MANDARNESIA.COM, Polewali — Even tahunan Sandeq, perahu tradisional Mandar selalu dinanti. Ikon sejarah dan semangat bahari ini akan dikemas lain dari biasanya. Agenda akan berlangsung mulai Agustus hingga memasuki September 2023.
“Secara umum ini akan terbagi ini terbagi dua kegiatan, yakni menggunakan sandeq asli (yang bisa dipakai melaut menangkap ikan), dan sandeq khusus lomba,” jelas Ridwan Alimuddin kepada mandarnesia.com, Rabu (2/8/2023) pagi.
Pertama, adalah Student on Sandeq (SoS). Menggunakan sandeq asli, kegiatan yang melatih para pelajar SMA/SMK berlayar menggunakan sandeq. Agenda ini berlangsung 8-11 Agustus, diikuti 6 sandeq asli yang diawaki 6 SMK/SMA (masing-masing 3 dari Majene, 3 dari Polman).
Ridwan menuturkan, ini semacam uji coba pendidikan budaya berbasis bahari di SMA/SMK/MA di pesisir Sulawesi Barat. Kegiatan dibiayai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI (pusat). Kedua, Festival Teluk Mandar Majene. Yang merupakan ajang tahunan Lomba Segi Tiga di Teluk Majene yang dibiayai Pemkab Majene. Diikuti sandeq khusus lomba, berlangsung pertengahan Agustus 2023.
Ketiga, Nusantara Sail 2023. “Kegiatan pelayaran lima sandeq asli dari Teluk Mandar ke IKN (Teluk Balikpapan, Kaltim). Ini rencananya berlangsung pada pekan ketiga – keempat bulan September 2023. Even dibiayai Kementerian PUPR (pusat). Selain sandeq, juga akan dilayarkan perahu palari (mirip pinisi) dari Makassar dan puluhan kapal-kapal yacht dari luar negeri.”
Lalu kegiatan keempat, adalah lomba sandeq dari Kabupaten Mamuju Tengah (informasi lain menyebutkan dari Pasangkayu) ke Polewali Mandar. Rute baru Sandeq Race ini akan berlangsung September 2023, dan akan diikuti sandeq khusus lomba. Pemkab Polewali Mandar menjadi sponsor utamanya.
“Saya pribadi hanya terlibat di kegiatan yang melibatkan sandeq asli atau sandeq klasik, yakni Student on Sandeq (SoS) dan Nusantara Sail 2023. SoS adalah pengembangan dari kegiatan sejenis di 2022. Jika sebelumnya peserta diwakili perwakilan beberapa sekolah, kali ini jumlah sekolah yang diikutkan lebih sedikit tapi komposisi siswanya lebih banyak, yang bisa membentuk satu tim pelayar sandeq,” terang Ridwan yang dikenal sebagai peneliti perahu tradisional bercadik ini.
Sebelumnya peserta dari kalangan pelajar hanya berkesempatan 3-4 jam berjibaku bersama sandeq di laut, kali ini mereka akan dilatih selama tiga hari. Ini merupaka. tahap awal atau semacam uji coba, sebut Ridwan. Disampaikan pula, SoS akan diikuti enam sekolah sebagai rintisan, yakni dari SMA 1 Majene, SMA 2 Majene, SMA 3 Majene, SMA 1 Tinambung, SMK Balanipa dan SMK Labuang. Masing-masing tiga dari Majene dan tiga dari Polewali Mandar.
Pihaknya sejak 1 Agustus, telah melayangkan undangan sudah ke sekolah peserta. “Panitia lapangan juga akan ke sekolah untuk meminta waktu sosialisasi pada 3 Agustus. Ini bertujuan menyampaikan informasi SoS secara detail ke pihak sekolah, khususnya kandidat siswa yang akan diikutkan. Agar ada landasan untuk memilih siswa yang akan diikutkan. Kami mengharapkan ada siswa perempuan yang diikutkan di tim, jadi tidak semua laki-laki.”
SoS dilaksanakan 8 – 11 Agustus 2023. Dua hari akan melatih siswa berlayar menggunakan sandeq. Proses ini langsung oleh pelayar sandeq. “Pada hari ketiga atau 10 Agustus, akan ada perlombaan. Tapi bukan hanya berdasar pada kecepatan perahu, tapi bagaimana kerjasama tim di atas sandeq dan keterlibatan siswa dalam berlayar. Pada kegiatan ini siswa akan tetap didampingi satu pelaut asli dan satu dari pihak panitia lapangan.”
Selama kegiatan, siswa akan diminta menuliskan pengalaman mengikuti kegiatan. Tulisan serta dokumentasi fotonya akan dibukukan. Jadi ada output dari kegiatan SoS yang bisa menjadi khazanah pengetahuan.
Agenda lainnya pada 11 Agustus digelar seminar yang menghadirkan pembicara, JJ Rizal (sejarawan) dengan materi “Peran Kuliner dalam Sejarah Kebaharian”, Ramon Y. Tungka (petualang) yang membawakan pengalamannya berlayar bersama sandeq, dan (Muhammad Ridwan Alimuddin) tentang pentingnya mengajarkan pendidikan kebaharian.
Ditambakan Ridwan, pewarisan ilmu dan kecintaan terhadap perahu ‘yang bukan di kehidupan sehari-hari’ hanya terjadi di lomba perahu sandeq: Sandeq Race – Festival Sandeq. “Selama ini Sandeq (race) lebih ke kepariwisataan, saatnya sandeq untuk pendidikan sebagai sebuah upaya mewariskan ilmu kebaharian kepada generasi muda,” harap Ridwan penulis buku Ekspedisi Garis Depan Nusantara (2016) ini. (*)