan pornografi. Ada 4 penelitian yang coba dilakukan yaitu kondisi otak saat melakukan hubungan seks, ketika menonton video porno, kondisi hanya mendengar suara video porno, dan ketika diminta untuk membayangkan melakukan seks atau yang porno-porno.
Ternyata hasilnya menunjukkan bahwa kerusakan terparah pada otak manusia yang diperintahkan membayangkan melakukan seks daripada melakukan hubungan seks. Kesimpulan ini bukan berarti melumrahkan berhubungan seks pra nikah loh yah!
Entry point yang ingin saya sampaikan bahwa otak seorang manusia akan merespon imajinasi (ide) dengan realita yang sebenarnya terjadi secara sama. Apapun yang masih ada dalam pikiran yang ingin kamu lakukan akan direspon otak seperti dalam keadaan nyata.
Misalnya kamu lagi jengkel dan marah pada seseorang dan ingin memukulnya bahkan kamu sudah membayangkan bagaimana kamu memukulnya maka otak akan merespon seperti kamu melakukannya secara nyata. Maka hati-hatilah dalam berpikir. Berpikir yang positif dan bermanfaat saja jangan sampai pikiran berbalik menghancurkan diri kita sendiri.
Bukan hanya ucapan dan perilaku yang harus dijaga tapi pikiran juga perlu![]