MAMUJU, Mandarnesia.com-Meski jadi sentra nasional pengembangan jagung dan memproduksi 400 ton setiap tahunnya, ternyata Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) masih memiliki kendala.
Salah satunya persoalan harga jagung ketika mengalami penurunan. Sehingga petani jagung kurang bersemangat.
“Olehnya itu, kami minta perhatian dari Bulog untuk menangani ini semua,” kata Hamzah, Asisten II Pemprov Sulbar ketika berdialog dengan Komisi VI DPR RI di Perum Bulog Sub Divre Mamuju, Jumat (16/2/2019).
Selain jadi sentra nasional pengembangan jagung, di Sulbar, sambung Hamzah, tidak ada lagi istilah panen raya.
“Pokoknya habis panen, tanam lagi. Sentranya ada di kabupaten Mamuju, Mamuju Tengah, dan Pasangkayu. Sekarang, sudah mulai berkembang ke arah Selatan, Majene dan Polewali Mandar,” tutur Hamzah.
Menanggapi hal itu, Kepala Bulog Sub Divre Mamuju Triana berjanji akan memberikan perhatian serius persoalan tersebut.
“Tahun ini, kita akan tingkatkan,” katanya, di sela-sela anggota DPR RI dari Komisi IV meninjau langsung gudang tempat penampungan Bulog Sub Divre Mamuju.
Pimpinan Komisi VI DPR RI Azam Azman Natawijana menyarankan, agar pemerintah daerah, Bulog, dan petani saling berkoordinasi dengan baik untuk menjaga harga tetap stabil.
“Jangan sampai harga naik, petani tidak mau menjual kepada bulog. Harga turun mau menjual pada bulog,” ungkapnya.
Ketfot: Komisi VI DPR RI ketika melakukan kunker ke Bulog Sub Divre Mamuju Sulselbar. Foto: Busriadi Bustamin
Reporter: Busriadi Bustamin