Oleh: Ayub Kalapadang
MENDUDUKI tampuk pemerintahan adalah cita-cita hampir semua orang. Untuk berada di lingkaran ini seseorang harus memiliki latar belakang yang mumpuni baik dari segi kualitas, kapabilitas, maupun rezeki yang mengantar menuju kesuksesan.
Tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menyatukan porsi jabatan sekaligus. Ini memerlukan proses yang panjang, tingkat kepopuleran, jejaring, maupun harta melimpah. Semuanya harus komplit jadi satu. Namun beberapa keluarga ternyata mampu berada dalam pusaran politik maupun birokrasi yang menentukan. Posisi strategis pun berada dalam kendali garis keluarga atau klan.
Salah satunya Sulawesi Barat (Sulbar). Provinsi yang baru berusia 13 tahun ini mulai menjadi potret kuatnya klan keluarga hingga mampu menembus setiap level jabatan di tingkat eksekutif dan legislatif. Baik pusat apalagi di daerah.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) klan bermakna kesatuan geneologis yang mempunyai kesatuan tempat tinggal dan menunjukkan adanya integrasi sosial; kelompok kekerabatan yang besar; kelompok kekerabatan yang berdasarkan asas unilineal; atau kelompok kekerabatan yang terdiri atas semua keturunan seorang nenek moyang yang diperhitungkan dari garis keturunan laki-laki atau wanita.
Peran politik-birokrasi menjadi sesuatu yang menarik dicermati dan dianalisa. Kelompok kekerabatan di sejumlah daerah kabupaten di Sulbar telah tumbuh sejak lama, mereka memiliki pengaruh dalam banyak sisi. Baik di pemerintahan dan jalur politik. Laporan yang diturunkan mandarnesia.com kali ini untuk membaca klan mana yang paling berpengaruh dalam percaturan politik-birokrasi Sulbar secara umum.
Inilah catatan yang dibuat mandarnesia.com berdasarkan olah data dari berbagai sumber.
1. Agus Ambo Djiwa
Nama ini menjadi salah satu yang tersohor di Utara Sulbar. Pemimpin asal Mamuju Utara ini membuktikan memiliki simpati di hati masyarakatnya. Kota Pasangkayu menjadi pusat administratif pemerintahannya.
Meskipun masih terbilang pemimpin baru Agus Ambo Djiwa mampu membuktikan diri sebagai kepala daerah dua periode. Selain jaya di tingkat dua, kemampuannya sampai melebar sebagai pimpinan DPW Partai Moncong Putih di Sulbar.
Hal ini menjadi salah satu poin yang mampu di sabet klan Agus. Kepemimpinannya kian menanjak ketika didapuk sebagai Ketua Pemenangan ABM – Enny di Pilgub 2017. Perjuangannya itu menuai hasil.
Tak hanya dirinya, keluarga juga ikut melengkapi kekuatan birokrasi Agus. Yaumil RM salah satunya yang juga saudaranya sebagai politisi senior di Matra. Beberapa nama keluarga lainnya menjadi pelengkap kepiawaian Agus memimpin Mamuju Utara.
2. Ali Baal Masdar
Masdar adalah salah satu klan keluarga yang berasal dari daerah Polewali Mandar. Nama ini cukup familiar di masyarakat Sulbar. Apa lagi nama Masdar melekati Sang Gubernur terpilih, Ali Baal Masdar atau kini lebih dikenal dengan sebutan ABM. Sebelumnya ABM menjabat sebagai bupati dua periode Kabupaten Polman.
Klan Masdar juga memiliki basis solid yang kuat. Hingga keunggulannya mendominasi di kabupaten yang berpenduduk terbesar di Sulbar, terbukti tiga kali berturut-turut klan Masdar mampu bertahan dari kontestasi Pilkada.
ABM memiliki sosok Andi Ibrahim Masdar (AIM) yang tak lain adik kandung Gubernur. Ia kini melanjutkan estafet kepemimpinan di Polman. Ia bahkan mulai digadang-gadang untuk ruang lebih besar seperti yang dicapai kakaknya.
Jabatan birokrasi yang ditebar klan Masdar juga melebar ke lapisan bawah. Beberapa kerabat, dan saudara juga memegang posisi di tingkat kepala dinas di lingkup Kabupaten Polman.
