Hari Pertama Masuk Sekolah

Cerpen oleh: Lisna, Mahasiswa Unasman

Udara masih begitu dungin ketika akhirnya aku mulai menghabiskan masa liburan panjang kemarin. Hari itu adalah hari di mana aku harus memulai lagi rutinitas seperti biasanya sebagai pelajar.

Tahun itu aku lulus dari sekolah menengah pertama yang sering disingkat dengan singkatan SMP. Lulus dengan hasil yang memuaskan. Aku akhirnya menghabiskan masa liburan panjang yang bertepatan dengan libur bulan Ramadan dengan hati yang gembira.

Lama berlibur, aku sampai lupa libur telah usai dan aku harus melanjutkan sekolah SMA, SMA merupakan masa-masa yang penuh cerita, di mana semua kenangan ada akan kita rasakan nanti saat sudah selesai.

Lulus SMP aku melanjutkan ke Madrasah Aliyah Negri Polewali Mandar (MAN I POLMAN). Sebelum aku mendaftar di MAN 1 POLMAN, awalnya aku ingin mendaftar di SMA NEGRI Wonomulyo karna itu dekat dengan kos yang akan aku tempati nantinya, tapi karena saat itu pendaftarannya online dan berhubung saat itu aku tida memiliki android dan jaringan di kampungku tidak bagus akhirnya aku hanya mendaftar di MAN saja.

Di hari itu aku pergi untuk mengambil formulir pendaftaran dan ditemani kakak sepupuku karna saat itu aku belum berani pergi sendiri apalagi naik motor sendiri di jalan raya, tapi saat pengembalian formulir pendaftaran dan tidak ada yang bisa antar aku saat itu, aku berfikir jika aku selalu diantar kapan aku akan berani. Akhirnya kucoba untuk pergi sendiri, dari hari itu aku selalu pergi sendiri, mulai dari aku tes, sampai pengumuman.

Saat kukembalikan formulir pendaftran, awalnya aku merasa canggung sesampai di sekolah karna begitu banyak calon siswa/siswi saat itu dan tidak ada yang aku kenal karena hanya aku dari SMPku yang mendaftar di sekolah itu, dan tidak ada yang bisa kuajak bicara.

Teman pertamaku di sekolah itu, namanya Nurzakia, awal kami kenalan pada saat itu aku bingung harus berbicara dengan siapa, aku melihat ada seseorang yang kelihatannya sama denganku tidak ada teman berbicara. Kuberanikan diri menghampiri dan duduk didekatnya.  Aku tidak langsung bicara dan hanya melempar senyum kepadanya dan begitupun sebaliknya dan aku mencoba angkat bicara.

“hai..kamu alumni dari mana?” dengan nada yang canggun

“aku alumni SMP Campalagian..kamu?” suara yang lembut

“aku alumni SMP Satap Daala Timur”

“kamu ambil jurusan apa?” aku kembali bertanya

“aku ambil jurusan IPA “

“Waah..kita sama dong aku juga ambil jurusan IPA” dengan nada yang akrab

“oiyya…kita belum kenalan..namaku Lisna”

“Nurzakiah”.

Percakapan kami terus berlanjut  sampai rasa canggung diantara kami mulai hilang.

Senanng rasanya mendapatkan teman baru. Aku dan zakia sangat senang karena kami bisa masuk di sekolah tersebut dan kami selalu ditempatkan di tempat yang sama, mulai dari rungan tes sampai dengan pengumuman hasil kami pun ditempatkan satu kelas, lega rasanya karena aku tidak akan merasa canggung lagi siapa yang akan jadi teman sebangkuku kelak.

Setelah berbagai persiapan yang dilakukan akhirnya hari pertama masuk sekolah telah tiba. Hari itu aku mulai mengikuti acara mos atau orientasi siswa. Masa orientasi sekolah, setiap siswa baru yang diterima di suatu sekolah pasti tahu atau sering dengar nama itu. Orientasinya saat itu lima hari lamanya.

Orientasi sekolah atau mos kadang kita cemaskan karena kita pendatang baru di sekolah tersebut pasti ada saja yang dilakukan panitia MOS untuk menguji kita. walaupun kadang-kadang rasa cemas itu hilang karena permainan-permainan yang menghibur tapi cemas itu akan datang lagi, senang lagi, begitulah seterusnya. nantinya itu akan jadi kenangan dan pengalaman yang akan menjadi cerita jika selesai nanti.

Setelah orientasi sekolah atau MOS selesai kami mulai mendapatkan pelajaran seperti biasanya di sekolah. Hari itu Senin ketika pertama kali mulai belajar di MAN.

Mata pelajaran pertama akan dimulai, aku sempat merasa takut gurunya nanti bagaimana? apa dia galak? Pertayaan–pertayaan itu terus muncul di kepalaku yang membuatku semakin takut. Tapi setelah memperhatikan beliau nampaknya memang galak tapi setelah berkenalan dan memberikan pelajaran ternyata beliau tidak galak. Suaranya yang lembut dan terlihat sabar. Akhirnya, pelan-pelan rasa takutku pun hilang.

Begitulah, hari pertamaku yang menegangkan dan ternyata tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya.