IMAJINASI Masa Lalu, Kini, dan Nanti merupakan topik yang dibesut Direktur Insight Mandarnesia, Adi Arwan Alimin yang hadir sebagai pembicara di Kemah Literasi Mamuju 2025.
Adi Arwan membagikan teknik menulis fiksi dan nonfiksi kepada peserta. Acara ini diselenggarakan Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Mamuju Sulawesi Barat untuk mengasah kreativitas generasi muda dalam mengolah imajinasi menjadi karya tulis yang bermakna, baik berbasis fakta maupun rekaan.
Peserta Kemah Literasi datang dari puluhan komunitas, mereka memadati area landskap Kota Mamuju disimpang berganda yang menghubungkan jalur arteri dan Jalan Ahmad Yani. Acara ini berlangsung dari tanggal 23-25 Mei 2025.
Dalam sesinya, Direktur Insight Mandarnesia memaparkan bahwa fiksi adalah karya imajinatif yang tidak terikat fakta, namun tetap memerlukan struktur dan teknik penulisan yang kuat . Beberapa poin kunci yang dibahas meliputi cara penentuan genre dan tema.
“Fiksi dapat mencakup berbagai genre seperti fantasi, sejarah, atau sains, dengan tema yang diambil dari pengalaman pribadi atau imajinasi yang tidak terbatas. Setiap orang memiliki pengalaman dan kesempatan menentukan mau menulis tema apapun,” ujar Adi Arwan yang dikenal sebagai penulis buku.
Mantan Pemred Harian Radar Sulbar ini menyebut, pentingnya menciptakan karakter yang mendalam dan alur cerita yang memikat, termasuk penggunaan konflik dan klimaks. Dia pun mengurai siklus alur secara memikat. Peserta tampak antusias saat sesi ini dibahas tuntas dengan contoh ringkas.
“Fiksi sering menggunakan gaya bahasa metafora dan simile untuk memperkaya narasi, kekuatannya di sini. Dan akar atau pangkal dari kekuatan diksi adalah membaca lebih banyak buku, atau karya orang lain lalu kalian bandingkan. Ini bagian dari trik rahasia,” sebut Adi lagi.
Di sisi lain, terang figur yang diakrab disapa Dengadi ini, penulisan nonfiksi menekankan keakuratan data dan penyajian fakta secara menarik. Beberapa teknik yang dibagikan antara lain, penelitian mendalam.
“Nonfiksi harus berbasis bukti, seperti biografi, sejarah, atau karya ilmiah. Strukturnya sistematis, penyusunan konten harus logis, mencakup pendahuluan, pembahasan, dan kesimpulan. Lalu menggunakan gaya bahasa yang jelas. Berbeda dengan fiksi, nonfiksi menggunakan bahasa denotatif untuk memastikan kejelasan informasi.”
Sesi ini mengajak peserta mengeksplorasi imajinasi dari tiga perspektif waktu: Masa lalu, mengangkat cerita sejarah atau legenda dengan pendekatan fiksi historis.
Masa kini: menulis realita sosial dengan gaya jurnalistik atau kreatif nonfiksi sedang Masa Nanti: Membuat proyeksi futuristik melalui fiksi ilmiah atau esai visioner. “Belum ada orang yang pulang dari masa depan, jadi kalian bebas mengeksplorasinya,” sebut Adi Arwan dengan gaya khasnya.
Para peserta yang terdiri dari pelajar dan penulis muda, terlihat antusias berdiskusi tentang cara mengembangkan ide menjadi tulisan berkualitas. “Materi ini sangat aplikatif, terutama teknik menyusun alur fiksi dan riset untuk nonfiksi,” ujar Aisyah dan Alny, dua diantara beberapa peserta yang aktif bertanya.
Tentang Insight Mandarnesia
Insight Mandarnesia adalah lembaga yang fokus pada pengembangan literasi dan penulisan kreatif di Indonesia. Melalui berbagai workshop dan publikasi, Insight mendorong lahirnya penulis-penulis berbakat dari Sulawesi Barat dengan wawasan luas. (*)