Negeri Papan Catur

Oleh: Fauzan Azima

Ini bukan kali pertama,
Indonesia diperebutkan dengan cara-cara curang
secara saksama

Negri kita memang sangat seksi
Segala macam bentuk kecurangan hal yang biasa

Kita sudah terbiasa dengan sandiwara ini
Trik marketing oleh aktor ekonomi kelas kakap

Transaksi pada saat para pejuang berperang. Pada saat semua sedang sibuk membela kebenaran atas kejanggalan yang dibuat dengan sengaja, terbayar kemenangan bersama-sama.

Rakyat dan seluruh komponen pejuang mungkin menang di pandangan kacamata kita
Tapi bedebah itu, juga memenangkan hasil perjudiannya

Mata kita diciptakan untuk melihat apa yg nyata, tidak diciptakan untuk mampu melihat apa yang tersembunyi
Di balik layar kaca

Ketika pandemi kita dilarang menghirup udara
Eh, para rente malah menjual karbon yang sangat berharga

Kali ini, kira-kira mereka jual apa ya?

Apapun yang kau lakukan sejak kemarin

Tetaplah, lakukan itu lagi.
Terdengar bodoh dan sia-sia. Ya memang begitulah keadaannya

Selama menjadi rakyat,
Kita memang sangat tahu kita ada di posisi apa

Ya, posisi paling bawah
Kuasa hanya milik kalangan atas

Betapa malangnya.

Pion tidak akan pernah memahami, kecuali ia telah sampai pada posisi tertentu
Bahwa dia bisa jadi perdana menteri dan menumbangkan kuda, peluncur, benteng bahkan raja sekali pun

Selama pion memahami kekuatan mutlak pada dirinya
Negara papan catur tidak akan pernah meremehkan pion-pion yang sangat banyak jumlahnya.

Tapi sayang pion hanya tahu
Digerak maju tanpa mati oleh entitas lain
dari negeri papan catur lain

Itulah yang terjadi

Tapi sialnya di antara kita tetap diberikan ruang untuk saling tarung, saling pukul secara terang-terangan

Sangat terlambat
Tapi tidak harus menyerah

Agaknya kita memang butuh sesuatu
di luar diri kita untuk mengubah kondisi carut marut ini

Ya, entitas lain
Kekuatan paling hebat dari kelas Fir’aun dan Dajjal sekali pun

Pahamilah
Kembalilah
Sadarilah
Bukan hanya bersatu di jalanan raya
Tapi bersatu di jalan benar-Nya

Selebaran ini
di buat untuk kita semua yang telah berkali-kali terjerumus dan kecolongan rumus-rumus hina penguasa

Logika tidak selamanya menyelesaikan persoalan kembalilah kepada ilmu agama dan budaya

Sadarlah atau merana selamanya

Majene, 22 Agustus 2024

Ilustrasi: Screenshoot Google