FOMO Olahraga: Antara Mengejar Trend atau Kesehatan

Oleh: Fiqram Iqra Pradana (CEO Manabrain Institute)

Dalam suatu pagi yang cerah, Fitri, seorang wanita berusia 29 tahun yang bekerja sebagai pegawai swasta di salah satu perbankan, memutuskan untuk memulai rutinitas lari pagi yang baru. Terinspirasi oleh banyak unggahan di media sosial yang menunjukkan betapa menyenangkan dan bermanfaatnya olahraga lari, Fitri merasa inilah saat yang tepat untuk memulai kebiasaan sehat.

Selama beberapa minggu terakhir, feed Instagram-nya dipenuhi dengan gambar teman-temannya yang berlari di taman, mengikuti maraton, dan memamerkan medali serta pencapaian mereka. Fitri merasa tertinggal dan tidak ingin ketinggalan tren kesehatan yang sedang berkembang ini.

Berbekal sepasang sepatu lari baru yang dibelinya dengan harga cukup mahal dan pakaian olahraga yang trendi, Fitri melangkah keluar rumah. Suara burung-burung yang berkicau dan sinar matahari yang hangat seolah menyambut langkah pertamanya. Dengan penuh semangat, dia memulai lari kecil-kecilan di sekitar komplek perumahannya hingga ke jalan. Pada awalnya, semuanya terasa menyenangkan. Dia merasakan kebebasan dan euforia yang sering kali digambarkan dalam unggahan-unggahan di media sosial.

Namun, tidak lama setelah memulai, Fitri mulai merasa sesak napas dan kakinya terasa kaku. Dia tidak terbiasa dengan aktivitas fisik yang intens, dan tubuhnya mulai memberi tanda-tanda kelelahan. Tapi Fitri tidak ingin menyerah. Dia teringat pada salah satu postingan di Instagram yang mengatakan, “No pain, no gain.” Fitri memaksakan diri untuk terus berlari, meskipun setiap langkah semakin berat dan menyakitkan.

Dalam perjalanan pulang, Fitri mulai merasa nyeri di lututnya dan napasnya semakin berat. Dia akhirnya harus berjalan pelan-pelan kembali ke rumah, dengan keringat mengalir deras di wajahnya dan rasa frustrasi yang semakin meningkat. Di rumah, Fitri meringkuk di sofa, sambil memegangi lututnya yang berdenyut. Dia merenungkan apa yang salah. Mengapa lari yang terlihat begitu mudah dan menyenangkan di media sosial ternyata begitu sulit dan menyakitkan baginya?

Fitri pun mulai menyadari bahwa mungkin dia terlalu terburu-buru dan tidak cukup mempersiapkan diri. Dia memutuskan untuk mencari tahu lebih banyak tentang cara memulai rutinitas lari dengan benar, agar tidak hanya mengikuti tren, tetapi juga benar-benar mendapatkan manfaat kesehatan yang diinginkan.

Kebiasaan Buruk Pemula dalam Berolahraga

Sebagai pemula, antusiasme untuk memulai rutinitas olahraga baru sering kali diiringi dengan kesalahan-kesalahan yang tidak disadari. Salah satu kebiasaan buruk yang sering terjadi adalah mengikuti tren tanpa pemahaman yang cukup. Misalnya, banyak pemula yang langsung mencoba rutinitas latihan intensitas tinggi atau olahraga yang sedang populer di media sosial, tanpa mempertimbangkan kondisi fisik dan kesehatan mereka.

Banyak pemula yang mengabaikan pentingnya pemanasan sebelum berolahraga dan pendinginan setelahnya. Pemanasan berfungsi untuk mempersiapkan otot dan sistem kardiovaskular, sehingga mengurangi risiko cedera. Sebaliknya, pendinginan membantu tubuh untuk kembali ke keadaan normal secara bertahap. Mengabaikan dua tahap penting ini dapat menyebabkan kram otot, nyeri, dan cedera serius.

Semangat yang tinggi sering kali membuat pemula berlatih terlalu keras dan terlalu sering tanpa memberikan waktu istirahat yang cukup bagi tubuh untuk pulih. Overtraining dapat menyebabkan kelelahan, penurunan performa, dan cedera yang serius. Istirahat yang cukup sangat penting untuk pemulihan otot dan pencegahan cedera.

Pemula sering kali berlatih dengan intensitas yang tidak sesuai dengan kemampuan fisik mereka. Berolahraga terlalu keras dapat menyebabkan cedera akut dan rasa sakit yang berlebihan, sementara berolahraga terlalu ringan mungkin tidak memberikan manfaat kebugaran yang diharapkan. Menemukan keseimbangan yang tepat sangat penting untuk menghindari cedera dan mencapai hasil yang optimal.

Nutrisi dan hidrasi yang tepat sangat penting dalam mendukung performa olahraga. Pemula sering kali mengabaikan pentingnya makan dengan benar sebelum dan sesudah latihan, serta menjaga asupan cairan yang cukup. Tanpa nutrisi yang memadai, tubuh tidak akan memiliki energi yang diperlukan untuk berolahraga dengan efektif, dan risiko cedera akan meningkat.

Olahraga Lari

Anda yang belum terbiasa lari atau lebih tepatnya baru mulai untuk lari, disarankan untuk memulainya dengan berjalan kaki. Kemudian lari kecil lalu mencoba berlari. Lari merupakan salah satu olahraga yang paling mudah diakses dan populer di kalangan masyarakat. Namun, olahraga lari juga memiliki tantangannya sendiri, terutama bagi pemula yang belum terbiasa dengan aktivitas fisik yang intens. Lari yang tampaknya sederhana ternyata membutuhkan persiapan dan pengetahuan yang cukup agar dapat dilakukan dengan benar dan aman.