Mengapa Berkunjung ke Grhatama Pustaka Yogyakarta

Oleh Adi Arwan Alimin (Insight Mandarnesia)

BUTUH waktu sekitar 1,5 jam untuk ke Balai Perpustakan Grahatama Pustaka Yogyakarta dari Yogyakarta International Airport. Pesawat yang kami tumpangi Lion Air JT643 take off di bandara Sultan Hasanuddin Makassar sekitar 10.30 Wita di bawah surai hujan.

Perjalanan yang memboyong 20 komunitas pegiat literasi se-Mamuju setelah pengumuman rekrutmen terbuka di medsos Kantor Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mamuju.

Rombongan mampir di warung NU Kulon Progo untuk makan siang di poros Wates-Yogya untuk mengisi perut yang mulai menagih. Sajian tempe goreng, kerang sawah, tumis kangkung dan ikan masak gabus dengan rempah khas sangat menggoda selera. Kurang 30 menit bus langsung tancap gas menuju ke kota.

Ada lagu Yogyakarta KLA Project yang mengurai rasa ingin tahu pegiat literasi Mamuju tentang kekayaan peradaban tinggi kota Istimewa ini. Tentu yang dimaksud bagaimana pemerintah daerah mengelola dan mendesain layanan perpustakaan melayani minat dan daya baca buku masyarakat secara serius.

Mengapa tim yang dipimpin Muhammad Fauzan, Kepala Kepala Perpustakaan dan Mamuju memilih Grhatama Pustaka Yogyakarta?

“Ini merupakan hasil riset yang telah kami lakukan sebelum datang ke Jogya, kita sudah memotret dari dekat. Kita juga membawa pegiat literasi agar mereka memiliki nilai yang sama dengan atmosfir dunia literasi,” kata Fauzan kepada mandarnesia.com, Senin (8/12/2024) petang.

Di Indonesia Yogyakarta memiliki peringkat paling tinggi di Indonesia. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi dengan tingkat literasi yang paling tinggi dengan skor tingkat kegemaran membaca (TGM) mencapai 73,27 poin.

Posisi kedua diduduki Jawa Tengah dengan 71,31 poin. Sedangkan Provinsi Bali menduduki peringkat ke-13 dengan skor 67,39 poin.

Berdasarkan data Indonesiabaik.id, kegemaran membaca masyarakat Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2017 hingga 2022. Masyarakat Indonesia menghabiskan waktu membaca selama 1 jam 37,8 menit per hari, atau sekitar 9 jam 56 menit per minggu.

“Bedah buku dilakukan sebanyak 232 kali pada tahun 2024. Ini yang dilakukan Perpustakaan Provinsi dan Kearsipan Yogyakarta. Tahun 2023 bedah buku sebanyak 60 kali,” sebut Drs. Martono Heri Prasetyo, M. Si. Sekretaris Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Yogyakarta saat berdialog dengan tamunya yang datang dari Mamuju.

Metode yang dilakukan Perpustakaan dan Kearsipan Yogyakarta antara lain turun langsung bertemu warga. Aktivitas yang sangat didukung anggota DPRD Yogyakarta. Martono menyebut semua model kegiatan yang dilaksanakan selalu mengadaptasi, seperti apa kebutuhan dan kondisi masyarakat.

Jumlah koleksi buku yang dimiliki Perpustakaan Yogyakarta pada tahun 2023 sebanyak 31.764 judul dan 46.813 eksemplar. Grahatama Pustaka terletak di Jalan Janti, Banguntapan, Bantul. Dilansir di situs resminya, perpustakaan ini memiliki luas 2,4 hektare.

“Kita akan mengadopsi metode bedah buku yang telah dilakukan teman-teman perpustakaan Yogyakarta. Termasuk metode atau pendekatan yang dilakukan sehingga masyarakat di sini sangat antusias. Semoga kunjungan ini memberi spirit yang sama bagi pegiat literasi Mamuju,” imbuh Fauzan alumni 2005 Universitas Hasanuddin ini.

Aktivitas Grhatama Pustakan Yogya memang masif membina perpustakaan mulai dari desa, komunitas hingga kabupaten dan lainnya. Perda Nomor 1 tahun 2001 tentang Perpustakaan menjadi bukti ril komitmen pemerintah daerah dalam mendukung peran perpustakaan dan kearsipan melayani publiknya.

Kini dari arah manapun warga Yogyakarta dapat mengakses perpustakaan mereka. Provinsi ini memang Istimewa. Termasuk dukungan Dana Keistimewaan yang rutin tiap tahun. (*)

Yogyakarta, 8 Desember 2024