Tak berhenti sampai di situ, dari tingkatan legislatif Andi Ruskati Ali Baal yang juga adalah istri ABM menduduki posisi sebagai anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sulbar. Selain memiliki posisi sebagai Ketua PKK Sulbar, Andi Ruskati juga memegang kepemimpinan sebagai ketua DPW Partai Gerindra Sulbar.
Begitu pun dengan sang anak, Andi Ian Rusli Ali Baal. Ia sempat mencicipi sebagai wakil rakyat anggota DPRD Polewali Mandar lalu mengundurkan diri, ini sekaligus melengkapi rentetan torehan klan Masdar.
Kakek Ian, HM. Masdar Pasmar merupakan mantan Ketua DPRD Polewali Mamasa. Figur yang telah menanamkan pengaruh luas bagi klan ini.
3. Almalik Pababari
Nama ini muncul saat kepemimpinan sosok Almalik Pababari memimpin Kabupaten Mamuju. Almalik kini masih menempatkan klannya pada posisi aman. Setelah tak lagi di eksekutif, dirinya mampu berada di bangku legislatif sebagai anggota DPRD Sulbar.
Tak jauh dari tokoh senior Mamuju ini. Ia pun melahirkan sosok pemimpin muda Mamuju, Irwan Pababari, kini sebagai Wakil Bupati Mamuju periode sekarang.
Kekuatan nama Pababari masih tertanam kuat di wilayah yang masih kental dengan garis kebangsawanannya. Bahkan keluarga ini memiliki hubungan keluarga dengan klan Aras, menyusul pernikahan Irwan Pababari dengan anak perempuan Aras Tammauni. Hubungan ini menjadi landas yang saling menguatkan.
4. Anwar Adnan Saleh
Tokoh ini dikenal sebagai gubernur definitif pertama Sulbar. Kemampuannya memoles provinsi ke-33 ini menjadi torehan sejarah bagi sosok Anwar Adnan Saleh (AAS) yang dapat mengubah jazirah Sulbar lebih maju.
Menjadi gubernur pertama untuk daerah yang masih terbilang baru memang harus memiliki kemampuan yang lebih. Selain cerdas, figur AAS dikenal memiliki jaringan kuat di level nasional. Sebelum menjadi Gubernur Sulbar, lelaki kelahiran Aralle itu pernah duduk di DPR RI.
Setelah purna tugas sejak 2016 membangun Sulbar, lingkar pengaruh AAS tetap dikatakan gemilang. Pasalnya sosok istri, Eny Anggraeny Anwar kembali melanjutkan posisi itu. Namun sebagai wakil gubernur mendampingi ABM. Peran AAS dinilai sebagian pihak sebagai jangkar yang ikut memenangkan Pilgub 2017.
Sebelumnya Ibu Eny sapaan akrabnya menjadi anggota DPR RI, Dapil Sulbar dari Partai Golkar. Dominasi AAS dikancah birokrasi maupun politik Sulbar tetap gayung bersambut. Putranya, Raditya Ardimas Anwar mulai tampak, posisinya saat ini sebagai Ketua DPW Partai Amanat Nasional, menjadi sinyal kuat kehadirannya mengikuti jejak kedua orang tuanya.
5. Aras Tammauni
Klan politik-birokrasi tak hanya didominasi dari Polewali Mandar sebagai lumbung bertaburnya para tokoh-tokoh di Sulbar. Dari wilayah terbilang masih baru juga melahirkan klan Aras yang populer lewat tokoh Aras Tammauni. Saat ini mantan Ketua DPRD Sulbar itu menduduki jabatan sebagai Bupati Mamuju Tengah.
Aras merupakan sosok yang lazim dikenal sebagai pemimpin daerah dengan latar komunitas atau tradisional yang sangat kuat. Aras memiliki power yang bisa dikatakan tidak biasa, kekuatannya dalam menanamkan kedekatan kepada masyarakat yang ia pimpin menjadi salah satu modal utama.
Buktinya, pada periode pertamanya sebagai kepala daerah ia tercatat memiliki rekor suara dengan presentase terbanyak se-Indonesia pada Pilkada Mateng 2017.
