Oleh Sudirman Syarif
RIBUAN obor dinyalakan menyambut malam lebaran di bumi Tasinara Malunda. Suluh berapi itu kemudian diarak berjalan kaki sejauh dua kilo meter. Melintasi jalan utama yang sedang disibuki hilir mudik pulang ke kampung halaman. Merayakan setengah malam lebaran di perjalanan.
Satri berseragam putih sebangun setiap langkahnya mengumandangkan kebesaran Sang Pencipta (Allah).
Sungguh potret relijius yang tak lazim untuk pemirsa. Sejauh mata melempar tatapan, obor itu terlihat seperti lampu yang sedang menjajakan keindahan malam di kota besar.
Obor itu kemudian hanya menyisahkan asap yang tak lama hilang terbawa aliran udara malam.
Penaka menyambut pemenang yang pulang dari arena pertandingan. Ratusan masyarakat pun berbanjar-banjar meramaikan keindahan yang mungkin hanya bisa disaksikan di malam lebaran.

Sekedar melihat, foto, video live di media sosial dan mengunggahnya. Seperti itulah pantulan kebahagiaan generasi yang lahir di abad milenial.
Anwar sapaan akrab remaja masjid Dusun Samalio, Desa Mekkatta, Malunda. Beberapa tahun terakhir gentur membina remaja.
Tugasnya malam ini bukan sekedar mengawasi rombongan remaja dari belakang. Namun bertugas menyuplai bahan bakar untuk mengisi obor yang akan kehabisan daya.
Pukuda kendaraan roda tiga yang ia kemudikan sepanjang jalan mengangkut satu jergen ukuran 10 liter dan mesin genset cadangan yang disiapkan seketika genset lain mengalami gangguan.
Tak ada rasa hibah yang ia harapkan. Momentum itu ia maknai mengenang masa kecil Anwar yang gemar bermalam di mesjid pada saat malam lebaran tiba bersama sahabat-sahabatnya.
Pihak Polsek Malunda yang bertugas menjaga keamanan lalu lintas cukup berhasil. Tak ada kemacetan yang terjadi. Rembesan api yang dikhwatirkan bisa memicu kebakaran jika berdekatan dengan kendaraan tak juga terjadi.
Kini lebaran Idul Adha 1439 Hijriah telah di depan mata. Idul Qurban sejatinya lebih mendekatkan diri kita kepada-Nya. (*)
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.