Lipaq Saqbe to Mandar

Oleh: Sherly, Mahasiswa Unasman

Mandar adalah suku bangsa yang menempati wilayah Sulawesi Barat. Mandar ialah suatu kesatuan etnis yang berada di Sulawesi Barat. Dulunya, sebelum terjadi pemekaran wilayah, Mandar bersama dengan etnis Bugis, Makassar, dan Toraja mewarnai keberagaman di Sulawesi Selatan. Meskipun secara politis Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan diberi sekat, secara historis dan kultural Mandar tetap terikat dengan “sepupu-sepupu” serumpunnya di Sulawesi Selatan. Istilah Mandar merupakan ikatan persatuan antara tujuh kerajaan di pesisir (Pitu Baqbaqna Binanga) dan tujuh kerajaan di gunung (Pitu Ulunna Salu). Keempat belas kekuatan ini saling melengkapi, “Sipamandar” (menguatkan) sebagai satu bangsa melalui perjanjian yang disumpahkan oleh leluhur mereka di Allemungan Batu di Luyo. (sumber dari Wikipedia https://id.m.wikipedia.org/wiki/Suku_Mandar)

Ciri khas dari Mandar yaitu sarung sutra (Lipaq Saqbe ). Menenun sudah menjadi tradisi di Mandar dan sudah diturunkan dari generasi ke generasi. Perempuan menjadikan tenunannya sebagai mata pencaharian karena harga jual tenunan yang tinggi. Bahkan di beberapa tempat di kota Majene masih melestarikan tenunan.

Ada berbagai jenis sureq Lipaq Saqbe  (Motif Sarung Sutera) di Mandar. Zaman dulu Lipaq Saqbe   hanya digunakan oleh para Maraqdia (Raja) atau hanya digunakan oleh orang terpandang atau bisa dibilang dipakai oleh orang-orang yang mempunyai jabatan atau punya uang banyak.

Menurut Suriawan (52) pengelola museum Mandar di Majene, menyebutkan bahwa ada banyak jenis sureq Lipaq Saqbe diantaranya: Sureq Sinemangang, adalah sarung sutera pertama yang ada di Mandar.

Sureq Marqdia. Adalah corak sarung sutera Mandar yang digunakan oleh para Raja (Maraqdia) pada acara-acara resmi pelantikan Adat.

Di zaman dulu Sureq Maraqdia tidak bisa digunakan oleh keturunan Raja, yang bisa memakai Sureq Maraqdia ini jika orang tersebut dilantik menjadi seorang Raja. Tapi sekarang Sureq jenis ini sudah mulai bisa digunakan oleh para keturunan Maraqdia.

Sureq Padhadha, adalah corak sarung Mandar yang dipakai oleh kaum Bangsawan adat Perempuan (Puang Tobaine) pada acara resmi pelantikan adat dan pernikahan.

Sureq Padhadha tidak hanya bisa digunakan oleh para Bangsawan Perempuan tapi perempuan masyarakat biasa juga bisa memakai sureq Padhadha ini. Yang membedakan antara bangsawan dan masyarakat biasa yaitu corak warna pakaiannya. Jika bangsawan menggunakan pakaian bercorak gelap maka masyarakat biasa harus menggunakan corak yang berbeda yaitu berwarna terang.

Foto: Sherly

Jika yang menggunakan sureq ini seorang laki-laki dari era Kerajaan di Sendana. Laki-laki yang bisa menggunakan sureq Padhadha berarti ia merupakan seseorang utusan Raja (Jaka Talluq). Utusan Raja yang mengurus permasalahan Raja. Sureq Padhadha digunakan oleh seseorang yang mempunyai kepintaran, keberanian dan berjiwa satria.

Sureq Gattung Layar, Adalah corak sarung Mandar yang dipakai oleh nahkoda para pelaut yang mempunyai keberanian berlayar mengarungi lautan dan ketangkasan memegang kemudi. Warna dasar lebih banyak hitam dipadu dengan putih dan coklat.

Sureq Beruq-Beruq, Adalah corak sarung sutera Mandar yang digunakan oleh para keluarga Bangsawan (Pappuangang Towaine) pada acara resmi dan pelantikan adat.

Sureq Salaka. Adalah corak sarung sutera Mandar dengan corak yang berwarna hitam ditambakan dengan warna putih. Sureq ini biasanya digunakan oleh Permaisuri Raja / Maraqdia Towaine. Adapun yang disebut Sureq Salaka DitoleqI, sureq ini digunakan khusus untuk para Pemangku Adat (Pappuangang Towaine).

Sureq Pangulu, Adalah corak sarung sutera Mandar yang digunakan Pappuangang Tommuane pada acara resmi dan pelantintikan adat. Warna dasar coklat bercampur ungu dan hitam kotak-kotak kecil.

Sureq Pangulu ini hanya boleh digunakan oleh seorang pemimpim (Adaq Pappuangang) atau seorang paqbicara. Sureq ini juga digunakan oleh seorang panglima perang.

Sureq Pangulu Padang, Adalah corak sarung sutera Mandar yang pernah digunakan oleh I Manyambungi pada saat berkunjung ke Padang.

Sureq ini ada ketika si mayambungi datang Padang Pariangan yang dimintai untuk tinggal di Padang Pariangan akan tetapi si mayambungi menolak karena mempunyai hak dan wewenang serta tanggungan di Daerah Mandar, Balanipa yang pada akhirnya Sureq Pangulu Padang ini menjadi cinderamata/tanda mata. Dan orang-orang padangpun mengakui Sureq Pangulu Padang ini punya masyarakat Mandar. Sureq inipun menjadi tanda bahwa si manyambungi pernah menjadi panglima perang di Padang.

Sureq Ringgiq, Adalah corak sarung sutera Mandar yang digunakan oleh para keluarga Bangsawan (Maraqdia dan Pappuangan) pada acara resmi dan pelantikan adat. Sureq ini berdasarkan dari medali (Ringgiq) yang sering digunakan oleh orang-orang kaya.

Sureq Saripa Nirabaqi, Adalah corak sarung sutera Mandar yang digunakan oleh Permainsuri Raja (Bainena Maraqdia) pada acara-acara resmi dan pelantikan adat. Sureq ini juga bisa dikatakan sureq dhibunga yang berarti di dalamnya mempunyai kembang.

Sureq Nirabaqi ini termasuk kedalam corak pengembangan. Misalnya satu lipaq sureq saripa dikasih kembang maka ini akan dinamakan sureq saripa nirabaqi. Sekarangpun ada yang memakai sureq Padhadha yang dikasih bunga sehingga sureq itu dinamakan sureq Padhadha Maringga Nirabaqi atau diistilahkan bunga sakeq. Bahkan sekarang ada yang dinamakan corak sarung sutera  bunga Sakeq.

Sureq Bolong, Adalah corak sarung sutera Mandar yang khusus hanya digunakan untuk menutup orang yang sudah meninggal. Dengan warna corak hitam.

Sureq Penja/ Ranniq-Ranniq, Adalah corak sarung sutera Mandar yang digunakan oleh masyarakat umum.

Sutera Mandar ini di Zaman dulu yang hanya menggunakannya bergantung dengan strata baik dalam masyarakat maupun dalam stara ekonomi.

Semua sureq Lipaq Saqbe  ini berbentuk Horizontal dan Vertikal. Motif tersebut tidak dibuat dengan sembarangan. Motif vertical dan horizontal dibuat dengan makna suatu hubungan. Motif yang mengarah keatas (Vertikal) ini menyangkut dengan hubungan antara manusia dengan Tuhan. Sedang motif garis mendatar (Horizontal) mengarah pada hubungan antara manusia dengan sesame.

Untuk pembuatan Lipaq Saqbe sendiri memakan waktu paling sebentar satu minggu, dan tenunan yang paling lama yaitu 15 hari. Tapi lamanya proses pembuatan sarung sutera Mandar ini bergantung dengan motif yang dipesan.

Pada abad 16-17 tenun sudah dikenal di Daerah Mandar, dulu tenunan tidak memakai genggang (Benang Mengkilat), genggang dipakai dalam sarung ketika orang-orang China datang membawa genggang tersebut. Inilah alasan terjadinya corak pengembangan karena penambahan benang berkilau (genggang) ke dalam tenunan. Sekarang sudah banyak sureq pengembangan di Mandar. Lipaq Saqbe   dipasarkan melalui perahu-perahu yang menyebrangi pulau.

Lipaq Saqbe  ini tidak jauh dari baju Boko (untuk umur yang sudah 20 ke atas) dan baju Pokko (untuk para gadis). Untuk istilah baju Boko, jika ada seseorang yang menggunakan baju Boko berwarna hijau berarti dia sudah menjadi seorang janda. Jika baju boko yang digunakan berwarna merah terang berarti dia masih seorang gadis yang berumur 17-21 tahun. Jika berwarna merah agak tua berarti umurnya 21 tahun keatas.

“Sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti mengenai pencetus pertama dari Lipaq Saqbe ” Sebut Suriawan.

Ketidaktahuan ini karena kurangnya orang yang bisa dijadikan narasumber dalam hal sarung sutera Mandar (Lipaq Saqbe ).

Menurut Suriawan, pemandu  di Museum Mandar di Majene bahwa  yang pertama kali menggunakan sarung Sutera Mandar ini yaitu Raja pertama Daerah Mandar di Pitu Baqbana Binanga dan Pitu Ulunna Salu karena tidak ada yang lebih pantas menggunakan Lipaq Saqbe  pertama kali kecuali para Raja (Maraqdia). Hanya saja beliau tidak bisa menyebutkan siapa nama dari Raja yang pertama kali memakai Lipaq Saqbe.