Estafet kepemimpinan di Mateng diprediksi akan berlangsung lebih lama. Aras Tammauni saat ini memiliki penerus yang sedang menjabat sebagai Ketua DPRD Mateng, sosok itu bernama Arsal Aras. Figur muda yang banyak disebut sebagai penerus utama keluarga Aras Tammauni.
Sosok lainnya, Amalia Aras yang baru saja terpilih sebagai Pengganti Antar Waktu (PAW) yang diusung Partai Berlambang Merci. Posisinya sebagai Ketua DPRD Sulbar akan melempangkan hal baru bagi keberlangsungan Partai Demokrat Sulbar.
6. Kalma Katta
Sebagai mantan Bupati Majene dua periode, Kalma Katta (KK) terbilang sukses memangku birokrasi di kabupaten yang berpredikat Kota Pendidikan di Sulbar.
Berpasangan dengan SDK di Pilgub lalu, menjadi ukuran penting akan kemampuannya mendulang suara dibekas wilayah pemerintahannya. Ia mampu meraih suara terbanyak di Majene tapi kalah tipis ditingkat perhitungan provinsi.
Kalma juga memiliki sejumlah saudara di level birokrasi dan legislatif Majene. Namun, sayangnya, KK belum memiliki penerus di jalur politik dari garis keturunan langsungnya.
7. Ramlan Badawi
Klan Ramlan Badawi mampu melengkapi rentetan pejabat di Sulbar yang mengikutkan garis keluarga sebagai pemimpin. Ramlan adalah Bupati Mamasa, kabupaten yang berlabel destinasi wisata utama Sulbar. Pria ini memiliki peran utama sehingga perolehan suara Pilgub Sulbar 2017 bagi koleganya berhasil dikerek secara meyakinkan.
Ramlan memiliki putra, Munandar Wijaya yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Sulbar. Seperti apa keberlangsungan klan politik Mamasa ini, semuanya akan dihitung ulang di Pilbup Mamasa 2018, dan Pemilu 2019.
8. Salim S. Mengga
S. Mengga. Siapa yang tak mengenal nama yang satu ini? Di Polewali Mandar kelompok kekerabatan S. Mengga yang pernah menjadi Bupati legendaris Polewali Mamasa tetap memiliki tempat di hati rakyat.
S. Mengga menurunkan dua sosok nama. Aladin dan Salim. Aladin sebelumnya salah satu pejabat setingkat eselon II di Polewali Mamasa, lalu kemudian menjadi wakil Gubernur mendampingi AAS di Periode Kedua. Ia tumbuh sebagai birokrat.
Salim Mengga. Sosok yang masih diperhitungkan secara matang dalam perputatan arus politik Sulbar. Mantan Kasdam Diponegoro berpangkat Mayor Jenderal itu sangat populer di Sulawesi Barat. Salim memiliki putra, Erfan Kamil yang pernah menjadi legislator di DPRD Sulbar.
Salim pun pernah terpilih sebagai anggota DPR RI dari Dapil Sulbar. Tapi memilih hengkang dari Senayan sebagai syarat keikutsertaannya sebagai calon Gubernur Sulbar 2017.
Meski tak terpilih sebagai Gubernur, namun ekspektasi kontestasi Pilbup Polman 2018 masih mendaulatnya sebagai figur paling utama. Pengaruhnya secara luas, yang disertai hasil suara yang didulangnya di Pilgub 2017 di Polman cukup meyakinkan untuk menggoyang posisi petahana. Tahun 2018 akan menjadi bandul politik sangat penting bagi Salim Mengga.
9. Suhardi Duka
Politisi ini tenar dari Ibu Kota Provinsi Sulbar, Mamuju. Kepemimpinan kuat punggawa Partai Demokrat Sulbar, Suhardi Duka (SDK) mulai terlihat saat dirinya memimpin Kabupaten Mamuju sebagai bupati dua periode. SDK juga merupakan mantan Ketua DPRD Mamuju.
Kemampuan politiknya lalu teruji pada pencalonan pertamanya sebagai Gubernur. SDK dengan selisih suara amat tipis hampir saja mengantarnya sebagai Gubernur terpilih Pilgub Sulbar 2017.
