Jeli, Gadis dari Balla Mamasa

Jeli, Gadis dari Balla Mamasa -

JELI, begitu sapaan karibnya. Anak pertama pasangan Andarias dan Ester Tabita ini hari-harinya ia habiskan di kampung halaman. Di desa Balla, kabupaten Mamasa, Sulbar.

Wanita kelahiran 2 Februari 1995 itu terlihat hampir tidak jauh berbeda dengan kaum hawa lainnya. Namun, dengan matanya agak sipit dan kulit putih yang menandakan ia asli dari daerah bersuhu 10 derajat ini.

“Ia dong inimi sebenarnya aslinya Mamasa tidak ada sebenarnya keturunan dari luar,” aku pemilik nama lengkap Jeli Datulangi’ kepada mandarnesia.com, Ahad (28/1/2018).

“Kalau dibilang ada keturunan lain itu tidak ada, ini asli Mamasa,” sambungnya lagi.

Jeli bercerita, sejak mengawali pendidikan formalnya di bangku Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah Menegah Atas (SMA) dihabiskannya di tanah kelahirannya Mamasa.

Setelah tamat dari SMA ia melanjutkan pendidikannya keperguruan tinggi di Akbid Sinar Kasih, yang letaknya berada di kota yang masih serumpun dengan kelahirannya di Mamasa, yaitu Kota Mengkendek Tana Toraja dengan mengambil jurusan Kebidanan.

Jeli Datulangi’ saat Wisuda Akbid Sinar Kasih Toraja tahun 2017

Proses perkuliahan dijalani Jeli dengan penuh liku, perkuliahan yang seyogianya diselesaikannya selama tiga tahun, harus molor sampai menjadi empat tahun lamanya.

“Harusnya saya selesai 2016 karena tertunda dua semester. Jadi saya selesai 2017,” tuturnya.

Jelang memasuki usianya yang ke-23 tahun pada 2 Februari 2018 mendatang, ia mengaku belum memiliki perencanaan terlalu jauh terutama soal pekerjaan.

Ia mengaku masih fokus untuk menimba pengalaman untuk bekerja sesuai jurusannya menjadi bidan profesional. Dan berharap melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ke salah satu daerah yang memiliki jurusan strata satu sesuai dengan program diploma yang ia telah lewati.

“Untuk saat ini masih berfokus ke situ (bidan). Rencana juga ini mau sambung kuliah, tapi tidak tahu kapan karena masih terkendala biaya, untuk kesehatan mahal,” katanya.

“Mungkin kalau tidak di Palopo, di Makassar karena tidak ada Sarjana untuk kebidanan di Toraja. Itu pun di Palopo masih D4. Sedangkan S1-nya baru di Bandung yang ada,” jelasnya.

Pascaselesai bulan Agustus 2017 lalu, ia mengaku tinggal bersama tantenya yang juga menjadi tempatnya dahulu waktu masih sekolah sambil menekuni pekerjaannya sebagai Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (PPDP) untuk melakukan proses pencocokan dan penelitian yang digelar KPU setempat.

Jeli pun tak menampik jika suatu saat dirinya diberi rezeki menjadi pegawai negeri, dan bekerja sebagai bidan yang dapat diandalkan oleh keluarga.

“Itukan sudah diatur. Berusaha dan berdoa saja. Kalau menikah belum ada planing. Pastinya kalau sudah sampai saatnya,” jelas Jeli sembari mengakhiri pembicaraan.

Reporter: Ayub Kalapadang

Foto: Jeli Datulangi’