Laporan: Adil Tambono
Tidak seperti Festival biasanya. Di samping acara-acara atau lomba- lomba bertema keagamaan identik dengan kegiatan di bulan Ramadan, lain untuk Desa Tammangalle tahun ini. Kegiatan festival dibuka dengan diskusi atau dialog budaya “Eksistensi Kemandaran dalam Prespektif Molimbo-limbo”.
Kegiatan dibuka Camat Balanipa, Abdul Malik Rahim SH, dengan suka cita mengapresiasi positif gerakan remaja Desa Tammangalle, dengan kerja sama yang apik guna untuk menyukseskan acara tersebut.
“Semangat berkegiatan remaja bisa mengasah skill atau potensi sebagai pondasi pemimpin di masa datang. Pemimpin yang memiliki akar budaya malaqbiq,” sebut Abdul Malik Rahim.
Festival ini juga dihadiri Ketua APDESI Kabupaten Polewali Mandar dan berbagai elemen masyarakat Tammangalle. Dialog yang dirangkai dalam Festival Ramadan Tammangalle ini menghadirkan pembicara Drs. Mahyuddin Ibrahim Puang Limboro didampingi Muhammad Adil Tambono, (Pegiat Budaya Kemdikbudristek) sebagai moderator.
“Tata nilai amandaran di kekinian sudah mulai memudar, oleh karena itu esensi amandaran bagi generasi muda sejak dini harus diedukasi. Biar masyarakat bisa memahami dan mengetahui nilai-nilai amandaran sejati,” ujar Mahyuddin Ibrahim.
“Mandar terbagi tiga Pam-Mandar, To Mandar, Toi Mandar. Demikian di dalam penjabarannya pada konteks Sipakaraya, Sipakalabiq, dan Siasayanni. Bahwa ada tiga cara orang Mandar di dalam berperilaku, yakni tutur kata, perilaku (sikap) serta simbol amandaran,” tambahnya lagi.
Antusias peserta tidak menyurutkan semangat, meskipun waktu sudah menunjukkan jam 24.00 Wita. Penanya demi penanya terus memburai rasa ingin tahu tentang amandaran kekinian.
Festival Ramadan Tammangalle III diagendakan sampai 10 hari ke depan, atau dari tanggal 20-30 Maret 2025.
Menurut jadwal pada malam kelima, kembali akan menghadirkan pembicara akademisi Unasman, Drs. Mukhlis Hannan MM selaku penerima Satya Lencana Kebudayaan. (*)