Dengan gaya pantang menyerah, pemimpin politik yang dikenal sebagai petarung ini memiliki nama yang masih membumi di Manakarra. Yang terasa spesial bagi SDK di mata publik, hanya tokoh ini yang tercatat aktif menulis di media massa, sebuah angka kredit tersendiri.
Gen politiknya menurun ke Suraidah Duka. Putrinya ini selain pernah menjadi Ketua KNPI Mamuju, kini Suraidah menjabat sebagai Ketua DPRD Mamuju, posisi yang pernah ditempati sang ayah. Apakah Suraidah juga akan mampu duduk sebagai Bupati Mamuju? Klan politik yang masih cukup kuat ini hanya perlu terus menjaga marwahnya.
10. … Siapa yang bakal mampu menempatkan eksistensi klan politik-birokrasi berikutnya di Sulawesi Barat? Kita tunggu daftar selanjutnya.
Pandangan Akademisi
Di mata sejumlah akademisi Sulbar fenomena ini menjadi bukti garis kekerabatan, yang dibangun secara tradisional dan politik masih sangat mendominasi pucuk kepemimpinan hari ini di Sulawesi Barat.
Menurut Dekan Fakultas Ilmu Sosial Politik (Fisipol) Universitas Sulawesi Barat Dr. Burhanuddin, adanya kecenderungan dominasi keluarga dalam dunia perpolitikan merupakan penyakit birokrasi yang dianggapnya menopoli kekuasaan saat ini.
“Sekarang saya melihatnya kekuasaan itu walaupun dijalankan secara agama, tetapi kalau tidak menyebar dan hanya dikuasai sekelompok orang, itu namanya tirani. Kurang bagus dari segi demokrasi,” tuturnya kepada mandarnesia.com.
Akademisi Universitas Sulbar yang juga dosen di Universitas Tadulako (Untad) Palu ini, menjelaskan sumber kekuasaan saat ini diperoleh dari beberapa kekuatan di dalamnya seperti legitimasi power atau diangkat berdasarkan surat keputusan. Kedua, porsi power perolehan kekuasaan melalui sebuah kekerasan. Ketiga, ester power seseorang mampu menduduki kekuasaan karena keahlian yang dimiliki seseorang. Keempat reward power karena pemberian. Dan, referen power karena daya tarik seseorang, dia bisa jadi pemimpin.
“Jadi sekarang jangan coba-coba masuk ke dalam kekuasaan kalau anda tidak memiliki power, sangat sulit memang orang-orang biasa masuk ke dalam lingkaran kekuasaan,” sebut Burhanuddin yang dimintai pandangan Oktober silam
“Adanya dominasi keluarga dalam birokrasi karena dia memiliki kekuatan power tadi. Karena dia memiliki kekuatan untuk mempengaruhi orang yang ada di bawahnya, ini harus mulai ditinggalkan,” kata dia. Meski ia menilai sistem politik di Indonesia makin bagus.
Sementara itu Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan (Fisip) Universitas Al-Asyariah Mandar (Unasman), Aco Dahrul menggangap, birokrasi saat ini harusnya berorientasi terhadap aspek pelayanan. Birokrasi dalam bentuk pemberian atau hirarki tidak berlaku terhadap kondisi saat ini, di mana harus menciptakan demokrasi di semua lini.
“Harus kita bedakan antara politik dan birokrasi, sedangkan di Indonesia saat ini mencampuradukkan. Justru sekarang birokrasi harus diperkuat,” ujarnya.
Aco Dahrul pun menganggap persoalan dominasi dari seseorang tidak menjadi permasalahan, selama orang tersebut memiliki kemampuan yang mumpuni.
“Tidak ada masalah karena kalau berbicara peran partisipasi politis seseorang memiliki hak yang sama, itu kalau dalam persepsi politik,” katanya.
Yang menjadi persoalan saat ini menurut dia adalah partai politik sebagai wadah dari warga negara tidak mampu menyiapkan kaderisasinya yang baik.
“Nanti dia rajin ketika mendekati pemilu. Tidak ada proses kaderisasi dalam kadernya, bagaimana menjadi negarawan,” tandasnya beberapa hari lalu.
#Diolah dari berbagai sumber