Menghidupkan Ruang Diskusi dan Literasi di Desa

Oleh : Karmila Bakri (Pegiat Literasi Anak Lontara Nusantara)

Anreapi, mandarnesia.com – Geliat literasi menggaung setiap detik inspirasi datang dari pelosok Nusantara. Jelang magrib gadget berdering. Pesan via chat whatsapp dari salah satu tokoh Duta Baca Sulawesi Barat Muhammad Ridwan Alimuddin masuk di kontak WA penulis. Segera pesan terbaca dengan saksama, sebuah ajakan nimbrung melingkar bersama kawan-kawan pegiat literasi.

“Btw, bisa teman2 adakan di situ diskusi atau semacam short workshop “Menulis Buku: dari Riset sampai Menerbitkannya”? Kerjasama Duta Baca Sulbar sama Agitasi atau komunitasmu? Usul Senin lusa. Nanti saya tanggung baliho background sama minum kopinya, ” tulisan via WA Muhammad Ridwan Alimuddin sekaligus Ketua Aliansi Jurnalis Independen Sulawesi Barat.

Sebuah pesan yang mendidik bahwa tak jarang seorang tokoh ingin meluangkan waktu, sembari memberikan rasa empaty, lagi-lagi kita membacanya dari sebuah “pesan nilai”. Rasa peduli senantiasa ditularkan bukan sebatas menakarnya pada sisi komersil.

Pesan tersebut tepat diterima penulis pukul 19.42 Wita (21/9) . Balasan pun terkirim bahwa penulis tidak bisa jika senin diadakan sebab ada job rutin yang menanti, kecuali jika kegiatan tersebut diadakan malam. Saling berbalas pesan akhirnya kesepakatan lahir dengan tawaran kegiatan diadakan malam.

Sesegera mungkin tawaran tersambut dengan melibatkan beberapa kawan-kawan pegiat literasi, beberapa pegiat literasi pun yang tergabung dalam team work Literacy Camp Di kantor Pattae. com, melahirkan kesepakatan bahwa kegiatan diskusi literasi (23/9) kami tempatkan di Desa tepatnya di Dusun Cendana, Desa Kunyi, Kecamatan Anreapi.

Lokasi diskusi literasi juga adalah titik rumah baca kawan-kawan yang dikenal dengan nama “Lattang Literasi Kunyi”. Lattang Literasi Kunyi adalah bagian dari devisi bidang pendidikan, sebagai program kerja organisasi kepemudaan Forum Pemuda Desa Kunyi (FPDK).

Pukul 16.00 Wita narasumber dan beberapa peserta pun beranjak ke titik lokasi kegiatan, mengingat perjalanan menuju lokasi kurang lebih 8 km dari ibu kota kecamatan.

Diskusi pun dimulai pada pukul 20.00 Wita, dengan tema ” Diskusi Literasi
Menulis Buku: dari Riset hingga Menerbitkan Bersama Muhammad Ridwan Alimuddin (Duta Baca Sulawesi Barat).

Beberapa perwakilan komunitas hadir diantaranya : KP3B Pulau Battoa, FPDK, Sapobaca Todakka, Anak Lontara Nusantara (ALTAR), Budaya Literasi Pinrang, Kampung Pendidikan, Bala Tau Art, Coffee Literasi, Lattang Literasi, dan tiga media partner Pattae.Com, Tayang 9.Com, dan mandarnesia.Com.

Kegiatan diskusi berjalan santai namun penuh keseriusan para peserta terfokus, sebab jaringan internet tidak mampu terjangkau, tentu ini nilai plus sebab kefokusan mampu terawat.

Gadget menjadi saksi bisu bahwa sekumpulan pemuda yang tergabung dari beberapa komunitas literasi sedang mengikuti dengan saksama materi-materi yang disampaikan oleh pemateri.

Diskusi pun semakin apik dan terarah, memantik semangat peserta untuk berani mencoba menuliskan tentang apa saja, tanpa lagi memelihara rasa takut untuk memulai.

“Mulailah meliterasi diri sebelum meliterasi lingkungan sekitar, harmonisasikan otak ke keyboard demi melatih daya motorik, latihlah dan tetaplah berlatih, “. ungkap Muhammad Ridwan Alimuddin

Di tengah diskusi semakin memantik peserta, narasumber menyuguhkan berbagai tips-tips menulis buku, meriset hingga sampai kepada strategi penerbitan. Intinya penulis pemula harus memulai menuliskan apa yang dilihat, sugesti awal adalah berani memulai.

Di akhir diskusi Duta Baca Sulbar ini memberikan hadiah beberapa buku, sebagai bentuk apresiasi kepada delapan peserta yang menyampaikan pertanyaan lewat forum. Delapan jenis buku tersebut adalah karya langsung dari Muhammad Ridwan Alimuddin.

“Kegiatan diskusi literasi ini luar biasa, karena mampu mengumpulkan beberapa komunitas untuk duduk melingkar, dan menghadirkan pemantik/narasumber di mana kita mengenal Muhammad Ridwan Alimuddin ini adalah salah satu tokoh literasi di Sulawesi Barat, ” ungkap Muhammad Asri Azis(24) perwakilan dari komunitas Kampung Pendidikan.

“Penempatan lokasi di Lattang Literasi Kunyi, kita melihat sebagai upaya mendekatkan kepada lingkungan, memupuk kebersamaan antar sesama pegiat literasi, sedianya silaturahmi ini bisa terawat guna mendekatkan akses literasi ke pelosok,” tutup Asril.

Diskusi lepas pun tercipta hingga akhirnya kawan dari budaya literasi pinrang pun angkat bicara. “Kebersamaan kawan-kawan yang tergabung dari literacy camp sedianya tetap terawat, ini terlihat dari adanya pembicaraan awal dimana beberapa opsi kawan-kawan mengenai lokasi kegiatan, ada yang menawarkan di warkop daerah kota polewali, dan menempatkan di desa, setelah merembukkan maka kesepakatan dipilihlah Lattang Literasi Desa Kunyi, ” ungkap Untung Wijaya(21).

“Kawan-kawan memilih lokasi di Lattang Literasi Kunyi, karena ada nilai propaganda mengenai pengadaan kegiatan tidak mesti harus mewah, toh kegiatan ini berjalan lancar, meski pun hanya melingkar dan betul-betul intens, titik fokus kawan-kawan terlihat dan sedianya kegiatan ini kita akan menunggu part 2 sebagai buah dari kegiatan workshop singkat namun efektif terasa, ” tutup Untung Wijaya.

Malam di langit Cendana semakin gelap dan seiring diskusi-diskusi lepas para pegiat literasi melebur. Dengkuran bagai ritme, mengantarkan detik-detik malam berembus. Lelaplah dalam realita, esok realita akan tertulis pada sebuah tinta dan deretan lorong-lorong kata. Esok kita akan melihat, membaca, memahami dan menuliskan bahwa semesta ini adalah guru kehidupan.

Suara adzan merdu terdengar di balik surau, membangunkan dari mimpi. Sebuah jejak di Dusun Cendana. Cita dan cinta meneguk sari pengetahuan, semalam bersama memantik untuk sebuah proses, hingga kita abadi dalam sebuah karya.