Oleh: Zulfihadi (Netizen)
DENGAN moto New Mamasa, Bersih Melayani. Perlahan tapi pasti Kabupaten Mamasa yang kali ini digawangi oleh Penjabat Bupati Dr. Zain terus membenahi masalah yang terjadi.
Komitmen dan integritas untuk membaktikan diri dalam pembangunan Mamasa sebagaimana yang diamanatkan oleh Kemendagri dipundaknya satu per satu diaktualisasikan.
Saat pertama kali menginjakkan kaki di Mamasa, tidak sedikit yang meragukan kemampuannya.
Bagaimana mungkin seorang Zain yang bukan orang politisi, apalagi lama tinggal di Jakarta bisa menyelesaikan karut-marut di Mamasa. Begitu pendapat tentang beliau saat itu.
Namun rasa tanggung jawab untuk menunaikan amanat yang sudah diiyakan membuatnya tak surut menghadapi tantangan.
Sebuah sikap yang sangat pas digambarkan oleh sebuah bait syair kalindaqdaq dalam bahasa Mandar;
“Muaq purami di palandang, Pemali diliaiq.
Muaq purami di pobambaq, Pemali di peppondoq-i.”
Bila diterjemahkan secara bebas dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut:
Jika telah dilintangkan, pamali untuk dilangkahi. Jika telah dikatakan, pantang diingkari.
Menyimak perkembangan sosial di Mamasa belakangan ini, bisa kita ketahui bahwa salah satu masalah besar dan urgen yang memantik beberapa kali unjuk rasa adalah mengenai pembayaran gaji pegawai dan aparat desa yang beberapa bulan kandas.
Itu terjadi sebelum Dr. Zain bertugas sebagai PJ. Namun relatif tidak butuh waktu lama sejak pertemuan dengan aparat desa pada tanggal 12 Januari 2024, Dr. Zain lansung menyatakan komitmen untuk membayar Penghasilan Tambahan (SILTAB) aparat desa. Tunjangan guru dan tunjangan dokter dan tenaga kesehatan sudah mulai cair dari tanggal 7 Pebruari 2024.
Puncaknya, 12 Februari 2024, dana Siltab juga cair. Secara umum masalah tersebut satu per satu terurai ditandai dengan pembayaran kepada mereka.
Patut dicatat bahwa untuk melakukan ini semua bukanlah hal yang mudah di tengah karut-marutnya persoalan birokrasi dan tingginya suhu politik di Mamasa. Tentu membutuhkan kecepatan kerja, integritas yang tinggi dan komitmen untuk menuntaskan masalah.
“Prestasi ini bukan karena saya yang hebat, tapi karena semua pihak terkait dalam lingkup pemerintahan bergerak bersama mengupayakan solusinya. Filosofi yang saya pegang dalam hidup bahwa, sebesar apapun masalah, sesungguhnya diri kita lebih besar dari masalah,” ungkapnya dalam sebuah kesempatan. Ungkapan yang mencerminkan kerendahan hati dan optimisme yang tinggi.
Begitulah Dr. Zain mengikuti idolanya Sang Pendekar Hukum asal Sulawesi Barat, Prof. Baharuddin Lopa dalam menjaga komitmen. (wm/*)