I DON’T STUPID

I DON'T STUPID -

Oleh. DR. Aco Musaddad HM.

“Every body is a genius, but if you Judge a fish by it’s ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid ”
(Setiap orang itu jenius, namun jika anda menilai ikan dari kemampuannya untuk memanjat pohon, maka ia akan hidup sepanjang hayatnya dengan kepercayaannya bahwa ia bodoh)
Albert Einstein

Seekor Bebek yang mahir berenang memperhatikan seekor Rusa yang piawai berlari sangat kencang, dalam waktu yang hampir bersamaan si Bebek melihat burung merpati yang dapat terbang dengan baik. Naah muncullah hasrat dalam dirinya untuk belajar berlari dan terbang. Siang dan malam ia mencoba berlari kencang seperti Rusa dan belajar terbang layaknya burung Merpati. Apa yang terjadi kakinya menjadi bengkak dan sayapnya hampir patah. Sehingga ia tak dapat lagi berenang dengan baik akibat kaki dan sayapnya cedera. Melihat kejadian itu Rusa mentertawai sang Bebek dan mengatakan “Rusa! kakimu pendek dan jumlahnya hanya dua apalagi jarimu terlalu lebar tidak mungkin kamu dapat berlari seperti saya, karena kaki saya panjang dan jumlahnya empat”. Hal senada disampaikan pula oleh burung Merpati, “Bebek badanmu terlalu besar sedangkan sayapmu tdk sekuat dan selebar sayapku tidak mungkinlah kamu dapat terbang setinggi burung Merpati “.

Bebekpun mulai menyadari akan kekurangannya dan mencari kelebihan yang terdapat pada dirinya. yang belum tentu dimiliki oleh binatang lainnya. Dan pada akhirnya ia berkesimpulan bahwa saya Bebek ahli dalam berenang belum tentu Rusa dan Merpati dapat berenang “

Demikianlah perumpamaannya dengan manusia. Manusia meskipun dari struktur tubuh dan ciri-ciri lainnya tidak ada yang berbeda, namun manusia adalah makhluk yang sangat unik karena setiap manusia memiliki bakat masing -masing atau potensi yang terdapat pada dirinya.

Jika profesi kita seorang guru yang mengajar dalam sebuah kelas, dapat dipelajari bakat dan minat pada setiap anak didik. Mulai dari anak yang berbakat pada bidang olahraga, seni, budaya dan pelajaran matematika, agama dan seterusnya. Hal tersebut merupakan bagian dari keunikan dan keragaman manusia.

Setiap orang tua dipastikan ingin memiliki anak yang cerdas dan pintar. Tetapi defenisi tentang anak yang cerdas selalu identik dengan pintar Matematika atau menguasai bidang sains, lalu bagaimana dengan anak yang lemah di bidang Matematika tetapi sangat menguasai Musik, Ilmu Agama, Sejarah atau berprestasi di bidang Olah Raga? Dengan mudahnya kita mengatakan bahwa anak yang lemah Matematikanya adalah anak yang bodoh. Ini tidak fair, melabeli anak cerdas yang hanya jago Matematika dan anak bodoh yang tidak pintar Matematika. Sama halnya melabeli Rusa karena pandai berlari kencang atau burung Merpati karena pandai terbang dengan tinggi, dan mengatakan bodoh kepada Bebek karena tidak mampu berlari kencang atau terbang tinggi seperi burung Merpati.

Inilah sebuah kenyataan yang sudah tertanam dalam otak kepala kita bahwa anak cerdas adalah yang jago matematika. Sehingga cenderung melakukan pemaksaan kepada anak untuk menguasai Matematika meskipun anak tsb tidak memiliki bakat terhadap pelajaran Matematika.

Sebuah tayangan video dari Singapura yang berjudul “I Don’t Stupid ” diceritakan seorang ibu memiliki anak berusia 11 tahun bernama Liu Koping, sang ibu memaksakan kepada anaknya agar menguasai Matematika, siang dan malam anak tersebut dibimbing dan bahkan dimarahi jika tidak belajar Matematika. Karena ia beranggapan jika siswa menguasai Matematika masa depannya akan berhasil.

Menjelang ujian Liu Koping dipaksa belajar untuk mendapatkan nilai yang baik. Namun kenyataanya ia selalu mendapatkan nilai yang buruk, ibunya selalu membandingkan dengan teman temannya yang lain yang mendapatkan nilai yang baik.

Setiap belajar Liu Koping ditemani rotan yang siap dilayangkan ke tubuhnya jika ia tidak konsentrasi. Ayahnya pun hanya terdiam melihat slap istrinya yang mendidik anaknya dengan sangat keras.

Liu Koping memiliki bakat melukis, namun ia dimarahi ibunya jika Liu Koping ketahuan belajar menggambar.

Tidak ada perubahan yang signifikan pada diri Liu Koping, tetap saja tak dapat menguasai Matematika. Sang ibu mulai putus asa, dalam situasi yang sudah putus harapan untuk menjadikan Koping sebagai anak yang cerdas dengan menguasai Matematika, tiba – tiba gurunya datang bertamu di rumah Liu Koping dan menceritakan kehebatan Koping kepada ibunya, ibunya tidak percaya, tetapi guru Liu Koping berusaha meyakinkan ibunya bahwa anaknya itu hebat dan genius . Ibu gurunya bercerita bahwa lukisan Liu Koping dikirimkan oleh gurunya dan menjadi terbaik kedua di lomba lukis anak di LA Amerika.

Mendengar cerita itu, Ibu Liu Koping akhirnya sadar bahwa selama ini ia memaksakan sesuatu pada anaknya tanpa mencoba menggali bakat lain yang dimiliki oleh anaknya.

Cerita ini dapat menjadi sebuah pelajaran yang sangat berharga terutama orang tua, guru, dan lain lain supaya dapat memperhatikan bakat anak sejak dini. Jangan memaksakan sesuatu pada anak diluar dari bakatnya, pada intinya semua anak itu cerdas tidak ada yang bodoh, bakat anak akan gemilang jika orang tua menjadi mentor yang bijak. Karena kecerdasan itu beragam, bahkan menurut Gardner, terdapat sembilan kecerdasan manusia, diantaranya adalah : Interpersonal Intelligence yaitu mudah bergaul dengan orang lain, senang mencari teman, menyukai bekerja kelompok, kemudian kecerdasan logika matematika, kecerdasan musik, kecerdasan spiritual dst.

Intinya adalah bahwa setiap individu memiliki kualitas tersendiri, dalam sebuah keluarga, setiap anggota keluarga memiliki kelebihan masing – masing.

Demikian pula halnya dalam dunia kerja baik itu di perusahaan maupun di perkantoran, tidak ada staf yang bodoh, yang keliru adalah ia ditempatkan pada posisi yang tidak tepat. Terkadang seorang pimpinan memaksakan sesuatu pekerjaan pada seorang staf yang tidak mungkin ia dapat selesaikan karena ia tidak ahli di bidang tersebut.
Sering kita saksikan seorang staf yang berbakat di bidang keuangan justru ditempatkan di bidang pariwisata atau sebaliknya.

Kesimpulannya adalah tidak ada orang yang bodoh, hanya kadang kita tidak mampu melihat kelebihan yang dimiliki oleh seseorang.