Cerita Rahmawati, Mama-mama Yang Lindungi Kami di Manokwari

Sebelum pecah, sejak Senin (19/8) pagi, beberapa orang telah melakukan pembakaran ban di sekitar hotel, namun saat itu masih kondusif.

Pecahan kaca dari lemparan batu demonstran ke jendelah hotel mengawali aksi anarkis. Pengrusakan dilakukan secara membabi buta. Menjelang Zuhur masa semakin tumpah ruah di beberapa titik.

“Kita dievakuasi jam satu, selama demo kami di kamar sembunyi. Kita juga ada Kodim yang jaga kami dari Sulawesi Barat. Mereka suruh tenang saja, tidak usah keluar-keluar,” ungkapnya.

Dievakuasi menggunakan sepeda motor, saat itu Rahma melihat Kantor DPRD Papua Barat hangus dibakar. Di sepanjang jalan menuju pelabuhan, pecahan kaca berserakan di mana-mana, pohon, rambu lalulintas, papan reklame, billboar dan baliho porak poranda, seperti diterjang bencana alam.

“Alhamdulillah orang Papua baik sekali, ramah, anggap kami sebagai anak. Kita dibuatkan makanan, kita mendapat kasih sayang selayaknya orang tua dan anak,” syukurnya.

Rahmawati dan teman-temannya meninggalakan pelabuhan menggunakan Kapal Pelindo pukul tiga dini hari. Warga Papua juga mendampingi dan melakukan penjagaan selama menunggu kapal. “Kami bersyukur karena Hotel The Alexander, hotel yang kami tempati tidak dibakar.”