Menulis Biografi, Mencari Figur di Bawah Karpet

Oleh: Adi Arwan Alimin (Penulis Buku/Wartawan)

Dalam kamar yang menampung dua orang itu, saya dan Sunarto Natsir mulai berbincang sejak matahari memapar jendela kaca Ibis Style, Makassar. Malam harinya kami tidak sempat berbincang, karena kami berdua tiba pada jam berbeda. Sunarto aparatur sipil muda dari Kabupaten Mamuju Tengah yang baru saja kembali dari Negeri Paman Edrogan, dia mengambil S2 di sana.

Jadwal yang ketat membuat peserta amat fokus ke penyajian materi, saat tiba rehat malam pukul 21.00, saya tidur lebih cepat sebelum jam 22.00. Menyetir dari Mamuju menyerap energi cukup besar. Sebenarnya tidak begitu kelelahan, tetapi ini untuk menjaga kebugaran. Dan, Selasa pagi, kami berbincang mengenai banyak hal, hingga jadwal sarapan di resto diskusi ini berlanjut. Saya menyebutnya diskusi karena dua arah sepanjang obrolan.

Oya, kami berdua peserta Bimtek Penulisan Biografi Bagi Pegiat Literasi yang dilaksanakan Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Barat. Dari Sulawesi Barat ada tiga peserta yang mendapat undangan setelah melewati seleksi draf naskah yang disyaratkan panitia. Peserta Sulbar lainnya, Mira Pasolong novelis yang menetap di Kota Mamuju. Saya mewakili komunitas Rumah Buku dan Museum I Manggewilu yang beralamat di Jalan Labora Teppo, Majene.

Apa saja diskusinya, tentu saja menyoal perkembangan literasi di kampung kami. Selasa pagi, masih lebih banyak menyimak argumentasi rekan saya ini mengenai apa yang telah dilakukan di Mamuju Tengah. Sebagai anak muda yang baru pulang merantau hingga ke Turkey, pengalaman internasional yang dimiliki serasa mau tumpah begitu menjejak halaman sekolah di mana dia pernah mengajar di sana.

Di bimtek ini kami masing-masing memasukkan draf biografi tokoh lokal. Setelah mendapat penjelasan semalam bahwa konsep buku yang kami kirim itu akan diterbitkan Balai Bahasa Sulsel tahun 2023. Informasi ini tentu menggembirakan, setiap penulis selalu berharap bahwa setiap karyanya akan diterbitkan secara mayor. Kabar itu membuat saya mesti mengajukan draf baru sebab narasi yang telah diterima panitia dua pekan lalu, merupakan bagian dari draf buku yang akan diterbitkan dengan pendanaan berbeda.

***

Mengapa seorang tokoh penting ditulis atau dibukukan, inilah yang akan diserap dari Helvy Tiana Rosa, pendiri Forum Lingkar Pena (FLP) yang didapuk sebagai narasumber bimtek biografi ini. Biografi sebagai salah satu pembentuk penulisan sejarah ibarat halaman-halaman yang dapat kita baca dari seseorang yang semasa hidupnya memiliki pengaruh, dan karakter luar biasa dari sang tokoh. Poin ini diantara alasan mengapa biografi itu penting.

Dari biografi kisah dan perjalanan hidup seorang tokoh akan dapat dibaca. Ini sesungguhnya tentang siapa saja, atau seseorang tidak dikenal luas publik sebelumnya, yang penting kita dapat menjamin bahwa kisah hidupnya menarik dan dapat menginspirasi orang lain. Sebuah biografi tidak hanya ditulis begitu saja.

Sebagai penulis yang berlatar wartawan, sesungguhnya sudah lama menulis sosok penting dari sekian wawancara sumber selama ini. Tetapi untuk rupa buku yang tebal seperti biografi, penulis baru menulis beberapa buku biografi sejak tahun 2010, judulnya Jejak Dua Lelaki: Perjuangan Pembentukan Provinsi Sulawesi Barat; Kalman Bora: Pejuang Sulbar dari Tanah Borneo; Pattana Endeng: Seorang Panglima, Seorang Maraqdia, Zikir Sewai: Saudagar Pejuang Sulawesi Barat, dan saat ini sedang menyusun dua draf biografi tokoh lokalnya lain.

Tokoh yang ditulis biografinya, umumnya memiliki keberhasilan dan kisah menarik yang bisa diteladani pembaca. Teks biografi memuat peristiwa dan identitas seseorang. Isinya biasa berisi latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, organisasi dan prestasi yang diraih. Teks biografi memberi kronologi, di mana ceritanya mengikuti urutan waktu (katadata, 2023).

Biografi memuat latar tempat, waktu, alur dan penokohan, dengan tiga jenis teks, yakni cerita ulang personal, cerita ulang fakta, dan cerita ulang imajinasi. Bagaimana membuat rentetan peristiwa tokoh itu sebagai gambaran yang seolah-olah membersamai sang tokoh dalam hidupnya. Untuk itulah penulis berada di bimtek kali ini, ingin belajar lebih banyak, menyauk pengetahuan dan pengalaman.

Menulis biografi, seperti mencari figur di bawah karpet, kata Dr. Helvy Tiana Rosa mengutip Leon Edel. (*)

Makassar, 24 Juli 2023