Darwis (56), hanya mampu memandangi tanaman bawangnya yang gagal panen. Petani bawang warga Dusun Tammalassu Barat, Desa Kayuangin, Kecamatan Malunda, Kabupaten Majene ini, beberapa hari terakhir kondisi bawangnya satu persatu daunnya layu hingga mati.
Menurut Darwis, awal penanaman, tanaman bawang miliknya bisa dikatakan membaik. Setelah beberapa hari dicermati semakin hari semakin memburuk. Terlebih pada proses penanaman kedua yang tidak semakin kondusif.
“Ini gara-gara kelebihan pupuk, jadi over dosis,” tutur Darwis yang dikaruniai 3 anak ini, Ahad (9/4).
Ia tak memungkiri, bahwa kegagalannya dipicu karena kurangnya pengetahun tentang cara bercocok tanam bawang, sehingga menyebabkan over dosis. Bahkan dirinya hanya mengumpulkan informasi tentang cara bercocok dari pengalaman petani lain, yang tidak berlandaskan dari teori manapun, selain hanya pengalaman masing-masing. Akhirnya, tanaman yang semestinya subur dan berdaun lebat, terlihat menguning dan nyaris tak berdaun.
“Selama ini belum ada yang datang dari pihak pemerintah maupun dari penyuluh pertanian mengajarkan cara tanam bawang yang bagus. Saya hanya dengar cerita -cerita sesama teman bahwa begini cara-caranya memelihara bawang,” jelas Darwis.
Padahal modal yang dibutuhkan bukanlah hitungan kecil. Rata-rata satu kali penanaman dengan luas kurang lebih 20 x 28 meter mencapai jutaan rupiah. Yang merupakan modal yang terbilang mahal untuk lelaki berkulit langsat itu.
“Pupuk saja dua juta dua ratus. Bibit satu kwintal empat juta delapan ratus ribu rupiah. Perkiraan enam jutaan kerugian saya satu kali turun,” jelas Darwis anggota Kelompok Tani Harapan Jaya ini.
Hal senada dikatakan Aco (60). Menurutnya, sejak beberapa hari terakhir tanamannya tidak menunjukkan adanya kemajuan yang berarti. Bahkan membuat pemandangan lahan semakin tidak bersahabat. “Padahal ada harapan sedikit waktu penanam pertama,” katanya.
Aco berasumsi, gagal panen tersebut juga diakibatkan kurangnya modal yang telah dipersiapkan sejak awal penanaman.
“Mau ambil di mana modal yang banyak pak. Karena tidak ada kerjaan sampingan, hanya sebagai petani saja,” ujar Aco.
Terpisah, Kepala Desa Kayuangin Muhammad Yusuf berjanji, tahun 2017 akan menyediakan bibit bagi petani bawang. Selain itu, pihaknya juga akan membawa petani bawang studi banding ke Kabupaten Bantaeng atau Enrekang. Agar tidak terjadi kesalahan dalam proses penanaman bawang.
“Jadi salah satu cara untuk mengembangkan tanaman bawang di Desa Kayuangin dengan melakukan studi banding, supaya tidak bertani salah-salah,” tandasnya.
#BusriadiBustamin