Oleh: Muhammad Gazali, Kurator Pameran Seni Rupa Drawing
Pameran kali ini merupakan respon teman-teman di Sulbar, dalam wacana terlahirnya ‘Mei bulan menggambar’ atau secara umum diperingati Hari Menggambar Nasional sesuai inisiasi forum drawing Indonesia. Momen ini layaknya hari kesenian lainnya yang sudah lebih awal dibuatkan ‘hari’nya. Momentum ini tentu tidak semata sebagai perayaan harinya, akan tetapi secara objektif, di Sulbar sendiri ini semacam “oase” di mana berkumpulnya teman-teman perupa Sulbar, dalam satu perhelatan pameran yang secara sadar atau tidak. Kegiatan pameran seni rupa di Sulbar khususnya telah lama mandeg. Selain eksistensinya sebagai perupa juga terdapat kerinduan yang mesti dituntaskan sesama perupa di Sulbar, menuntaskan dalam bingkai estetika tentunya.
Oase garis merupakan tema dari perhelatan pameran kali ini dengan kehadiran 21 perupa dari berbagai latar belakang yang beragam. Secara garis besar dalam pameran oase garis, ingin menunjukkan fase penjelajahan dengan drawing atau gambar, saat ini yang signifikan untuk mengungkapkan atau sebuah media para perupa dalam merepresentasikan kepelikan persoalan yang melingkupi kehidupan, sebagai bentuk harapan bagaimana drawing mampu memperjelas berbagai aspek kehidupan manusia sekarang. Hal ini ingin menunjukkan bagaimana berbagai kepelikan dalam menghadapi dunia lokal serta dunia global. Bagi perupa sendiri ada semacam ramuan untuk menggambarkan secara efektif sebuah solusi artistik serta estetis di dalam penciptaan karya-karyanya yang berdimensi dua (gambar).
Menggambar bagi masyarakat Indonesia bukanlah sebuah hal baru karena praktek-praktek kesenirupaan di Indonesia baik melukis, mematung, dan memahat semua dikatakan menggambar. Masuknya pemahaman-pemahaman seni rupa barat kemudian melukis, mematung dan memahat tidak lagi dikatakan menggambar, ia kemudian berdiri sendiri seperti halnya gambar (drawing).
Dalam perkembangannya drawing tidak lagi hanya sebagai rancangan awal ataupun pembantu sebuah gagasan seorang pelukis atau pematung misalnya, drawing dalam praktiknya hari ini juga mampu sejajar dengan karya-karya dua dimensi maupun tiga dimensi semisal patung, lukisan dan karya seni rupa lainnya. Dalam seni rupa kontemporerpun drawing menjadi sebuah gagasan utama bagi perupa dalam penciptaan karyanya, baik secara murni ataupun dengan mengkombain dengan medium-medium lainnya. Lebih jauh lagi dalam perkembangannya, drawing bahkan melibatkan publik dalam menciptakan gambar sebagai penuangan gagasan si perupa, hal ini seirama dengan pemahaman seni kontemporer yang tidak melulu mengenai bentuk, akan tetapi gagasan-gagasan kebaruan. Singkatnya, dewasa ini drawing justru menjadi medium yang banyak diminati dalam menuangkan gagasan estetik dan artistiknya perupa.
Perkembangan drawing tersebut juga terlihat dalam pameran Oase Garis ini, melibatkan publik untuk ikut andil dalam proses kreasi perupa demikian yang terlihat dalam satu karya yang digagas oleh salah satu perupa yang ikut serta dalam pameran kali ini. Proses kreasi tersebut akan menggeser pemahaman kita selama ini dalam memandang sebuah karya drawing. Selain itu karya-karya yang ditampilkan para perupa ini tetap didominasi dari pengolahan pensil dan pena di atas kertas. Objek-objek yang dihadirkanpun beragam mulai dari tokoh agama, budayawan, dan publik figur serta objek-objek yang notabenennya berada di sekitar lingkungan perupa itu sendiri.
Selain dari pemilihan objek-objek yang familiar dikalangan kita, juga terlihat objek-objek imajiner perupa, tentang bagaimana melihat keadaan sosial kultural kita saat ini.
Penggambaran ini tentunya juga menarik disimak karena kita disuguhkan bukan semata persoalan keteknisan semata akan tetapi kita dicoba untuk ditarik dalam permenungan atas keadaan sosial kultural kita. Kebiasaan seorang seniman (perupa) dalam menangkap fenomena-fenomena tersebut merupakan hal lumrah di mana ketika masyarakat umum tidak mampu membaca fenomena tersebut, maka jalan seniman (perupa) mengambil langkah untuk menghadirkan bentuk visual dengan pertimbangan artistik agar mudah dipahami dan dimengerti. Kesemuanya itu merupakan hasrat dalam berkesenian. Hasrat berkesenian dapat menunjukkan ekspresi dan kreasi serta proses apresiasi terhadap karya lingkungan sosial maupun produk sosial. Dari sinilah seni sebagai industri kreatif, seni sebagai alat komunikasi, seni sebagai ugkapan perasaan dan masih banyak lagi.
Sajian 34 karya dari para perupa ini, bisa menjadi oase kesadaran bersama dalam memahami dan memaknai serpihan-serpihan perihal masalah hidup, dan tentang kebermanfaatan di lingkungan sekitar kita. Lebih jauh bahwa pameran bersama dalam tema Oase Garis ini bisa menjadi persinggahan bersama dalam menyikapi kesenirupaan Sulbar kedepan, kesadaran dalam arti tumbuh bersama bukan berarti harus disatukan, karena ketidaksatuan bukan berarti tidak seirama. Keberagaman menjadikan kita akan lebih kaya perihal karya yang dihadirkan maupun kebaruan serta gagasan ke-artistik-an. Terkahir dalam catatan ini “Menjadi perupa haruslah membiasakan merenung dengan emosi yang menyinggapi kehidupan kita namun melalui jalan kreatif yang menceriakan, katalis dan menjadi jalan kehidupan lebih baik”.
Selamat berpameran…
13 Mei 2022