Mengapa Atlet Hijrah? Ini Jawaban Kadispora Sulbar

Reporter: Sudirman Syarif

MAMUJU, mandarnesia.com — Nama Fahmi Basam jadi perbicangan warga Sulawesi Barat beberapa hari terakhir setelah meraih dua medali Pekan Olahraga Nasional (PON) di Papua.

Medali emas diraih di cabang olahraga bermotor kelas standar perorangan dan medali perunggu kelas standar beregu.

Di tengah keterpurukan kontingen Sulbar di papan skor perolehan medali, putra daerah Sulawesi Barat justru bertanding untuk daerah lain, dan mempersembahkan dua medali untuk kontingen Papua.

Fahmi tidak sendiri membawa nama provinsi lain di pekan olahraga nasional, ada Putri Herlina Wati Atlet Mhuaythai asal Kabupaten Mamuju yang mewakili Kalimantan Timur di PON Papua, Nini Karmila atlet takraw putri asal Mamasa membawa Provinsi Jatim di PON, dan Wahyu Salam atlet takraw putra asal Polewali Mandar yang mewakili Kalimantan Timur.

Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sulawesi Barat Muhammad Hamzih mengaku dilema dengan hal tersebut.

“Memang juga ini menjadi ironi bagi kita sebagai warga Sulbar, karena ada beberapa atlet kita yang memiliki prestasi cukup bagus, tapi hijrah ke daerah lain. Pertanyaan mengapa harus ke sana?” kata Hamzih kepada mandarnesia.com, Kamis (7/10/2021).

Ia juga telah bertanya ke manajer balap motor. Jawabannya, awal Pra PON pembalap tersebut tidak di Sulbar. Menurutnya, hal tersebut sudah umum, ketika mereka berpretasi, lalu ditawari dengan berbagai iming-iming, saya kira juga menjadi hal yang biasa.

“Sama ketika Ronaldo, Messi siapapun ditawari bonus begitu banyak, maka tentu pikiran mereka hijrah ke tempat lain. Juga sama dengan kita,” imbuhnya.

Tetapi selaku pengurus KONI, hal tersebut akan jadi evaluasi. Kenapa sampai ada yang hijrah ke tempat lain.

Ia menyebut akan mendesak Cabor untuk evaluasi, Cabor motor, catur dan lain. Meminta harus pada saat PON nanti, paling tidak memiliki dedikasi, loyalitas yang kuat memperjuangkan Sulbar pada PON di Aceh dan Sumatera.

“Jadi kami tidak bisa menyalahkan siapapun. Ini harus dievaluasi secara totol, oleh Cabor-cabor yang membidangi yang ikut pada PON kali ini,” jelasnya.

Membandingkan bonus yang diterima kontingen Sulawesi Barat dengan provinsi lain di PON Papua. Fahmi akan menerima bonus sebesar Rp1 miliar untuk satu medali emas, belum termasuk medali perunggu yang diraihnya.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat hanya menyediakan bonus Rp350 juta untuk peraih medali emas, Rp250 juta untuk perak dan Rp150 juta untuk peraih medali perunggu.

“Jadi saya ingin mengatakan ke masyarakat Sulbar, sebelum Gubernur (ABM) masuk ketua KONI memang tidak terlalu menjanjikan. Ketika mereka diiming-imingi bonus. Disisi lain kita tidak bisa menyediakan bonus banyak, ada daerah yang bisa menyediakan bonus besar. Ini persoalan,” jelasnya.

Ia menjelaskan, variabel penting keberhasilan adalah anggaran, keberpihakan anggaran penting untuk presentasi ke depan.

“Bersyukur ada anak-anak kita yang berprestasi di luar, tapi di sisi lain, juga menjadi evaluasi ke depan,” tutupnya.

Foto: Fb. Pemprov Sulawesi Barat