Kisah Klasik Persiapan Festival Teluk Mandar Part II

Kisah Klasik Persiapan Festival Teluk Mandar Part II -
Ramli Rusli bersama sahabat Muhammad Kautsar atau akrab disapa Ocha Soundre. FB Ramli Rusli

Oleh Ramli Rusli

Tak terasa waktu pelaksanaan event tahunan Festival Teluk Mandar Part II di Kabupaten Majene, tinggal menghitung hari. Tak terasa pula, segala sesuatunya telah mendesak untuk diselesaikan.

Seabrek kebutuhan untuk berbagai persiapan, menjadi tanggung jawab panitia dengan serentetan persiapan pelaksanaan.Untuk mewujudkan semua rencana persiapan, panitia yang dibantu mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Sulawesi Barat, barisan komunitas-komunitas serta relawan-relawan secara perorangan, melakukan gerakan penggalangan dana untuk membiayai operasional kegiatan dalam membenahi persiapan menjelang pelaksanaan.

Gerakan penggalangan dana yang dilakukan cukup klasik dan menaruh haru. Mereka menyasar para pedagang pasar kaki lima, salon-salon kecantikan, pedagang sembako, tukang cukur, kafe-kafe dan toko-toko di jalan raya. Jadi intinya, rancangan konsep kegiatan, pendanaannya sebahagian besar bersumber dari para warga dari berbagai kalangan. Walau dengan kondisi yang dijalani, panitia tak pernah surut dan tetap optimis bahwa FTM II harus digelar dengan kondisi apapun.

Hal menarik yang mewarnai persiapan kegiatan ini, Bupati Majene bapak Fahmi Massiara setelah mengetahui kondisi yang dihadapi panitia FTM II, beliau pun turun tangan dan menghimbau pada semua instansi dalam jajarannya, agar membantu donasi atau mengisi daftar list sumbangan perorangan untuk pelaksanaan event Festival Teluk Mandar Part II pada panitia dengan besaran serelanya.

Selain itu Bupati juga memfasilitasi kebutuhan yang mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut seperti peminjaman rumah keja, peminjaman lokasi kegiatan dan perizinannya di wilayah Kabupaten Majene. Langkah ini dilakukan karena diketahui event FTM II yang dikelola komunitas ini, tidak mempunyai sumber pendanaan secara regular untuk tahun 2017 dari Pemkab Majene atau Provinsi. Padahal pelaksanaan FTM I tahun 2016 lalu di Majene, menjadi ajang tumpah ruah warga selama tiga hari di taman kota Majene.

Pada proses yang dialami, menjadi kisah tersendiri dalam pelaksanaan event tersebut, sebagaimana kondisi pada pelaksanaan FTM I yang juga mengalami kepahitan-kepahitan.Walau demikian, pelaksanaan FTM II tak lama lagi akan terselenggara. Tepatnya akan di gelar pada Tanggal 10 hingga 13 bulan Mei 2017.

Tak banyak waktu untuk melakukan negosiasi. Kebutuhan-kebutuhan sementara, disiasati dengan bermacam cara. Selain menyasar pasar dan toko-toko, panitia juga membangun komunikasi dengan pihak-pihak sponsor, yang siap membangun mitra dalam kegiatan ini.

Beberapa seniman dan penggiat budaya juga meleburkan diri dan mengambil peran sesuai kemampuan, dan membiayai sendiri yang menjadi kebutuhan kontribusinya. Jika membanding dengan event-event yang di gelar dimana-mana, ada warna dan catatan-catatan tersendiri yang menarik untuk di selipkan. Ini ironi. Juga sangat menantang.

Betapa tidak, FTM II ini, semua harus dibangun dalam konsep tanpa kesiapan dukungan budget yang tersedia untuk merealisasi perencanaan. Langkah ini sebuah keberanian yang mungkin muaranya untuk mewujudkan misi besar, sebagai langkah penyelamatan lingkungan. Begitu pula dengan penguatan edukasi tata kelola laut ramah tanpa perilaku pengrusakan yang massif.

Sepahit apapun dorongan pelaksanaan kegiatan ini, tetap akan di wujudkan. Kisah klasik dengan berbagai cara, oleh panitia dan relawan-relawan, pemerintah, serta para seniman dan penggiat budaya, yang telah tersadarkan dan mengambil peran tersendiri dalam penyelenggaraan kegiatan ini.

Hal tersebut menjadi bukti bahwa Festival Teluk Mandar Part II mempunyai ruang di hati masing-masing orang dari latar belakang yang berbeda-beda. Jangan lihat Tim penggagas yang berasal dari komunitas motor, namun lihatlah inspirasi dan gagasan yang berorientasi pada pengembangan nilai kearifan lokal masyarakat pesisir dan pemanfaatan alam secara bijak oleh semua kalangan.

Mereka mampu memintal arus berfikir yang positif dan menaruh harapan yang besar dalam melihat prospek kemanusiaan dengan di gelarnya Festival Teluk Mandar ini. Hal lain yang bakal dilakukan setelah kegiatan tahunan ini kelak selesai terlaksana, segala rangkuman sejarah inspiratif dalam melihat lebih jauh Teluk Mandar, akan diterbitkan dalam bentuk buku dengan judul “Pesona Teluk Mandar”.

Ini lebih pada pencatatan peristiwa-peristiwa dan hasil riset yang telah didapatkan sebagai gambaran terkini akan kondisi pesisir Teluk Mandar kita. Ya, salah satunya melestarikan sejarah kekiniannya lewat buku. Lalu menghadirkan keperkasaan masalalu akan teluk mandar, sebagai jati diri orang tua kita dahulu yang dikenal sebagai pelaut sejati.

Perpaduan data-data akan lebih banyak dilakukan dengan berbagai sumber, selain data yang di dapatkan dalam riset Tim kreatif pada pra pelaksanaan kegiatan Festival Teluk Mandar, yang telah di gelar dua kali di Kabaupaten Majene. Gagasan ini adalah cara pandang yang brilyan para pemuda dari komunitas yang kreatif yang mesti di kawal dari tahun ke tahun.

Tak heran sebuah gagasan yang mempunyai daya saing dan nilai edukatif, setiap saat di incar dan dilirik pihak-pihak yang ingin bermain instan mengusung kegiatan dengan kesiapan penganggaran yang memadai. Namun jika hal ini terjadi, adalah kekeliruan yang maha memperihatinkan. Gagasan orang lain tak dapat di beli sebanyak apapun uang yang kita punya.

Gagasan adalah bangunan imajinasi yang kreatif, baik dalam rancang bangunnya, maupun dampak sosial yang substantif. Maka hebatlah orang-orang yang masih mampu membangun gagasan, yang bermanfaat untuk orang lain dan alam sekitar.

Sebagaimana FTM 2 yang lebih pada penguatan budaya, dan minimal dapat membangun kesadaran akan kebudayaan bahari yang kian hari kian terhempas, hingga harapannya,dapat menjadi ruang edukasi penyelamatan lingkungan pada Teluk Mandar yang kita diami. (rr)