Hari Ini Belajar, Besok Jadi Pemimpin

Hampir 2,5 jam kami membincang perjalanan hidup seorang Penegak-Pandega dalam Gerakan Pramuka. Sebagian besar bahasan mengerucut pada Petunjuk Penyelenggaraan Pramuka Garuda Nomor 038 tahun 2017 yang diterbitkan Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Saya menyampaikan, bahwa Pramuka Garuda merupakan Anugerah atau Penghargaan tertinggi yang dapat diraih peserta didik pada setiap jenjang. Jadi ini bersifat Hak yang dapat diterima semua anggota Gerakan Pramuka asal memenuhi syarat dan ketentuan berlaku. Untuk golongan Penegak Garuda terdapat 13 syarat.

Antara lain, pertama, memahami UUD RI 1945, UU RI Nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka. Kedua, menyelesaikan Syarat Kecakapan Umum (SKU) tingkat Penegak Laksana. Ketiga, menjadi contoh atau teladan yang baik di rumah, sekolah/perguruan tinggi, di masyarakat. Serta keaktifan menggunakan salah satu bahasa asing internasional.

Syarat menarik lainnya yakni, setiap calon Garuda di golongan Penegak harus dapat menyelenggarakan suatu program produktif yang bersifat perorangan atau kelompok di masyarakat. Atau dapat melakukan kegiatan pembangunan di lingkungannya, mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

Pramuka Garuda bukanlah dikotomi atau pembeda antara satu peserta didik secara tidak adil. Sebab syarat untuk menempuh pencapaiannya dapat dilakukan setiap peserta didik, sepanjang dia menerima pola pembinaan dan pengembangan karakter yang baik di gugus depan. Jadi Gudep-lah yang menyiapkan mereka dan lalu merekomendasikannya kepada Kwartir untuk dinilai, dan diuji apakah layak atau pantas.

Menjadi Pramuka Garuda sesungguhnya telah menjadi impian terhebat bagi setiap peserta didik. Sisi lain yang tak menjadi syarat khususnya, yakni mereka tetap harus memiliki kemampuan menulis dengan baik. Untuk mendapat registrasi keanggotaan Eagle Scout (ATAS) yang berbasis di Hongkong, setiap Garuda harus sanggup menulis esai yang meyakinkan, mengapa mereka pantas mendapatkan Anugerah ini.

Kaderisasi di Gerakan Pramuka memang tidak biasa-biasa saja. Inilah diantara elemen penggemblengan potensi anak muda Indonesia yang kelak bakal menjadi pemimpin, minimal di komunitasnya. Sebagaimana taglinenya Hari Ini Belajar, Besok Menjadi Pemimpin. Bagaimana di gudepmu? (*)