RECOVERY PARIWISATA BARU KOTA MAKASSAR
Makassar, sebagai kota paling besar di Sulsel, merupakan salah satu pintu masuk/gerbang pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Dilansir dari GAMASI.COM, MAKASSAR, pada 3/2/2020, total jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang melalui pintu masuk Makassar tahun 2019, berjumlah 17.771 kunjungan. Bersumber BPS Sulsel yang dilansir dari Sonora.ID 1/2/2021, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di Sulawesi Selatan sepanjang tahun 2020 hanya 3.573 kunjungan. Jika dibandingkan kunjungan wisman pada tahun 2019 jumlah ini merosot hingga 79,90%. Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah mengatakan, jumlah kunjungan wisman yang rendah ini tidak lepas dari pandemi COVID-19, dampak dikeluarkannya kebijakan pembatasan dan larangan masuk ke Indonesia.
Berdasarkan data BPS Kota Makassar 2020, dengan luas wilayah daratannya 175,77 Km2 dan luas wilayah perairannya ± 100 Km², Kota Makassar menjadi rumah tempat tinggal bagi 1.526.677 jiwa penduduknya. Sedikitnya terdapat tiga hal dari komponen demografi yang dapat dilihat hubungannya terhadap pandemi COVID-19, yakni : “ “kematian, pergerakan penduduk dan kelahiran”.
Mohammad Ramdhan Pomanto yang akrab dipanggil “DP”, Maret 2021 dalam bukunya Makassar Recover menuliskan sampai dengan akhir tahun 2020, total suspek COVID-19 di Kota Makassar sebesar 6.001 jiwa dan terkonfirmasi aktif sebanyak 15.963 jiwa. Jumlah pasien sembuh telah mencapai 11.439 jiwa (71,7%) dari yang terkonfirmasi aktif. Sedangkan yang meninggal sebanyak 376 orang atau prosentase meninggal dari yang terkonfirmasi aktif adalah 2,4%.
Pergerakan penduduk (mobilitas) berhubungan erat dengan kebijakan pembatasan mobilitas penduduk sampai pada lockdown yang ditujukan untuk mengontrol penyebaran kasus COVID-19. Kondisi ini berdampak bagi tenaga kerja, karena penutupan usaha mereka yang pada akhirnya meningkatkan pengangguran. Lebih lanjut menurut DP dalam buku tersebut, sebelum adanya pandemi COVID-19, Kota Makassar merupakan salah satu kota yang paling dinamis di Indonesia, baik secara regional maupun Nasional. Dalam periode 2015-2019, Kota Makassar mencatat pertumbuhan ekonomi yang cukup impresif, yaitu rata-rata 8,09% per tahun, yang menempatkannya sebagai salah satu daerah dengan tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi secara regional/nasional. Namun pada lima tahun terakhir (2020), pertumbuhan ekonomi Kota Makassar mengalami kontraksi pada angka range minus 1,27%. Sama halnya dengan merosotnya jumlah kunjungan wisman, kontraksi perekonomian Makassar sebesar minus 1,27% adalah akibat pandemi COVID-19 yang masih tinggi hingga akhir tahun 2020.
Pada 5 April 2021 lalu, Danni-Fatma, Wali Kota dan Wakil Walikota Makassar meluncurkan sebuah program Multi Inovasi bernama “Makassar Recover”, disingkat MR, merupakan implementasi visi dan misi dari “DP-Fatma” yang terpilih dimasa pandemi. Saat Launching “Makassar Recover” yang dipublis melalui Metro TV, “DP” memaparkan Branded “MR”, yaitu Makassar Pulih, Makassar Sehat, Makassar Selamat. Memang, dalam situasi kesehatan masyarakat yang menurun serta kinerja ekonomi yang melemah, mengharuskan pemerintah Indonesia termasuk Makassar perlu mengantisipasi kondisi ini, terutama dalam menyusun program yang mendorong meningkatnya imunitas dan daya tahan tubuh masyarakat serta pemulihan ekonomi di saat krisis maupun pasca krisis. Hal ini tertuang jelas pada misi ke-2 “DP-Fatma”, yaitu Rekonstruksi kesehatan, ekonomi, sosial dan budaya menuju masyarakat sejahtera dengan imunitas, ekonomi, dan kesehatan kota yang kuat untuk semua. Misi ke-2 ini sangat berkaitan langsung dengan penanganan Pandemi COVID-19 yang sementara melanda Makassar saat ini.
“Makassar Recover Ecosystem” diartikan sebagai “Makassar pulih, sembuh, mendapatkan kembali kondisi normal seperti sedia kala”. Recover dalam “Makassar Recover Ecosystem” merupakan singkatan dari smaRt Emergency protocol again Covid-19 and sERvices, yang berarti protokol kedaruratan melawan COVID-19 dengan pelayanan pendukung lainnya yang dikelola secara teknologi “Sombere’ and Smart City”. Sombere’ (ramah) merupakan salah satu nilai budaya dan nilai keramahan yang khas di Makassar. Smart city adalah konsep kota pintar untuk membantu masyarakat yang ada di dalamnya untuk mengelola sumber daya dengan efisien dan memberikan informasi yang tepat guna kepada masyarakat dalam melakukan kegiatan. Jadi “MR” secara menyeluruh adalah sebuah cara baru untuk selamatkan rakyat Makassar dari COVID-19 yang diimplementasikan melaui tiga sub program yaitu 1. Penguatan Imunitas (11 tahap), 2. Adaptasi Sosial (9 tahap) dan 3. Pemulihan Ekonomi (6 tahap). Ketiga sub program ini dilakukan secara serentak di seluruh wilayah Kota Makassar dengan melibatkan unsur terkecil dari kelurahan, yaitu RT dan RW, sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari program yang dijalankan.
Sesuai dengan slogannya, jika Kota Makassar “pulih” dari COVID-19, maka Makassar kembali menjadi Kota Sehat (Healthy City). Kotanya bersih, aman, nyaman dan sehat untuk dihuni oleh warganya. Jika sudah “sehat” kotanya, menjadi tempat bekerja bagi warga kota dengan cara terlaksananya berbagai program kesehatan, sektor pariwisata dan sektor lain. Jika Makassar sudah pulih dan sehat maka warga dan kotanya dapat meningkatkan sarana, produktivitas dan perekonomian masyarakatnya.
Dari ke-3 sub program “MR” tersebut, sektor industri (UMKM), jasa pariwisata (transportasi, hotel, restoran, ekonomi kreatif, transportasi dll) termasuk dalam sub program ke-3, yakni pemulihan ekonomi, karena dari sekian banyak sektor industri, pariwisata yang paling terdampak pandemi COVID-19, kemudian berimbas kepada sektor lain. (Bersambung)